Halo gansis, TS memohon maaf untuk keterlambatan update karena sedang berkutat hebat di dunia nyata (dapet kerjaan double di kantor

) sehingga sedikit waktu untuk mengedit draft cerita yang ane janjikan untuk diubah menjadi satu sudut pandang saja. Woookkeeeehh tarik langsung gansis
Quote:
Sebuah cerita lain aku sisipkan disini.
Dimana mungkin ini menjadi asal mula rentet kejadian yang terjadi menimpa kami semua.
Kita semua sudah tahu perihal hubungan spesial Rena dan Satya selama ini.
Pernah suatu ketika, aku memergoki Rena keluar dari kamar Satya di tengah malam.
Karena memang posisi kamarku yang berada di antara kamar mereka, aku yang saat itu sedang menikmati secangkir teh hangat karena terbangun di malam hari dapat dengan jelas melihat Rena melewati kamarku.
Entah apa yang mereka perbuat, tetapi aku acuhkan karena memang hal seperti itu di duniaku saat masih berada di Bandung sangat biasa.
Apalagi dengan Rena yang mana dia termasuk perempuan beraliran bebas dan termasuk acuh dalam pergaulannya.
Sebelum berangkat ke tempat ini, menurut cerita orang-orang terdekatnya (Rasha dan Yuka), Rena sedang dalam keadaan patah hati.
Lelaki yang sudah 2 tahun menjadi kekasihnya berselingkuh dan memilih menikah dengan sesama temannya di Klub Malam.
Mungkin sangat tidak profesional ketika aku membiarkan hal itu terjadi, terlebih aku adalah seorang pemimpin disini.
Yah, tapi mau bagaimana lagi, semua masih berjalan normal hingga akhirnya semua menerima resiko yang mereka perbuat selama ini.
Gosip sepertinya sudah menyebar dengan rata.
Hubungan terlarang antara Rena dan Satya sepertinya menjadi awal mula marahnya para penunggu hutan.
Mitos lagi-lagi berbicara, apalagi ini perihal asmara yang mana mengatakan jika suku Sunda dilarang memiliki urusan hati dengan orang dari suku Jawa.
Rasanya punggungku seperti remuk seluruhnya, hanya bisa aku melihat daun-daun berwarna gelap diatas sana.
Tiran pun sudah hampir menyerah sepertinya, sekarang dia tidak lagi berusaha memanjat lubang yang lebih menyerupai sumur ini.
Tiba-tiba akar pohon yang ditarik oleh makhluk tak kasat mata itu menjulur kembali.
Aku terperanjat, saat gelap ini aku masih bisa melihat siapa orang yang menjulurkan akar pohon itu kembali.
Itu adalah Rasha! Oh Tuhan entah bagaimana tapi dia sekarang berusaha menyelamatkan kami.
Singkat cerita tentang pertolongan ini, ternyata Rasha mendengar seseorang yang berjalan di belakang pohon tempat kami tertidur.
Saat itu juga dia mengikuti seseorang berkepala kuda yang melintas.
Namun karena rasa takut yang menghampirinya, Rasha memutuskan kembali ke tempatku tertidur dan menemukan tempat itu kosong karena aku sudah terbangun sebelumnya.
Setelah berhasil keluar dari lubang itu, kami berdua dengan buru-buru menerjang hutan semakin ke arah selatan dan mulai berpisah kembali dengan Tiran.
Tunggu, dari jauh aku menghentikan langkah karena melihat sosok berwarna hitam menjulang tinggi seperti pohon.
Aku mengisyaratkan gestur kepada Rasha agar segera menunduk dan bersembunyi di balik semak belukar.
Ini adalah kali pertama aku melihat makhluk menyerupai manusia yang sebesar dan setinggi itu, mungkin jika harus disandingkan, perbandingannya hampir sama dengan pohon Nangka di depan mess.
Saat kutengokan wajah ke arah Rasha, dengan lugunya dia hanya menutup mata dengan kedua tangan terus mencengkram lenganku.
Hampir setengah jam kami berdiam diri disini, tetapi makhluk itu belum juga berpindah dari tempatnya berdiri menjulang.
Akhirnya dengan komunikasi pelan bersama Rasha, kami sepakat untuk mengendap-endap berjalan jongkok kearah timur, mustahil untuk menuju arah barat karena terhalang oleh rimbunnya semak belukar yang tinggi dan rasanya enggan untuk kembali ke arah utara di mana lubang itu berada.
Setelah beberapa meter berjalan jongkok, aku menarik tangan Rasha agar segera bangkit dan berlari kembali, melewati pepohonan tinggi di gelapnya hutan ini.
Entah kenapa, aku teringat mitos tentang hutan ini dimana sangat dilarang untuk menuju arah timur jika berada di di dalam hutan ini.
Ah terserah lah, untuk kali ini aku mentaati aturan mitos itu.
Sekarang kami kembali menuju selatan dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
Gawat, rintik air dari langit mulai turun dan membasahi sebagian tubuhku.
Rasha menunjuk kearah depan sana, ternyata ada sebuah gubuk kecil disana.
Hujan semakin turun dengan deras ketika kami sampai di gubuk itu.
Pintunya terbuka, tanpa permisi kami masuk ke dalam gubuk yang tak berpenghuni.
Akhirnya untuk sejenak, kami berpikir untuk tinggal sementara di sini dengan menunggu hujan reda adalah waktu tujuan kami untuk pergi.
Rasha : “Ga bajuku basah, dingin banget”
Erga : “Duh, mau gimana lagi dong ca, aku aja cuma pake kaos, basah juga nih”
Rasha : “Jaket ini ku gantung dulu deh, siapa tau cepet kering”
Rasha menggantung jaketnya yang basah, meninggalkan tubuhnya yang hanya memakai kaos berwarna kuning muda.
Aku paham dengan keadaan ini, aku berikan privasi saat dia melepaskannya dengan berbalik memunggungi Rasha dengan menghadap pintu gubuk.
“Udah ga”, suara lirih Rasha memberi isyarat.
PENTING !!!
Untuk judul selanjutnya berlabel 17+, agak sedikit ada adegan standar umur dan untuk pembaca yang dibawah rekomendasi umur diharapkan skip dulu
Tapi jalan cerita masih dapat dibaca kelanjutannya di judul setelahnya. See you!!