Hiroo Ononda dilahirkan pada 19 Maret 1922 di Kainan, Wakayama, Jepang. Pada tahun 1942 beliau bergabung dengan Angkatan Darat Jepang, kerennya beliau juga dipilih untuk mengikuti pelatihan khusus di Pusat Pelatihan Operasi Militer Nakano. Disana ia mempelajari banyak hal, mulai dari perang gerilya, filsafat, sejarah, ilmu bela diri, propaganda dan operasi rahasia. Tanpa disadarinya bahwa semua pelatihan itu akan menjadi kunci bertahan hidupnya pada beberapa dekade berikutnya.

Sebelum keberangkatannya di Pulau Lubang, Filipina pada 28, Februari 1945 Hiroo Ononda diberi sebuah wejangan oleh Mayor Yoshimi Taniguchi ia berkata mungkin akan terjadi tiga tahun, mungkin akan terjadi lima tahun, namun apapun yang terjadi kita akan kembali padamu.

Pulau Lubang sendiri berjarak 93 mil dari Teluk Manila, pulau yang cukup strategis. Komandannya, Taniguchi memberikan perintah terakhirnya untuk tetap bertahan dan berjuang. Perintah tersebut membuat Ononda dan tiga pria pengikutnya memasuki hutan Lubang. Mereka terlibat dengan perang gerilya melawan penduduk setempat yang diyakoni bersekongkol dengan Amerika.

Di akhir perang Pasifik terjadi kekacauan, pasukan Amerika bertemu dengan para pasukan Jepang yang fanatik. Jepang secara resmi menyerah pada bulan September. Layaknya tentara kekaisaran lainnya Ononda menolak mempercayai kekalahan Jepang. Bahkan Leaflet yang telah disebarkan ia pikir itu adalah ulah propoganda Amerika. Memang benar ini bentuk kesetiaan pada negara. Namun menurut ane prasangka mereka terlalu kuat, sehingga membawanya lebih lama surviving di dalam hutan Lubang.

Mereka bertahan dengan mengonsumsi pisang, kelapa dan nasi dari penduduk setempat. Ononda dan tiga pejuang lainnya masih percaya bahwa mereka masih ada didalam medan peperangan. Kasian si sebenernya tapi ya mau gimana lagi kan?
Terkadang mereka bentrok dengan warga setempat dan musuh gerilyawan lainnya juga. Selama rentang beberapa tahun, ada 30 warga pulau setempat yang terbunuh karena tentara Jepang yang berada disana.



Pada tanggal 9 Maret 1974, Ononda muncul dari hutan Filipina. Seragam imperial Jepang-nya yang dikenakan sejak 1945, sudah compang-camping tapi masih dalam kondisi yang baik walau sudah lebih dari 29 tahun.

Sebelumnya Hiroo Ononda dinyatakan sudah meninggal pada tahun 1959. Namun ia dilacak oleh Norio Suzuki pada Februari 1974, ia adalah seorang siswa dari Jepang. Namun ia menolak untuk menyerah, ia mengatakan bahwa ia tak akan menyerah sampai ada perintah resmi. Pada musim semi tahun itu Suzuki kembali lagi dengan dua orang saudara Ononda dan Mayor Taniguchi, ia diminta untuk menyerah. Pada tahun 1974 itu juga hanya Ononda yang tersisa, salah satu temannya menyerah pada tahun 1950 pada tentara filipina, yang kedua temannya meninggal ditembak pada tahun 1954 dan 1972. Kasian yak



Hiroo Ononda mendapat ampunan dari Presiden Ferdinan Marcos, Presiden Filipina kala itu. Setelah ia pulang ke Jepang, ia disambut sebagai pahlawan nasional. Namun ia sangat kecewa dengan perubahan masyarakat Jepang. Pada tahun yang sama Ononda berpindah di Brazil dan ia menenangkan hidupnya. Disana ia menikahi Machie Onuku. Pada tahun 1984 ia kembali ke Jepang dan mendirikan sekolah yang mengajari siswanya untuk bertahan di alam liar, yang diberi nama Ononda Nature School kedua pasangan itu sering bolak-balik Brazil hingga kematian Ononda pada tahun 2014 akibat gagal jantung.

Perjuangan dan pengorbanan Hiroo Ononda patut kita tiru, ia telah menghadapi pahitnya kehidupan di hutan. Akibat berperang, namun prasangkanya harus kita sangkal karena hal itu justru membuatnya terjebak di hutan lebih lama dari yang ia ketahui.
Baiklah sekian dari thread ane gan dan sis, semoga kalian suka ya, see you soon... 😊😊


REFERENSI : Disini
GAMBAR : Google