amyjk02Avatar border
TS
amyjk02
Cinderella Ngojek


Halo, mana nih yang demen romantis-romantisan dan baper-baperan? Kumpul sini! Kisah gadis cantik yang kecantol tukang ojek, padahal doinya cakep paripurna. Apa sih yang istimewa dari si tukang ojek? Kenapa juga si cewek kok gak betah sama doinya yang cakep?

Penasaran? Ikutin, yak!



Sc: pinterest
Edited: pixalleb

Komedi Romantis

Bagian Satu Perfect Meet


1. Perfect Meet
šŸŒ¹šŸŒ¹šŸŒ¹

Bening meletakkan tas dan sepatunya di sembarang tempat. Lantas menghempaskan tubuh tinggi langsingnya di tepi ranjang. Jemari lentiknya mengurut kening, pening. Mata itu terpejam sesaat. Saat membuka mata, dia tertegun menatap kotak berukuran sedang di atas meja. Keningnya berkerut, tapi sesaat kemudian tersenyum semringah.

Kotak berwarna hitam berpita merah muda dengan cepat dibongkar. Mata Bening terbelalak.

"Ow, so beautifull!" Tangannya meraba kain sutra hitam dengan payet bunga mawar. Dia juga mengeluarkan sepatu hitam pekat berhak runcing dengan bagian jari yang terbuka.

Bening menoleh ketika ponselnya berdering. Nada spesial membuat gadis itu tertawa senang.

"Sayang? Sudah dilihat?" tanya suara lelaki di seberang sana. Bening menggangguk cepat, padahal dia tidak akan melihatnya.

"Makasih, Sayang. Aku suka!" ucap Bening antusias.

"Syukurlah! Aku jemput dua jam lagi, ya?"

"Kita mau ke mana?"

"Nggak kemana-mana, sih. Aku cuma mau lihat kamu aja."

Bening membenamkan wajah bersemunya di bantal. Degup jantungnya seolah berpacu dengan denting detik yang terasa melambat.

"Pokoknya dua jam lagi, oke?"

"Ehm, aku belum mandi, lho."

"Nggak apa-apa. Nungguin bidadari mandi nggak bosen, kok!"

Bening terkekeh.

"Sudah, ya, see you."

"Tapi aku masih kangen."

"Jangan kangen. Kangen itu sakit. Kamu nggak boleh sakit. Cukup aku saja!"

"Hehe. Sudah jadi Dilan, ya, sekarang?"

"Kok Dilan? Tetap Kevin, dong!"

"Hehe, iya deh."

Mereka saling diam untuk beberapa saat. Hingga ....

"Jangan diem aja! Nanti aku ketahuan."

"Ketahuan apa?"

"Ketahuan kalau detak jantungku bunyinya nama kamu."

Kali ini Bening menjerit. Tentu saja setelah menjauhkan ponselnya dari pipi. Gadis itu meredam jeritannya di balik bantal.

"Sayang? Kamu di mana?" Suara di ponsel menyadarkan Bening yang sibuk berbunga-bunga.

"Eh, iya. Di sini."

"Oh. Oke, see you, ya?"

Dengan berat hati Bening memutus sambungan telepon. Gadis itu tersenyum dengan memeluk bantal dan mata yang fokus menatap ponsel. Ada fotonya bersama Kevin sebagai wallpaper.

"I love you," bisiknya dengan mengerucutkan bibir membentuk kecupan. Lantas tertawa geli.

Tiga bulan menjalin kasih dengan Kevin membuat hidup Bening seolah di surga. Penuh cinta, selalu jatuh cinta, berbunga cinta, dan bertebaran cinta setiap hari.

Mereka bertemu di sebuah acara peresmian restoran Jepang di dekat rumah Bening. Kebetulan Bening saat itu diajak oleh temannya yang ternyata adalah relasi bisnis Kevib. Bening tidak sengaja menumpahkan minumannya ke dada pemuda kala itu.

Mereka lantas berbincang hangat, padahal hal itu bisa saja menjadi bahan pertengakaran, 'kan?

"Boleh aku minta nomor kamu?" tanya Kevin sebelum mereka berpisah. Acara akan dimulai. Kevin akan berada di deretan para pemilik acara, orang-orang penting. Sedangkan Bening hanya duduk di kursi tamu dan bisa pulang kapan saja tanpa menunggu acara selesai.

"Hm, no!"

Raut wajah kecewa Kevin jelas terbaca. Namun, Bening malah terkekeh.

"Beri aku alasan kenapa harus memberi nomorku padamu!"

"Pertama, aku mau kenal kamu. Kedua, aku mau kenal kamu. Ketiga, aku mau ... kenal dan dekat denganmu."

Bening tersenyum dan menunduk. Bukan malu atau tersipu, gadis itu hanya ingin menghindari tatapan mata tajam berkornea hijau lumut itu.

"Please!" Kevin memohon. Pemuda itu menangkupkan kedua telapak tangan di depan mulut.

"Kenapa kamu malah minta nomor. Padahal kita bahkan belum menyebut nama masing-masing." Bening mengingatkan. Memang, meski sudah berbincang sekian menit, tapi mereka bahkan belum berkenalan.

"Bagiku, nomor telepon kamu lebih penting." Bening mengerling. "Biar aku punya alasan untuk telepon kamu. Nanya nama, hehe."

Mereka tertawa. Ada debar dan getar berbeda di dada masing-masing.

"Can I?" tanya Kevin lagi. Bening pura-pura berpikir.

"Oke, tapi ... empat digit terakhir kuberikan kalau kita kembali bertemu." Bening meraih ponsel yang sejak tadi diulurkan Kevin. Lantas mengetik beberapa digit angka.

"Semoga kita bertemu kembali." Bening melambaikan tangan ke arah Kevin yang semringah menatap delapan digit angka yang ditinggalkan Bening.

"Kita pasti ketemu lagi," teriak Kevin yang hanya dibalas senyuman oleh Bening.


Siapa sangka keesokan harinya Kevin sudah nongkrong di taman depan butik milik Bening. Kevin yang hanya mengenakan kaus putih polos dengan jeans belel hitam tetap terlihat berkelas. Ya tentu saja karena mobil mewahnya yang diparkir di halaman butik.

"Hai?" sapa Kevin canggung. Lelaki atletis itu menggaruk rambut, menatap sekeliling. Entah kenapa dia mendadak grogi melihat Bening pagi itu.

"Oh, ha-hai." Bening tertular kegrogian Kevin. Gadis itu merapikan rambut sebahunya yang tergerai. Sesekali dia juga meremas tali tasnya sendiri, gemas.

"Boleh aku lihat koleksimu?" Bening mengangguk.

Kevin mengikuti langkah Bening memasuki butik. Aroma vanila dari tubuh Bening membuat dadanya berdebar. Sering bertemu banyak wanita cantik, tapi tetap saja dia masih canggung ketika bertemu Bening. Apakah ini ...?

Cukup lama mereka berbincang. Kevib mencari jas untuk acaranya di Jepang dan Bening dengan telaten menunjukkan koleksinya. Sayangnya, tubuh kekar Kevin tidak terdaftar dalam koleksi jasnya. Bening menyarankan untuk membuatkan jas untuk Kevin.

Acara ukur mengukur badan pun dimulai. Bening berdebar menempelkan pita pengukur ke tubuh Kevin. Begitupun Kevin tak kuasa menahan debar ketika jemari lentik dan harum milik Bening menempel di dada bidangnya.

"Apa empat digit yang tersisa bisa kuambil sekarang?" Bening mendongak, menatap mata tajam yang sedang menatap wajahnya. Tinggi badan Bening memang hanya sebatas leher Kevin, membuat gadis itu kesulitan menatap wajah lelaki itu

"Ehm, iya. Aku beri nanti." Bening mengalihkan pandangannya, menulis ukuran yang didapat di buku catatan.

Bening terkejut ketika berbalik. Kedua tangannya menabrak dada Kevin. Lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke tubuh Bening.

"Aku hanya ingin memastikan jika kamu tidak salah menulis ukurannya. Jika benar, berati aku tidak punya alasan lagi untuk sedekat ini denganmu."

Bening menunduik, menyembunyikan wajah bersemu merahnya.

Pertemuan demi pertemuan lantas terjadi. Membuat kuncup merah muda perlahan merekah. Kevin memupuk benih cinta itu dengan perhatian dan pesonanya. Bening merawatnya dengan debar sama yang tak mampu lagi disembunyikan. Hampir setiap hari mereka selalu berkirim kabar. Hal kecil selalu menjadi bahan obrolan yang menyenangkan. Bagi Bening, Kevin adalah sosok idaman. Memahami betul bagaimana dunia dan perangai wanita. Sehingga Bening merasa diperlakukan dengan baik. Bagi Kevin, Bening selalu menyenangkan dan pintar. Gadis itu mampu mengimbangi pembicaraan Kevin yang memang suka membahas banyak hal.
šŸŒ¹šŸŒ¹

[Kamu di mana?]

Akhirnya Bening memberanikan diri mengirim pesan setelah dua hari Kevin tanpa kabar. Biasanya gadis itu akan gengsi memberi kabar terlebih dahulu. Namun, kali ini dia sudah tidak tahan. Dua hari tanpa suara dan kehadiran Kevin membuatnya kelimpungan.

Pesan itu hingga malam hanya centang satu. Bening menggerutu. Mood-nya mendadak berantakkan.

[Sudah punya yang baru, ya?]
Terkirim

[Aku nggak penting lagi, ya?]
Terkirim

"Please, Kevin!" Bening meremas rambutnya yang berantakkan. Mata lentiknya menatap layar ponsel.

"Ah, kenapa sih aku ini?" Dia menggeleng dengan cepat setelah membaca deretan pesannya yang masih centang satu.

"Kita kan cuma kenalan biasa, teman. Just friend!"

Jarinya dengan cepat menggeser layar, memilih opsi hapus pesan untuk semua.

Tok .... Tok ....
Bening menoleh. Setelah merapikan sedikit rambutnya dia menuju pintu.

"Paket, Mbak!" teriak suara lelaki di luar pintu.

"Sebentar!" Bening memang sedang menunggu paket kain dari teman bisnisnya.

Bening membuka pintu. Lelaki tinggi mengulurkan kotak kecil berwarna merah muda.

"Surprise!" Bening melongo setelah lelaki itu melepas topi yang menutup sebagian wajahnya.

"Kevin!" pekik Bening. Gadis itu refleks memeluk tubuh tinggi besar di depannya.

"Kangen, ya?" Bening tersadar lantas melepas pelukan. Wajahnya bersemu merah.

"I love you," ucap Kevin menunduk membuat wajahnya tepat berada di depan wajah Bening. Mata mereka beradu. Saling menyelami perasaan masing-masing.

"Aku tahu kamu mau jawab apa?" Kevin memainkan bola matanya, mengerling.

"Apa?"

"I love you too," ucap Kevin dengan gaya kemayu menirukan suara wanita. Bening tergelak.

"Ge er banget!"

"Terus?"

"Jadilah tujuan rinduku yang menggunung untuk berlabuh! Jadilah alasanku tersenyum setiap pagi!" ucap Bening pelan dengan tatapan yang tak beralih dari wajah Kevin.

Senyum Kevin merekah. Dia merentangkan tangan, menyambut pelukan dari Bening. Namun, gadis itu malah ngeloyor masuk setelah merebut kotak kecil dari tangannya. Pemuda itu melongo dan memeluk dirinya sendiri.
....
Bersambung
Diubah oleh amyjk02 03-06-2020 03:51
indrag057
enyahernawati
i4munited
i4munited dan 24 lainnya memberi reputasi
25
2.1K
84
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThreadā€¢41.7KAnggota
Tampilkan semua post
ukhtyfit81Avatar border
ukhtyfit81
#18
Ternyata bener ya luka akan sembuh dengan kedatangan orang yang bisa membuat kita nyaman, walau nyatanya itu orang baru.
amyjk02
amyjk02 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.