Kaskus

Story

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
SANTET - Dendam Berakhir Petaka
Prolog





“ ya tuhannn…kalau begitu perkataan ambu selama ini benar tang, kejadian menghilangnya ita ini bukanlah sebuah kejadian biasa, bisa jadi sosok wanita tua itu adalah penghuni ghaib di kawasan hutan kecil perbukitan yang merasa enggak suka dengan tingkah laku ita sewaktu ita memasuki kawasan hutan kecil perbukitan….”
“ entahlah mbu, atang jadi bingung di dalam meyikapi kejadian yang menimpa ita ini....karena semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini....semakin banyak juga terlihat fakta fakta yang saling bertentangan antara kejadian yang satu dengan kejadian lainnya.....”
“ ahhh perkataan kamu itu telalu ribet tang....ambu enggak mengerti dengan maksud perkataan kamu itu....” gerutu ambu seraya memasang ekspresi wajah kebingungannya
“ maksud atang begini mbu, pada awalnya atang menduga kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini ada hubungannya dengan kejadian menghilangnya ita, tapi dengan semakin banyaknya kejadian ghaib yang terjadi di rumah ini, atang mulai merasa ragu dengan dugaan atang itu....”
Enggan rasanya bagiku untuk menceritakan aib yang teramat kelam ini, namun di saat malam mulai menancapkan sisi kegelapannya, aku hanya bisa terdiam diantara goresan penaku di dalam menuliskan baris demi baris kalimat yang mewakili jeritan hati dari suara suara tanpa raga




PETAKA – Akhir Sebuah Dendam


@meta.morfosis


Note : cerita ini berjudul awal SANTET - Dendam Berakhir Petaka, berhubung adanya beberapa perubahan mengikuti data penulisan maka judul diubah menjadi PETAKA - Akhir Sebuah Dendam



Chapter :
SANTET - Chapter 1
SANTET - Chapter 2
SANTET - Chapter 3
SANTET - Chapter 4
SANTET - Chapter 5
SANTET - Chapter 6
SANTET - Chapter 7
SANTET - Chapter 8
SANTET - Chapter 9
SANTET - Chapter 10
SANTET - Chapter 11
SANTET - Chapter 12
SANTET - Chapter 13
SANTET - Chapter 14
Diubah oleh meta.morfosis 30-08-2021 03:40
JohanZing0
JabLai cOY
anandaalvi27
anandaalvi27 dan 63 lainnya memberi reputasi
62
32.5K
160
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45.3KAnggota
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#56
Chapter 10







“ bukan menyeramkan lagi kang….itu super menyeramkan…” ujar mang ayip yang sepertinya kini sudah merasa lega karena telah berbagi cerita tentang kejadian menyeramkan yang telah dialaminya
“ ohh iya kang…saya mempunyai sedikit pandangan atas kejadian yang telah saya alami semalam itu…itu pun kalau kang atang mempercayainya…”
“ pandangan seperti apa mang….?”
“ walaupun sosok penampakan ghaib yang saya lihat semalam itu menyerupai ni riwa, bisa jadi penampakan ghaib itu, adalah salah satu bentuk gangguan dari mahluk ghaib penunggu tempat ini yang merasa enggak suka karena kang atang telah membuka warung ini tanpa meminta izin terlebih dahulu, atau bisa juga kang….penampakan ghaib yang telah saya lihat itu adalah salah satu bentuk kiriman jahat dari seseorang yang mungkin mempunyai dendam pribadi kepada kang atang atau kepada keluarga kang atang….”
“ wahhh mang…mungkin kalau gangguan ghaib itu terjadi karena atang yang belum meminta izin kepada penunggu ghaib di tempat ini, itu bisa saja terjadi….tapi kalau sudah menyangkut kiriman jahat dari seseorang, rasanya sangat enggak mungkin….karena keluarga atang sama sekali enggak mempunyai musuh di luar sana….hmm..jangan jangan mang ayip berpandangan seperti itu karena mang ayip terpengaruh dengan desas desus di luar sana yang mengatakan abah mempunyai banyak musuh…..”
Begitu mendapati perkataanku itu, dengan seketika, ekspresi wajah mang ayip memperlihatkan rasa penyesalannya karena telah mengeluarkan pendapatnya yang menyentuh pada ranah desas desus yang mengatakan bahwa abah mempunyai banyak musuh sewaktu abah mengikuti pemilihan kepala kampung
“ haduhh kang atang…maaf…sekali lagi maaf..saya sama sekali enggak bermaksud mengarah ke arah sana, tolong jangan tersinggung dan tolong juga jangan membicarakan hal ini kepada abah kang atang….” ujar mang ayip dan berbalas dengan senyum kecilku
“ tenang saja mang…saya enggak akan membicarakan hal sepele ini kepada abah…lagi pula itu kan merupakan hak mang ayip untuk mempercayai atau enggak mempercayai desas desus itu….”
Selepas dari perkataanku itu, dengan mengabaikan keyakinanku yang meyakini bahwa beberapa kejadian ghaib yang telah terjadi di rumahku ini adalah efek dari kejadian menghilangnya ita, aku meminta saran kepada mang ayip untuk memberikan jalan keluar terbaik apabila kejadian ghaib yang terjadi di rumahku ini memanglah disebabkan oleh ulah penunggu ghaib di tempat ini yang merasa tidak suka karena aku tidak meminta izin sewaktu aku memulai usaha, dan pada akhirnya mang ayip memberikan saran agar aku memberikan sesaji sebagai bentuk permintaan maaf kepada penunggu ghaib di tempat ini
Tanpa terasa waktu yang terus berjalan, kini mengantarkan hari beranjak menuju malam, suara kumandang azan magrib yang mulai terdengar, menghadirkan keraguan di hatiku untuk beranjak pergi menuju ke masjid guna melaksanakan sholat magrib berjamaah
“ kamu ini kenapa tang… seperti lagi banyak pikiran saja….kalau kamu memang ragu untuk ke masjid, sebaiknya kamu sholat di rumah saja….” saran ambu diantara keberadaanku yang saat ini tengah memandang ke arah halaman rumah melalui kaca jendela rumah
“ iya mbu….mbu..entah mengapa perasaan atang semakin hari kok semakin enggak enak saja ya….”
“ kalau memang ada yang ingin kamu bicarakan tang…sebaiknya kamu sholat dulu, setelah itu kamu bisa membicarakannya dengan ambu, siapa tahu ambu bisa meringankan beban pikiran kamu itu…..”
Berat rasanya bagiku untuk kembali menambah beban pikiran ambu yang saat ini tengah terkonsentrasi dalam memikirkan kondisi ita, dengan cerita mengenai kejadian ghaib yang telah dialami oleh mang ayip, tapi rasanya tidak ada pilihan lain lagi bagiku selain aku harus menceritakannya, hal ini aku lakukan agar ambu bisa mengambil keputusan yang tepat di dalam menyikapi kondisi ita saat ini, hingga akhirnya setelah aku melaksanakan sholat magrib, aku langsung menceritakan kepada ambu mengenai kejadian yang telah di alami oleh mang ayip
“ hahh…apa kamu yakin tang....kalau mang ayip itu enggak sedang berbohong…?”
“ atang yakin mbu….karena apa yang telah diceritakan oleh mang ayip, sama persis kriterianya dengan sesuatu yang hadir di saat atang mengalami kejadian ghaib di kamar ita…”
Mendengar perkataanku itu, ekspresi wajah ambu yang semula terlihat tenang kini terlihat mulai menampakan ketidaktenangannya
“ memangnya kamu telah mengalami kejadian ghaib apa lagi tang di kamar ita….?” tanya ambu dan berbalas dengan jawabanku yang menceritakan tentang kejadian ghaib yang telah aku alami di kamar ita
“ ya tuhannn…kalau begitu perkataan ambu selama ini benar tang, kejadian menghilangnya ita ini bukanlah sebuah kejadian biasa, bisa jadi sosok wanita tua itu adalah penghuni ghaib di kawasan hutan kecil perbukitan yang merasa enggak suka dengan tingkah laku ita sewaktu ita memasuki kawasan hutan kecil perbukitan….”
“ entahlah mbu, atang jadi bingung di dalam meyikapi kejadian yang menimpa ita ini....karena semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini....semakin banyak juga terlihat fakta fakta yang saling bertentangan antara kejadian yang satu dengan kejadian lainnya.....”
“ ahhh perkataan kamu itu telalu ribet tang....ambu enggak mengerti dengan maksud perkataan kamu itu....” gerutu ambu seraya memasang ekspresi wajah kebingungannya
“ maksud atang begini mbu, pada awalnya atang menduga kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini ada hubungannya dengan kejadian menghilangnya ita, tapi dengan semakin banyaknya kejadian ghaib yang terjadi di rumah ini, atang mulai merasa ragu dengan dugaan atang itu....”
Untuk sejenak aku menghentikan perkataanku itu, keteringatanku akan perkataan mang ayip sewaktu mang ayip menceritakan kejadian ghaib yang telah dialaminya, sepertinya kini dapat aku jadikan landasan dari dua kemungkinan lainnya yang menjadi penyebab terjadinya gangguan ghaib di rumahku ini
“ mbu...apakah ambu mengenal ni riwa....?”
Pertanyaan yang terucap dari mulutku itu dengan seketika menghadirkan ekspresi kebingungan di wajah ambu, hingga akhirnya setelah beberapa saat lamanya ambu terdiam di dalam upayanya untuk mengingat ingat kembali akan sosok ni riwa yang mungkin dikenalnya, ambu akhirnya mengatakan bahwa ambu tidak mengenal sosok ni riwa
“ ni riwa itu adalah seorang nenek tua yang dulu tinggal di kampung kita ini mbu, dan entah karena apa yang menjadi penyebabnya....tiba tiba saja, ni riwa menghilang dari kampung ini dan enggak pernah kembali lagi.....” ujarku diantara ekspresi keseriusan yang terpancar di wajah ambu di dalam mendengarkan perkataanku itu
“ kapan kejadian itu terjadi tang....?”
“ kalau berdasarkan penuturan mang ayip sih, kejadian itu terjadi di saat atang belum dilahirkan mbu....”
“ ya tuhan...kenapa ambu enggak bisa mengingat semua kejadian itu ya tang.....”
Kalimat keberputusasaan yang terucap dari mulut ambu, kini mengantarkan pergerakan jari jemari tangannya dalam memegangi keningnya, mendapati hal itu aku pun segera menenangkan ambu dan memintanya agar ambu tidak memaksakan diri untuk mengingat semua kejadian itu
“ tang...apakah kamu meduga, kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini ada hubungannya dengan ni riwa yang menghilang itu.....?”
“ entahlah mbu....tapi bisa jadi seperti itu, bisa jadi ni riwa menghilang dan meninggal di kawasan hutan kecil perbukitan lalu menjadi bagian dari mahluk ghaib yang menjadi penghuni kawasan hutan kecil perbukitan, dan dikarenakan ita memasuki kawasan hutan kecil perbukitan....para mahluk ghaib itu merasa terganggu lalu meneror ita....tapi...”
“ tapi apa tang.....?” tanya ambu dengan memasang ekspresi rasa keingintahuannya yang tinggi
“ mbu...kalau memang kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini akibat dari ita yang memasuki kawasan hutan kecil perbukitan, bukankah seharusnya hanya ita yang mengalami teror ghaib itu....?” tanyaku kepada ambu dan berbalas dengan keterdiaman ambu
“ apakah ambu melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini, kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini mulai ikut mulai ikut meneror kita mbu......dikarenakan hal itulah maka atang menduga, besar kemungkinannya ada dua kemungkinan lainnya yang menjadi penyebab terjadinya kejadian ghaib di rumah ini....”
“ dua kemungkinan lainnya.....” ujar ambu mempertegas perkataanku
“ iya mbu...dua kemungkinan lainnya, kemungkinan yang pertama, bisa jadi gangguan ghaib yang terjadi di rumah kita ini adalah akibat dari kita yang belum meminta izin kepada penunggu ghaib di rumah ini di saat kita baru saja memulai membuka usaha warung sembako...hanya saja atang sedikit meragukan kemungkinan itu, sedangkan untuk kemungkinan yang kedua, bisa jadi gangguan ghaib yang terjadi di rumah kita ini adalah ulah orang lain yang merasa enggak suka dengan keluarga kita....”
Terlihat perubahan ekspresi wajah ambu begitu aku telah mengakhiri perkataanku itu, kerutan kecil yang terlihat di dahinya seperti menggambarkan rasa ketidaknyamanan ambu atas perkataanku itu
“ tang, atas dasar apa kamu mengatakan kejadian ghaib yang terjadi di rumah kita ini adalah ulah dari orang lain yang merasa enggak suka dengan keluarga kita.....?”
“ atas dasar desas desus yang atang dengar dari warga kampung mbu....desa desus itu mengatakan bahwa abah mempunyai banyak musuh sewaktu abah mengikuti pemilihan kepala kampung......”
“ hahh...apa enggak salah bicara kamu tang, memangnya kamu yakin desas desus yang kamu dengar iu benar....…?” tanya ambu dengan suaranya yang meninggi
“ atang enggak tahu mbu...justru atang yang seharusnya menanyakan hal itu kepada ambu….tolong untuk kali ini ambu jujur kepada atang...apakah benar mbu abah mempunyai banyak musuh sewaktu abah mengikuti pemilihan kepala kampung....?”
Mendapati pertanyaanku itu, ambu mengarahkan tatapan matanya ke wajahku
“ kejujuran apa lagi tang yang kamu harapkan dari ambu…? jika kejujuran yang kamu maksudkan itu terhubung dengan masa lalu ambu....hari ini ambu bersumpah tang, enggak ada satupun yang ambu tutup tutupi dari kamu…ingatan ambu akan masa lalu ambu benar benar menghilang tang…yang ambu ingat hanyalah abah kamu tang…yaa abah kamulah yang pertama kali ambu lihat setelah ambu mengalami kecelakaan, di saat itu abah kamu begitu baik dan tulus dalam mengurus ambu, dan hal inilah yang menjadi pertimbangan ambu untuk menerima pinangan abah kamu, lebih dari itu…ambu benar benar sudah enggak ingat lagi tang…bahkan ketika kemarin kamu mengatakan bahwa ambu telah bertengkar dengan abah hingga ambu mengucapkan perkataan yang mengatakan bahwa abah telah menjual tanah yang bukan miliknya…itu pun ambu sudah enggak mengingatnya lagi tang..….”
“ maaf mbu....atang sama sekali enggak bermaksud membuat ambu.....”
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku itu, perkataanku itu kini terhenti seiring dengan tatapan mataku yang mendapati keadaan lampu rumah yang cahayanya terlihat semakin meredup, dan dikarenakan saat ini aku merasa yakin, meredupnya lampu rumah tersebut adalah akibat dari adanya permasalahan pada mesin genset, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan ini dan memilih untuk memeriksa mesin genset, hingga akhirnya selepas dari mesin genset yang telah aku periksa, aku sama sekali tidak menemukan adanya permasalahan pada mesin genset, hal ini berarti menunjukan, bahwa ada penyebab lain yang menyebabkan meredupnya lampu rumah
“ ahh brengsek…enggak biasanya seperti ini…”
Diantara rasa ketidakpuasanku terhadap hasil pemeriksaan pertamaku itu, aku kembali memeriksa beberapa bagian pada mesin genset yang aku curigai menjadi penyebab dari meredupnya lampu rumah, namun kini diantara aktifitasku itu, suara teriakan ambu yang terdengar begitu panik di dalam memanggil namaku, telah menghadirkan kecurigaan dihatiku akan kemungkinan telah terjadinya sesuatu yang buruk di dalam rumah, dan sesuatu yang buruk itu bisa jadi terhubung dengan kondisi ita saat ini, namun kini baru saja aku hendak beranjak bangun dari posisiku saat ini yang tengah duduk di hadapan mesin genset, ambu terlihat sudah terlebih dahulu berlari ke arahku dengan turut serta membawa kepanikannya, hingga akhirnya sesampainya ambu di hadapanku, aku merasa terkejut begitu mendapati adanya beberapa luka goresan di wajah ambu, dan keterkejutanku itu semakin bertambah menjadi begitu aku mendapati adanya bercak bercak berwarna kuning kecoklatan serta beraroma khas kotoran manusia, mengotori pakaian ambu
“ astaga mbu…apa yang telah terjadi….?”
“ ita tang….itaaa….”
Ambu menghentikan perkataannya, jari tangannya terlihat mengusap darah segar yang keluar dari luka goresan di bagian wajahnya, mendapati hal itu, tanpa berkata apa apa lagi, aku segera menarik tangan ambu untuk masuk ke dalam rumah, hal ini aku lakukan, selain aku ingin mengobati luka di wajah ambu, aku juga ingin mengetahui atas apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam rumah, hingga akhirnya sesampainya aku dan ambu di dalam rumah, posisi pintu kamar ita yang saat ini terbuka lebar, memperlihatkan keberadaan ita yang tengah berjongkok di lantai dengan wajah yang tertunduk
“ tang…jangan dekati ita…”
Seiring dengan perkataannya itu, ambu mencengram erat pergelangan tanganku, keinginanku yang semula hendak berjalan menghampiri ita, terpaksa aku urungkan, dan kini diantara keberadaan aku dan ambu yang hanya bisa terpaku dalam memandang ke arah ita, sinar dari cahaya lampu yang terlihat semakin meredup, seakan mengaburkan pengelihatanku atas sosok ita yang sesungguhnya
“ ya tuhan….” gumamku dalam rasa tidak percaya atas apa yang tengah aku lihat saat ini, karena saat ini aku melihat sosok ita secara perlahan mulai tergantikan oleh sosok wanita tua yang sama persis dengan sosok wanita tua yang di gambarkan oleh mang ayip, walaupun saat ini aku melihat posisi wanita tua itu tengah berjongkok dengan wajahnya yang tertunduk ke lantai, namun keberadaan tongkat kayu di tangannya serta susunan rambutnya yang tergerai tak beraturan, sudah cukup menjadi dasar bagiku untuk meyakini bahwa sosok wanita tua itu memanglah sosok wanita tua yang pernah di jumpai oleh mang ayip
“ mbuuu…ammbuu..liiihat ituuu kann….”
Dengan suara tergagap, aku mencoba untuk memastikan bahwa apa yang tengah aku lihat saat ini, tengah di lihat juga oleh ambu, namun kini begitu aku mendapati respon ambu berupa pergerakan tangannya yang menyentakan tanganku melalui jari jemarinya tangannya yang saat ini tengah menggenggam erat pergelangan tanganku, aku sadar bahwa saat ini hanya aku seorang diri yang tengah melihat sosok wanita tua itu
“ tang…kamu jangan nakutin ambu….ambu ini melarang kamu mendekati ita karena ambu takut, ita akan melakukan perbuatan yang sama seperti apa yang telah ita lakukan terhadap ambu…”
“ taappii mbuu…aa..ataang…..aatangg...meelllihatt…”

Diubah oleh meta.morfosis 30-08-2021 03:49
namakuve
simounlebon
glempoa563
glempoa563 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.