istijabahAvatar border
TS
istijabah
Pengalaman Pertamaku Terjebak Banjir, Ada Pertolongan Misterius!



sumber gambar: di sini

hallo selamat malam ....

Di sini pasti ada yang pernah mengalami musibah banjir dan terjebak di sana, kan. Aku pribadi pernah, dulu saat berstatus sebagai pelajar di sebuah pesantren.

Waktu itu, awal-awal aku berstatus sebagai pelajar di sebuah pesantren di Jawa timur. Saat itu memang musim hujan, tapi di daerah tempat pesantrenku itu curahnya tidak seberapa deras dan tidak terlalu sering hujan juga.

Teman-teman yang lebih dulu berada di sana selalu bercerita tentang kejadian banjir besar yang pernah terjadi di pesantren tersebut. Banjir itu tingginya sampai satu meter lebih, sehingga yang tinggal di kamar bawah harus mengungsi ke kamar atas.

Setelah musibah tersebut, banyak dari mereka yang jatuh sakit sebab kedinginan, apalagi mereka tidak punya persiapan seperti jaket tebal dan lain sebagainya.

Saat itu aku berharap semoga musibah banjir itu tidak terjadi lagi, tidak hanya aku saja sebenarnya tapi juga mereka yang pernah mengalaminya. Karena mendengar ceritanya saja sudah ngeri, air yang datang itu tiba-tiba dan langsung besar. Jadi, banyak yang tidak sempat lari keatas karena berdesakan dengan yang lainnya. Iya kalau bisa berenang, kalau tidak bisa berenang sepertiku bagaimana nasibnya.

Selain itu sakit saat berada jauh dari keluarga itu sangat tidak enak, jadi selama aku jauh dari keluarga aku berusaha untuk tidak sampai jatuh sakit.

Namun, tidak sampai dua bulan di sana, apa yang aku takutkan terjadi dan menurutku lebih mengerikan dari cerita yang aku dengar sebelumnya.

Hari itu, tidak ada hujan atau pun angin, tapi seharian cuacanya memang sangatlah dingin, sampai bikin malas ke kamar mandi. Saat masuk waktu shalat Maghrib, teman-teman sudah pada berkumpul di musholla, tiba-tiba dari jauh terdengar gemuruh, tapi tidak kunjung jelas. Hingga saat raka'at ke tiga, tiba-tiba gerbang dalam yang berbuat dari kaca itu jebol dan disusul air yang begitu deras.

Tidak sampai sholat berakhir, air di emper musholla itu sudah mencapai lutut, tapi tidak sampai naik ke dalam musholla. Teman-teman pun banyak bubar meski belum selesai, karena panik mereka tidak sempat memikirkan apapun. Kami pun akhirnya lari ke lantai atas dengan hanya menggunakan mukena. Yang tinggal di kamar atas enak langsung lari ke kamarnya, tapi yang tinggal di kamar bawah berkumpul di ruang belajar, termasuk aku.

Mungkin dalam hitungan menit, air di bawah itu sudah mencapai dada orang dewasa. Yang bisa berenang mereka berenang menyelamatkan barang-barang teman-teman yang lain yang masih bisa diselamatkan (di lemparkan ke atas lemari).

Dari kejadian itu aku baru tahu dengan istilah 'banjir kiriman' yang katanya air yang datang itu berasal dari daerah hulu sana. Namun, karena airnya tidak terserap dengan normal, maka akhirnya air pun meluap dan mengalir ke daerah lain.

Aku yang saat itu masih berstatus santri baru dan tidak banyak kenal teman-teman di sana rasanya sedih banget. Mau minta bantuan atau mau pinjam jaket rasanya malu karena gak kenal, sedangkan mukena yang aku pakai tidak cukup menghangatkan, perut pun sudah mulai lapar.

Air di bawah masih belum surut meski beberapa jam sudah berlalu, hingga mungkin sekitar tengah malam, ada salah satu teman yang membangunkan aku dan mengatakan ada yang mencariku.

Aku yang masih belum sadar sepenuhnya langsung aja mengikuti anak itu ke arah tangga menuju lantai bawah. Benar di sana ada seorang teman perempuan — yang kutahu tinggal di kamar sebelahku— menunggu dengan tangan memegang bingkisan.

Dia bilang bingkisan itu untukku dari seorang lelaki, saat kutanya siapa? Dia bilang tidak tahu. Memang tidak hanya teman-teman yang bisa berenang saja yang membantu menyelamatkan barang-barang, tapi juga ada warga kampung.

Aku tidak berpikir itu adalah kiriman dari warga kampung, karena tidak ada yang tahu tentang aku dan juga tidak ada familiku yang tinggal di kampung sekitar pesantrenku.

Saat kembali ke ruang belajar, aku memberanikan diri membuka bingkisan plastik hitam itu. Di dalamnya terdapat jaket tebal berwarna hitam dan sekotak martabak manis hangat. Meski masih penasaran dengan pengirimnya, aku tetap memakai jaket itu dan menyantap martabak itu bersama teman-teman yang kebetulan belum tidur.

Pagi harinya, air sudah surut hanya tersisa batang-batang kayu dan sampah plastik yang berserakan. Kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan dan digantikan dengan kerja bakti membersihkan tempat-tempat yang kotor.

Hingga semua kegiatan berjalan dengan normal, kiriman jaket dan martabak itupun masih menjadi misteri yang tidak bisa aku pecahkan sampai hari ini.

Tapi, siapapun itu aku sangat berterima kasih dan doa terbaik untuknya.

Oke, sampai di sini dulu ceritaku yang tidak menemukan titik terang ini, tapi percayalah bahwa di setiap kesulitan yang kita alami kadang memang ada pertolongan Allah yang tidak terduga.

@istijabah
Referensi: pengalaman pribadi



Diubah oleh istijabah 06-03-2021 22:40
hvzalf
husnamutia
ucupthea
ucupthea dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.7K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Tampilkan semua post
HarlequinzAvatar border
Harlequinz
#5
Quote:


tak melu2 wong 1 iki ahemoticon-Ngakak

Kruingputih4
aniespawangair
aniespawangair dan Kruingputih4 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.