afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)


emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
aldomaverick18
aguzblackrx
cak6bih
cak6bih dan 203 lainnya memberi reputasi
192
225.4K
2.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#235
Aneh
Saat sosok bang Hale ini mendekat kearahku, terdengar suara seseorang lagi sedang menaiki anak tangga tapi kali ini suara itu terdengar sangat kencang dan cepat


“duk duk duk duk duk”

Ternyata sosok yang menaiki tangga itu adalah sosok bang Hale juga yang terlihat sangat pucat dari sekembalinya dari bawah mencari petunjuk seseorang yang mungkin masuk ke toko ini.

Melihat dua sosok wujud bang Hale aku menjadi sangat bingung, begitu juga sosok bang Hale yang baru menaiki tangga itu juga terlihat sangat kaget dengan sosok yang menyerupai dirinya ini.

Oh iya sebagai pengetahuan saja, bang Hale ini memiliki pawakan kecil namun memiliki rambut panjang sepunggung, ya kalo dari belakang mungkin bisa di kira dia adalah cewek.

Sosok bang Hale yang berada di depanku itu terlihat menundukan kepalanya sambil matanya perlahan menutup.

“loh yan, siapa itu yang didepanmu” sosok bang Hale yang baru saja naik bertanya padaku

“………….” Aku Cuma bisa berdiam diri sambil terus mengamati kedua sosok ini

“udah buruan minggir menjauh dari dia, buruan kesini” sosok bang Hale yang baru naik menyuruhku untuk mendekatinya

“stop yan, bentar jangan deketin dia dulu, aku tau kamu kelihatan bingung, tapi aku nggak tau apa yang kamu liat, aku Cuma bisa denger barusan ada seseorang yang menyuruhmu menjauh dan segera mendekati dia, jangan turuti dulu” perintah bang Hale yang berada di depanku

“sudah buruan kesini yan bahaya” ujar bang Hale yang baru saja naik

Aku yang merasa kebingungan dengan adanya sosok bang Hale dan harus menuruti siapa, karena aku tak tau mana yang asli dan mana yang jelmaan,

“ini beberapa kali terjadi yan, makanya dari lama aku Cuma bekerja sendiri disini sebagai teknisi, soalnya rekan teknisi ku banyak yang kena gangguan dan nggak betah langsung pergi keluar dari kerjaan ini” ucap bang Hale yang berada di depanku

“sudah yan cep…..” banh Hale yang berada di dekat tangga turun berkata namun aku putus

“sudah diam semuanya, kamu (aku menunjuk bang Hale yang ada di depan tangga turun) sini maju kalo kamu benar benar bang Hale yang asli” ucapku menantang

Saat aku menyuruhnya untuk maju dia menolak dengan alasan takut akan sosok yang berada didepanku alias sosok bang Hale juga, bagiku karna untuk menentukan siapa yang asli dan siapa yang palsu harus berani memegang cincin dari mbah Margono ini.

“sudah gini saja, siapa di antara kalian yang berani memegang cincinku maka kamu lah sosok bang Hale yang asli” ucapku lebih tegas lagi pada mereka.

Bang Hale yang berada di depanku kemudian langsung mengangkat kepalanya dan melihat cincin yang berada di jariku ini, kemudian langsung dia pegang cincinku ini dan ternyata setelah dia pegang cincinku ini sama sekali tak berefek apapun, dalam hati aku sudah tau siapakah sosok bang Hale yang asli.

Aku memang belum menyebutkan dampak bagi makhluk halus saat memegang cincinku ini, dan karena tak mau kalah sosok yang menyerupai bang Hale ini berencana mendekat kearahku, namun karna ku tahu sosok bang Hale yang asli ini terlihat ketakutan maka aku putuskan untuk aku yang beranjak maju mendekati sosok bang Hale tiruan itu.

“kamu beneran mau megang cincin ini, kalo ada apa apa jangan salah kan aku” aku mencoba memperingatkan sosok tersebut

Namun yang terjadi adalah dia tetap mau memegang cincin yang aku kenakan itu dan sebagai hasil nya sosok itu langsung terlempar menembus tembok dibelakangnya, dan saat itu juga aku menarik tangan bang hale yang sudah mulai dingin karena ketakutan dan langsung turun kebawah keluar dari toko dan menguncinya, tak lupa juga kita mematikan listrik melalui saklar pusat yang berada diluar toko, mengingat beberapa perangkat didalam masih dalam keadaan menyala, takutnya kalo di tinggal pulang malah terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

Saat di luar toko aku memastikan keadaan bang Hale benar benar normal dulu, takutnya kalo dia pulang dalam keadaan masih syok akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Beberapa pertanyaan aku tanyakan pada bang Hale dan terlihat dia mantap untuk pulang sendiri, namun raut muka nya masih menunjukan rasa takut, aku Tanya dia akan pulang ke rumah atau ke basecamp nya, dan ternyata dia memilih untuk pulang ke basecamp nya yang memang kalo di pikir lebih mending pulang ke basecamp karena lebih dekat dibanding rumahnya.

Aku berpisah dengan bang Hale, sesampainya dirumah aku sudah disambut oleh nenek Lasmi yang menungguku digerbang.

“den Ryan nggak papa, nggak terjadi masalah apa apa kan” Tanya nenek Lasmi memastikan

“Ryan nggak papa nek, memang kenapa” Tanya ku penasaran

“tidak apa apa kok, sudah sekarang den Ryan langsung masuk saja hari sudah semakin malam” perintah nenek Lasmi padaku

Aku yang kebingungan hanya menurut apa perkataan nya saja, namun setelah aku masuk kedalam rumah ternyada di ruang tamu sudah ada mbah Margono dan bapak yang sedang ngobrol serius.

“cie ilah lagi pada ngobrol apaan sih serius amat mbah” tanyaku menggoda Mbah Margono

“kamu ini dari mana saja dari tadi, kenapa pulangnya jam segini” respon mbah Margono seolah memarahiku

“kamu dari mana aja sih yan, tapi nggak papa kan” Tanya Bapak padaku

“eee Ryan nggak papa kok mbah, pak, kenapa semua pada nanyain gitu sih” tanyaku makin menasaran

“sudah sekarang kamu istirahat saja sana, bapak dan mbah Margono ada urusan, besok bapak ceritain” perintah bapak padaku

Aku pun yang memang sudah merasakan capek karena kegiatan di pekerjaanku, langsung masuk ke kamar dan berganti baju untuk kemudian merebahkan tubuhku yang lelah ini di kasur empuk yang selalu kurindukan sepulang kerja.

Sosok Aruna datang masuk ke kamarku dengan cara biasa menembus tembok, raut muka yang di tampakan tak seperti biasanya, sosok ceria, centil, dan menggoda sama sekali tak Nampak saat itu, yang terlihat adalah sosok Aruna yang cemas, sedih, dan khawatir, entah khawatir karena apa tapi yang jelas seluruh penghuni rumah ini menanyakan keadaan ku, dalam hatiku aku sangat penasaran sebenarnya apa sih yang sedang terjadi.

Aruna perlahan berjalan keluar kamar dengan cara yang sama yaitu menembus tembok, sambil berjalan menembus tembok dengan lirih dia mengatakan

“maaf tak bisa menjagamu setiap waktu seperti Shinta”

Setelah mengucapkan kalimat itu Aruna pun pergi, aku yang penasaran dengan apa yang terjadi kemudian bangun dari posisi rebahanku dan keluar kamar, terlihat bapak dan Mbah Margono sedang duduk saling berhadapan dengan mata tertutup.

“pak, mbah sebenarnya ada apa sih kenapa semua terasa aneh gini” tanyaku dengan nada sedikit keras

Saat pertama aku berkata mereka sama sekali tak merespon perkataanku, aku mencoba mengulangi perkataanku sebanyak dua kali, dan saat pengulangan kata kataku yang terakhir alias yang ke tiga kalinya dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya, tiba tiba bapak membuka mataku dan langsung berdiri, bapak datang kearahku dan.

“PPLLAAKK”

Tamparan dari bapak sangat terasa sakit di pipiku, bapak terlihat marah namun juga terlihat khawatir, dengan mata yang melotot bersamaan dengan dia mengumpat rasa khawatirnya berkata

“bapak bilang istirahat, istirahat dulu, besok bapak ceritakan sama kamu yan” dengan suara pelan bapak memintaku untuk segera istirahat

Aku yang menahan sakit dan marah karena tamparan dan ditambah rasa aneh yang mengganjal langsung pergi ke kamarku dan segera merebahkan badan ku sambil memikirkan apa yang sebenarnya tengah terjadi, tak biasa biasanya bapak melakukan hal tersebut kalau aku tak kelewat batas.

Nenek Lasmi datang kekamarku, melihatku yang sedang meringkuk sambil menahan rasa sakit bekas tamparan bapak dan masih berfikir keras atas apa yang sedang terjadi.

“sudah den Ryan makanya turuti saja apa kata bapak mu itu besok pasti dia ceritakan semua nya padamu” ucap nenek Lasmi padaku

“tapi nek aku ini penasaran tentang apa yang sedang terjadi saat ini” aku yang masih ngeyel terus saja ingin tahu

“besok kamu akan tahu, oh iya ada seseorang yang mau ketemu kamu, apakah kamu mau, kamu pasti kangen banget sama beliau” nenek Lasmi mencoba menghiburku

“ah siapa nek, apa Shinta ya, aku mau dong ketemu” pikiranku dengan mudah teralihkan

“kalo kamu mau sekarang tutup matamu dan nanti ikuti arahan nenek ya kalo nenek sudah bilang buka mata berarti kamu boleh buka mata” ucap nenek Lasmi

Aku pun langsung mengikuti arahan nenek Lasmi, mataku mulai tertutup, terasa tangan nenel Lasmi menyentuh kedua mataku, tangan yang sangat lembut itu terasa sangat sejuk entah kenapa

Beberapa saat kemudian nenek Lasmi mengatakan padaku untuk membuka mata ku, saat aku membuka mataku perlahan aku masih berada di dalam kamarku, ternyata nenek Lasmi sama sekali tak membawaku keluar dari kamar ini, aku melihat ke sekeliling kamarku, sama sekali tak ada orang kecuali aku dan nenek Lasmi, aku sempat menanyakan pada nenek Lasmi, mana orang yang mau menemuiku kenapa dia belum ada disini, dengan senyum nenek Lasmi menunjuk kearah pintu kamarku dan saat itu juga, sosok wanita berkain jarit menggunakan kebaya masuk kekamarku

“nenek, nenek sama Shinta ya” tanyaku kegirangan

“ah koe ki, sek di pikirke mung Shinta thok, ra kangen tho karo simbah” protes nenek ku

(ah kami ini, yang di pikir Cuma Shinta aja, nggak kangen ya sama nenek)

“hehe ya kangen sih, tapi Ryan juga kangen sama Shinta nek” jawabku pada nenek

“Shinta sek ono tugas, sesok bakal ono wektune koe ketemu meneh” terang nenek padaku

(Shinta masih ada tugas, besok aka nada waktunya kamu ketemu lagi)

Kami pun ngobrol banyak malam itu, aku sempat menanyakan apa yang terjadi kenapa semua orang menanyakan keadaanku, dan ternyata jawaban nenek pun sama dengan yang lain, intinya aku harus menunggu keterangan dari bapak di esok pagi, aku sedikit kecewa karena Shinta masih belum bisa bertemu dengan ku, entah memang karena belom di perbolehkan sama nenek atau memang dia masih ada tugas dari nenek dan atau memang Shinta yang belum ingin beretmu dengan ku, tapi kalo di pikir pikir kenapa sepertinya kita tidak ada masalah saat terakhir ketemu.

Ada dua point yang disampaikan oleh nenek dimalam itu, intinya aku harus hati hati di setiap waktu banyak cobaan akan mulai menggangu ku, beberapa musibah yang akan terjadi jika aku tak berhati hati dalam mengambil tindakan, dan tak lupa nenek berpesan kepadaku untuk segera menikah, di lain karena nenek nggak suka aku terlalu lama pacaran karena akan menimbulkan banyak perzinahan, alasan lain adalah aku butuh partner hidup yang bisa melindungi secara fisik dan nonfisik, karena nenek berpesan diantara kalian nantinya akan ada yang “beristirahat”, entah maksud dari perkataan nenek itu apa.

Singkat cerita, satu tahun sudah berlalu, dan sekarang adalah tahun dua ribu delapan belas, tepat satu tahun setelah aku bekerja sama dengan bang Hale, seperti targetku saat masuk bekerja di toko pak Alfa, aku berencana akan melamar Via di hari ulang tahunnya, kalo sekarang berarti masih ada waktu sekitar tiga bulan sebelum ulang tahun Via.

Aku dan ibu berbelanja untuk kebutuhan lamaran nanti, tak seperti biasanya, bapak yang biasanya begitu semangat untuk mencari kan alat dan bahan yang berhubungan dengan merias barang untuk memperindah seserahan saat lamaran nanti, kini terlihat begitu kosong, sosok bapak yang selama ini aku kenal sama sekali tak Nampak saat itu, entah karena kebetulan sedang banyak kerjaan di kantor atau karena masalah lain, tapi yang jelas bapak tak terlihat seperti biasanya.

Beberapka kali aku mengajaknya untuk mencari bahan seserahan dan mengajaknya juga untuk menghias seserahan atau mahar itu bersama sama, namu kata kata penolakan selalu terlontar dari nya, entah apa yang sedang menganggu pikiran bapak yang jelas bapak terlihat sangat gelisah dan lebih banyak diam jika di ajak berdiskusi tentang lamaranku.

Aku pergi ke sebuah swalayan bersama ibuku untuk berbelanja kebutuhan lamaran ku dengan Via nanti, ibu terasa sangat kecapekan karena dirasa dia selalu memikirkan segala sesuatunya sendiri, dari barang apa saja yang akan menjadi seserahan dan bagai mana cara mengiasnya nanti, ibu terasa sangat memikirkan itu, padahal aku sudah sering mengatakan pada ibu untuk tidak usah terlalu memikirkannya, jika kita sendiri tidak bisa merias seserahan itu nantinya aku akan meminta orang lain yang meriasnya, namun mungkin karena pikiran orang tua untuk menghemat biaya maka ibu bersikeras untuk meriasnya sendir.

Aku sedikit emosi karena bapak masih belum menunjukan respon akan membantu persiapanku lamaran, yang dia kerjakan hanya lah berdiam diri sambil menatak pada layar laptop, entah apa yang dia kerjakan, dari pagi hingga malam itu terus yang dia kerjakan.

Aku sampai mengatakan pada ibuku, sudah lah bu, kita sendiri saja tidak apa apa, mungkin bapak sibuk, ibuk tidak perlu banyak pikiran nanti malah ibu sakit sendiri, kalo ibu sakit terus nanti siapa yang mau bantu aku nyiapin lamaran.

Dengan perkataanku itu ibu terlihat tersenyum dan sedikit bersemangat lagi tidak seperti tadi yang mungkin di dalam pikirannya, kenapa suaminya tak mau membantu di saat seperti ini, padahal kami benar benar membutuhkan bantuan nya.

Singkat cerita, tiga bulan sudah berlalu, hari H lamaran sudah tiba, aku sudah mengenakan pakaian rapi untuk datang ke acara lamaran di rumah Via, semua keluarga telah berkumpul untuk mengantarkan ku ke rumah Via dan keluarga, rasa berdebar debar sangat kurasakan, ini adalah salah satu langkah besar yang aku ambil untuk memantabkan kehidupanku di masa depan.

Jam sudah menunjukan pukul Sembilan pagi, kita sudah sampai di kampong Via, suasana yang masih guyup rukun sangat terasa disini, setiap warga yang kita temui selalu menyapa, ya maklum saja karena rumah Via berada di dalam gang otomatis mobil kita tidak bisa masuk kesana.

Sesampainya di rumah Via, kita sudah di sambut beberapa saudara Via, dari Pakde dan Pak lik Via yang sudah duduk di depan rumah, kita pun menyalami mereka dan langsung masuk ke rumah Via beserta keluarga, satu persatu acara kita lalui dari memperkenalkan kembali keluarga kita masing masing, kemudian menyusun tanggal baik untuk melangsungkan pernikahan nanti, semua kita lewati, hingga akhirnya sampailah di acara tukar cincin sebagai simbol sah kalau kita memang sudah menjalin hubungan yang lebih serius lagi. (oh iya di posisi ini Via sudah lulus ya lima bulan lalu dan dia sudah bekerja di pabrik di daerah Wonosobo juga saat itu)

Acara tukar cincin pun dimulai, aku mengambil cincin yang berada di kotak cincin dan ku selipkan di jari manis nya, begitupun juga Via mengambil cincin dan menyelipkan di jariku, semua terlihat bahagia, semua keluarga terlihat saling bercanda dan sangat akrab, sudah seperti keluarga sendiri.

Dan saat masih dalam keadaan senang tiba tiba aku mendengar suara dari arah luar rumah seorang wanita berkata

“cie cie Akhirnya lamaran juga cie” ucap seorang wanita

Aku mencari dari mana sumber suara itu, namun tak kutemukan, dari arah pintu aku melihat sosok Aruna yang sedang berdiri sana, dia terlihat tersenyum, nah ku pikir suara itu berasal darinya.

Namun saat dia berdiri disana dan aku masih melihatnya, tiba tiba suara tadi muncul lagi dengan ucapan yang sama, Aruna tersenyum sambil menahan tawa, dan dia menengok kearah kiri sambil mengayunkan tangannya menyuruh seseorang itu untuk mendekat.

Dan betapa senang dan terkejutnya ternyata sosok………
itkgid
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 56 lainnya memberi reputasi
57
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.