- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
SURBAN CITY SIMPE MAP
Simple Map
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
SURBAN CITY SIMPE MAP
Simple Map
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- TBA
- TBA
- TBA
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- TBA
- TBA
- TBA
Diubah oleh the.collega 05-05-2024 12:34
gokil4ever dan 31 lainnya memberi reputasi
24
24.6K
Kutip
564
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#86
Chapter 58
Maxs semakin tidak terkendali, darah Gareth yang dihisapnya memberikan suntikan tenaga dan kekuatan yang luar biasa. Badannya kejang-kejang saat secara perlahan mulai berubah menjadi monster yang mengerikan. Setelan mahal yang dikenakannya tidak berbekas sama sekali. Semua tercabik-cabik dengan bentuk organik dari Maxs. Tanduk panjang bercabang dengan duri-duri kecil disisinya, mulutnya terbuka lebar memamerkan taringnya yang keluar.
Gareth dalam keadaan yang tidak berdaya, hanya berdiri saja melihat musuhnya itu berubah dihadapannya. Maxs berjalan perlahan, tidak memperdulikan Djohan dibelakangnya. Niatnya sudah bulat, untuk menghabisi lawan yang berdiri kaku didepannya terlebih dahulu. Regen dalam tubuh Djohan mulai aktif, perlahan ia sudah merasakan aliran kekuatan dalam tubuhnya.
“Heee….,” Maxs mengangkat kedua tangannya, jemarinya dipenuhi kuku yang tajam. “sebenarnya aku membenci bentuk ini, lihat pakaian mahalku tercabik-cabik seperti itu…,” semakin dekat. “tapi aku tidak punya pilihan lain lagi,” gerakannya sungguh cepat. Cakarnya siap menebas leher Gareth.
“YA!” Djohan mampu menghalanginya, dengan menggunakan bahunya untuk menabrak Maxs. Keseimbangan Maxs goyah, cakarnya meleset. Djohan memukul Maxs di daerah perut, dan berhasil membuatnya menjauh tuk sementara.
Regen yang aktif hanya mampu membuat kedua tangan Djohan berubah menjadi bentuk Beaters mode organik. Tapi ini semua sudah lebih dari cukup bagi Djohan untuk melawan Maxs yang sama juga dalam keadaan Beaters organik. Djohan memperhatikan pakaian yang dipakai oleh Gareth secara mendetil. Kesan pertamanya adalah pakaian yang digunakannya sangat futuristic, terlihat canggih. Itu juga penyebab tidak ada darah yang menetes ke tanah, pasti ketahanannya sangat tinggi, pikir Djohan.
“Ada apa hah? Kau mengejek karena aku memakai pakaian yang konyol seperti ini?” meskipun badannya terasa sangat kaku tetapi mulutnya masih bisa berbicara seperti itu.
“Tidak…, kau terlalu berlebihan,” Djohan teringat barusan sayup-sayup terdengar kata Leah yang diucapkan oleh Gareth. “Leah…apa terjadi sesuatu padanya?”
“Hmmmm,” sulit bagi Gareth untuk mengucapkannya, tetapi ia mampu menggerakan bibirnya. “dia…disuntik dengan cairan berisi sel Beaters…,” ucapnya lirih.
Setelah mendengarnya seperti itu dari Gareth, pikiran Djohan langsung melayang jauh. Hal pertama yang masuk ke dalam benaknya adalah tentang pabrik Beaters. Betapa mengerikanya orang-orang di sana yang dijadikan monster Beaters. Darah Djohan seakan-akan mendidih, ia tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Yang diharapkannya ketika mendapat kabar dari seniornya itu, Djohan dapat membantu rekannya di tim 13 untuk membasmi Beaters yang kuat, bukan seperti ini.
“Maaf, sepertinya aku harus mencampuri urusanmu,” ucap Djohan.
“Ap--,” tubuhnya dibawa menjauh oleh Djohan. Ke tempat yang aman. “hei----,” Gareth terhenyak melihat ekspresi penuh kemarahan yang ditunjukan oleh Djohan. Baginya itu pertama kali melihat seseorang dengan tatapan membunuh yang kuat.
Djohan bergerak secepat kilat menghampiri Maxs yang sedang menunggunya. Tinggi tubuh Maxs sekarang dalam mode Beaters hampir setara dengan Allison, semua berkat darah yang diminumnya. Tapi Djohan tidak gentar. Ia bergerak terlebih dahulu, dengan cepat Djohan mampu mencekik leher Maxs yang lebar dan besar itu. Cengkramannya begitu kuat, jemari Djohan hampir menembus leher Maxs jika ia tidak meledakan bola udara di kepala Djohan.
“Apa-apaan itu tadi?!” Maxs menggerakan lehernya ke kanan dan kiri, ia sama sekali tidak menyangka Djohan dapat bergerak secepat itu sehingga Maxs belum sempat membuat pelindung bola udara. “bagaimana dengan ini?!” Maxs melempar bola udaranya lebih banyak sekarang, satu jemarinya melempar satu. Belum lagi kecepatan tangannya ini tidak main-main.
Memang tidak ada suara ledakan yang menggelegar atau kepulan asap yang meninggi akibat serangan Maxs ini. Tetapi apa yang dilihat Gareth sungguh mengerikan. Djohan hanya bisa melindungi dirinya menggunakan kedua tangannya. Sementara dari pakaian yang dikenakannya seperti tertiup angin dari kapal jet. Sudah dipastikan Djohan menahan sakit yang sangat besar.
“Djohan….,” Gareth merasakan dirinya sangat tidak berguna sekarang. Berperan sebagai penonton merobek harga dirinya.
Djohan masih bisa mengintip melalui sela-sela tangannya yang dijadikan tameng olehnya. Rasa sakit yang diterima tidak lagi terasa. Rasa amarah telah menutup saraf-saraf penerima rasa sakit. Dengan mode organiknya ini Djohan dapat lebih lama bertahan, belum lagi dengan tambahan kekuatan dari Allison yang memang terkenal memiliki armor yang sangat kuat meskipun dalam bentuk organik.
“HAHA! Sampai kapan kau mampu menahan seranganku ini!” puluhan bom udara dilemparnya tanpa mengenal lelah.
“Tak akan….kubiarkan kau hidup!” waktu terasa terhenti, meskipun bola udara itu tidak terlihat namun angin yang terbelah menjadi pertanda bagi Djohan. Kakinya mulai melangkah, perlahan-lahan Djohan menghindari satu-dua-banyak bola udaranya. Tangan kanannya mengepal kuat saat dirinya semakin mendekati Maxs. Urat-urat ditangan monsternya itu semakin nampak. Lalu dengan satu ayunan, Djohan memukul dada Maxs dengan sangat keras.
“Eh?” Gareth terkejut melihat Maxs yang secara tiba-tiba menghentikan serangannya. Lalu ia melihat Djohan yang sedang dalam posisi bertahan menghilang terbawa angin. “ke---,” apa yang dilihatnya kemudian jauh lebih mengejutkan. Saat Djohan tiba-tiba berada dihadapan Maxs dengan tangan yang mengepal kuat. “kapan?”
Djohan tidak membawa tubuh Gareth terlalu jauh sehingga dalam tempatnya sekarang ini pertarungan antara Djohan dan Maxs dapat dilihatnya dengan jelas. Belum lagi penerangan yang sangat kuat di area pembangunan bangunan bertingkat ini mendukung bagi Gareth. Kecepatan Djohan sungguh gila, seperti halnya saat petir menyambar tanah. Biasanya petir lebih dahulu muncul, kemudian baru suaranya yang menyusul.
“Jika pakaian ini dapat menyusul kecepatan itu….,” tanpa terasa Gareth sedikit iri dengan kecepatan Djohan.
“Gakh!” darah keluar dari mulut Maxs. “kurang ajar,” cakarnya membelah tubuh Djohan menjadi dua. “Ha--,” sebuah pukulan kembali mengenai Maxs. Kali ini Djohan melompat ke arah sampingnya. “cih!” cakarnya kembali membelah Djohan. Tetapi lagi-lagi Maxs yang terkena serangan dari Djohan. “bagaimana bisa?!”
“Kecepatannya sungguh gila hingga dapat membuat ilusi seperti itu….,” Gareth masih mengamatinya, saat Maxs dihajar bertubi-tubi oleh Djohan.
Bola-bola udara yang dapat dikeluarkan dari jemari pun tidak mampu mengenai Djohan. Hanya bayang-bayangnya saja yang terkena. Yang lebih parahnya Djohan mampu memotong tanduk milik Maxs yang berakibat fatal baginya. Tanduk bagi seorang monster Beaters adalah sumber kekuatannya, di mana para Beaters ini meraih kemampuan yang unik dari tanduknya tersebut. Meskipun Maxs dapat membuat bola udaranya saat di luar mode Beaters, itu karena tanduk yang bersemayam dalam dirinya masih utuh. Bisa dikeluarkan kapan saja jika berubah menjadi Beaters.
Sepertinya karma datang terlalu cepat bagi Maxs, belum ada beberapa saat yang lalu dirinya melemparkan bola udara secara bertubi-tubi kepada Djohan. Kali ini malah dirinya yang diserang secara bertubi-tubi. Kondisinya sangat mengenaskan dengan darah yang keluar dari beberapa bagian tubuhnya. Selain memukul Maxs dengan membabi buta, Djohan menggunakan cakarnya yang untuk menyerang Maxs. Akibat serangan yang tidak berhenti itu membuat Maxs secara perlahan mulai berubah bentuk menjadi bentuk manusianya. Berawal dari kepalanya, lalu menurun ke arah badannya.
“Aku…ti…dak…ka…lah,” ucapnya tertatih-tatih seraya Djohan menghentikan serangannya. “ucapkan…pada…temanmu itu…,” Djohan melihat dengan tatapan yang marah. “selamat---,” tidak ingin mendengarnya Djohan menusuk dada Maxs, tepat di mana Beat nya berada.
“Aku tidak ingin mendengarnya darimu,” Djohan menghabisinya dengan menebas leher Maxs, hingga kepalanya tergeletak begitu saja di tanah.
Djohan berjalan menghampiri Gareth seraya kedua tangannya mulai berubah menjadi bentuk tangan manusia. Gareth tersenyum sinis, lagi-lagi dirinya dibantu oleh seorang Beaters. Lalu Djohan menawarkan untuk mengantarnya menuju markas, tapi Gareth menolaknya. Ia berbasa-basi bahwa rekannya yang terbaru akan menjemputnya sesaat lagi.
“Akan kuusahakan apapun agar dapat menolong Leah, mungkin Tuan Stam dapat membantunya,” emosinya sudah stabil karena musuh telah dikalahkan. “maaf…,” kini dirinya merasa bersalah.
“Hentikan, keselamatan rekanku bukan tanggung jawabmu. Kami bertanggung jawab atas diri kami masing-masing,” masih dengan nada yang cukup tinggi. Sesaat sebelum Djohan pergi Gareth mengatakan sesuatu yang dirasanya cukup berat tuk diucapkan. “terima kasih…..dan kumohon…tolonglah Leah,” ucapnya dengan tulus meminta Djohan menolong Leah.
“Serahkan pada kami,” Djohan menghilang dari pandangan Gareth.
Gareth mengamati badan dan kepala Maxs yang mulai terkikis dengan sendirinya. Jika Beat dalam tubuh seorang Beaters mati, maka sel-sel Beaters yang dimiliki seseorang itu akan mematikan dirinya sendiri. Mata Maxs yang melolot menjadi pemandangan yang cukup mengenaskan bagi Gareth. Namun semua itu pantas diterimanya, atas apa yang dilakukannya pada rekannya yaitu Leah.
Sementara itu kapten Vela sudah memasuki wilayah sektor 1 dengan menggunakan mobil secara ugal-ugalan. “Bertahanlah Leah!” kondisi Leah semakin memburuk, ia mengalami sesak nafas.
Quote:
Maxs semakin tidak terkendali, darah Gareth yang dihisapnya memberikan suntikan tenaga dan kekuatan yang luar biasa. Badannya kejang-kejang saat secara perlahan mulai berubah menjadi monster yang mengerikan. Setelan mahal yang dikenakannya tidak berbekas sama sekali. Semua tercabik-cabik dengan bentuk organik dari Maxs. Tanduk panjang bercabang dengan duri-duri kecil disisinya, mulutnya terbuka lebar memamerkan taringnya yang keluar.
Gareth dalam keadaan yang tidak berdaya, hanya berdiri saja melihat musuhnya itu berubah dihadapannya. Maxs berjalan perlahan, tidak memperdulikan Djohan dibelakangnya. Niatnya sudah bulat, untuk menghabisi lawan yang berdiri kaku didepannya terlebih dahulu. Regen dalam tubuh Djohan mulai aktif, perlahan ia sudah merasakan aliran kekuatan dalam tubuhnya.
“Heee….,” Maxs mengangkat kedua tangannya, jemarinya dipenuhi kuku yang tajam. “sebenarnya aku membenci bentuk ini, lihat pakaian mahalku tercabik-cabik seperti itu…,” semakin dekat. “tapi aku tidak punya pilihan lain lagi,” gerakannya sungguh cepat. Cakarnya siap menebas leher Gareth.
“YA!” Djohan mampu menghalanginya, dengan menggunakan bahunya untuk menabrak Maxs. Keseimbangan Maxs goyah, cakarnya meleset. Djohan memukul Maxs di daerah perut, dan berhasil membuatnya menjauh tuk sementara.
Regen yang aktif hanya mampu membuat kedua tangan Djohan berubah menjadi bentuk Beaters mode organik. Tapi ini semua sudah lebih dari cukup bagi Djohan untuk melawan Maxs yang sama juga dalam keadaan Beaters organik. Djohan memperhatikan pakaian yang dipakai oleh Gareth secara mendetil. Kesan pertamanya adalah pakaian yang digunakannya sangat futuristic, terlihat canggih. Itu juga penyebab tidak ada darah yang menetes ke tanah, pasti ketahanannya sangat tinggi, pikir Djohan.
“Ada apa hah? Kau mengejek karena aku memakai pakaian yang konyol seperti ini?” meskipun badannya terasa sangat kaku tetapi mulutnya masih bisa berbicara seperti itu.
“Tidak…, kau terlalu berlebihan,” Djohan teringat barusan sayup-sayup terdengar kata Leah yang diucapkan oleh Gareth. “Leah…apa terjadi sesuatu padanya?”
“Hmmmm,” sulit bagi Gareth untuk mengucapkannya, tetapi ia mampu menggerakan bibirnya. “dia…disuntik dengan cairan berisi sel Beaters…,” ucapnya lirih.
Setelah mendengarnya seperti itu dari Gareth, pikiran Djohan langsung melayang jauh. Hal pertama yang masuk ke dalam benaknya adalah tentang pabrik Beaters. Betapa mengerikanya orang-orang di sana yang dijadikan monster Beaters. Darah Djohan seakan-akan mendidih, ia tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Yang diharapkannya ketika mendapat kabar dari seniornya itu, Djohan dapat membantu rekannya di tim 13 untuk membasmi Beaters yang kuat, bukan seperti ini.
“Maaf, sepertinya aku harus mencampuri urusanmu,” ucap Djohan.
“Ap--,” tubuhnya dibawa menjauh oleh Djohan. Ke tempat yang aman. “hei----,” Gareth terhenyak melihat ekspresi penuh kemarahan yang ditunjukan oleh Djohan. Baginya itu pertama kali melihat seseorang dengan tatapan membunuh yang kuat.
Djohan bergerak secepat kilat menghampiri Maxs yang sedang menunggunya. Tinggi tubuh Maxs sekarang dalam mode Beaters hampir setara dengan Allison, semua berkat darah yang diminumnya. Tapi Djohan tidak gentar. Ia bergerak terlebih dahulu, dengan cepat Djohan mampu mencekik leher Maxs yang lebar dan besar itu. Cengkramannya begitu kuat, jemari Djohan hampir menembus leher Maxs jika ia tidak meledakan bola udara di kepala Djohan.
“Apa-apaan itu tadi?!” Maxs menggerakan lehernya ke kanan dan kiri, ia sama sekali tidak menyangka Djohan dapat bergerak secepat itu sehingga Maxs belum sempat membuat pelindung bola udara. “bagaimana dengan ini?!” Maxs melempar bola udaranya lebih banyak sekarang, satu jemarinya melempar satu. Belum lagi kecepatan tangannya ini tidak main-main.
Memang tidak ada suara ledakan yang menggelegar atau kepulan asap yang meninggi akibat serangan Maxs ini. Tetapi apa yang dilihat Gareth sungguh mengerikan. Djohan hanya bisa melindungi dirinya menggunakan kedua tangannya. Sementara dari pakaian yang dikenakannya seperti tertiup angin dari kapal jet. Sudah dipastikan Djohan menahan sakit yang sangat besar.
“Djohan….,” Gareth merasakan dirinya sangat tidak berguna sekarang. Berperan sebagai penonton merobek harga dirinya.
Djohan masih bisa mengintip melalui sela-sela tangannya yang dijadikan tameng olehnya. Rasa sakit yang diterima tidak lagi terasa. Rasa amarah telah menutup saraf-saraf penerima rasa sakit. Dengan mode organiknya ini Djohan dapat lebih lama bertahan, belum lagi dengan tambahan kekuatan dari Allison yang memang terkenal memiliki armor yang sangat kuat meskipun dalam bentuk organik.
“HAHA! Sampai kapan kau mampu menahan seranganku ini!” puluhan bom udara dilemparnya tanpa mengenal lelah.
“Tak akan….kubiarkan kau hidup!” waktu terasa terhenti, meskipun bola udara itu tidak terlihat namun angin yang terbelah menjadi pertanda bagi Djohan. Kakinya mulai melangkah, perlahan-lahan Djohan menghindari satu-dua-banyak bola udaranya. Tangan kanannya mengepal kuat saat dirinya semakin mendekati Maxs. Urat-urat ditangan monsternya itu semakin nampak. Lalu dengan satu ayunan, Djohan memukul dada Maxs dengan sangat keras.
“Eh?” Gareth terkejut melihat Maxs yang secara tiba-tiba menghentikan serangannya. Lalu ia melihat Djohan yang sedang dalam posisi bertahan menghilang terbawa angin. “ke---,” apa yang dilihatnya kemudian jauh lebih mengejutkan. Saat Djohan tiba-tiba berada dihadapan Maxs dengan tangan yang mengepal kuat. “kapan?”
Djohan tidak membawa tubuh Gareth terlalu jauh sehingga dalam tempatnya sekarang ini pertarungan antara Djohan dan Maxs dapat dilihatnya dengan jelas. Belum lagi penerangan yang sangat kuat di area pembangunan bangunan bertingkat ini mendukung bagi Gareth. Kecepatan Djohan sungguh gila, seperti halnya saat petir menyambar tanah. Biasanya petir lebih dahulu muncul, kemudian baru suaranya yang menyusul.
“Jika pakaian ini dapat menyusul kecepatan itu….,” tanpa terasa Gareth sedikit iri dengan kecepatan Djohan.
“Gakh!” darah keluar dari mulut Maxs. “kurang ajar,” cakarnya membelah tubuh Djohan menjadi dua. “Ha--,” sebuah pukulan kembali mengenai Maxs. Kali ini Djohan melompat ke arah sampingnya. “cih!” cakarnya kembali membelah Djohan. Tetapi lagi-lagi Maxs yang terkena serangan dari Djohan. “bagaimana bisa?!”
“Kecepatannya sungguh gila hingga dapat membuat ilusi seperti itu….,” Gareth masih mengamatinya, saat Maxs dihajar bertubi-tubi oleh Djohan.
Bola-bola udara yang dapat dikeluarkan dari jemari pun tidak mampu mengenai Djohan. Hanya bayang-bayangnya saja yang terkena. Yang lebih parahnya Djohan mampu memotong tanduk milik Maxs yang berakibat fatal baginya. Tanduk bagi seorang monster Beaters adalah sumber kekuatannya, di mana para Beaters ini meraih kemampuan yang unik dari tanduknya tersebut. Meskipun Maxs dapat membuat bola udaranya saat di luar mode Beaters, itu karena tanduk yang bersemayam dalam dirinya masih utuh. Bisa dikeluarkan kapan saja jika berubah menjadi Beaters.
Sepertinya karma datang terlalu cepat bagi Maxs, belum ada beberapa saat yang lalu dirinya melemparkan bola udara secara bertubi-tubi kepada Djohan. Kali ini malah dirinya yang diserang secara bertubi-tubi. Kondisinya sangat mengenaskan dengan darah yang keluar dari beberapa bagian tubuhnya. Selain memukul Maxs dengan membabi buta, Djohan menggunakan cakarnya yang untuk menyerang Maxs. Akibat serangan yang tidak berhenti itu membuat Maxs secara perlahan mulai berubah bentuk menjadi bentuk manusianya. Berawal dari kepalanya, lalu menurun ke arah badannya.
“Aku…ti…dak…ka…lah,” ucapnya tertatih-tatih seraya Djohan menghentikan serangannya. “ucapkan…pada…temanmu itu…,” Djohan melihat dengan tatapan yang marah. “selamat---,” tidak ingin mendengarnya Djohan menusuk dada Maxs, tepat di mana Beat nya berada.
“Aku tidak ingin mendengarnya darimu,” Djohan menghabisinya dengan menebas leher Maxs, hingga kepalanya tergeletak begitu saja di tanah.
Djohan berjalan menghampiri Gareth seraya kedua tangannya mulai berubah menjadi bentuk tangan manusia. Gareth tersenyum sinis, lagi-lagi dirinya dibantu oleh seorang Beaters. Lalu Djohan menawarkan untuk mengantarnya menuju markas, tapi Gareth menolaknya. Ia berbasa-basi bahwa rekannya yang terbaru akan menjemputnya sesaat lagi.
“Akan kuusahakan apapun agar dapat menolong Leah, mungkin Tuan Stam dapat membantunya,” emosinya sudah stabil karena musuh telah dikalahkan. “maaf…,” kini dirinya merasa bersalah.
“Hentikan, keselamatan rekanku bukan tanggung jawabmu. Kami bertanggung jawab atas diri kami masing-masing,” masih dengan nada yang cukup tinggi. Sesaat sebelum Djohan pergi Gareth mengatakan sesuatu yang dirasanya cukup berat tuk diucapkan. “terima kasih…..dan kumohon…tolonglah Leah,” ucapnya dengan tulus meminta Djohan menolong Leah.
“Serahkan pada kami,” Djohan menghilang dari pandangan Gareth.
Gareth mengamati badan dan kepala Maxs yang mulai terkikis dengan sendirinya. Jika Beat dalam tubuh seorang Beaters mati, maka sel-sel Beaters yang dimiliki seseorang itu akan mematikan dirinya sendiri. Mata Maxs yang melolot menjadi pemandangan yang cukup mengenaskan bagi Gareth. Namun semua itu pantas diterimanya, atas apa yang dilakukannya pada rekannya yaitu Leah.
Sementara itu kapten Vela sudah memasuki wilayah sektor 1 dengan menggunakan mobil secara ugal-ugalan. “Bertahanlah Leah!” kondisi Leah semakin memburuk, ia mengalami sesak nafas.
redrices dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup