tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
Perawan Untuk Bapak (18+)




Aku Hilma. Perempuan dengan kehidupan begitu menjijikkan. Di mana keadaan hari-hariku hanya berbaring lemah terkulai, tak berdaya. Rasanya untuk makan saja diri ini sudah tak sanggup. Hanya menanti Tuhan kapan akan sudi mengambil kembali diri ini?



Jauh sebelum ini, kehidupanku baik-baik saja. Meski aku ditakdirkan bisu, namun rasanya kehidupanku dulu begitu menyenangkan. Tak seperti sekarang, keluarga cerai berai. Ayah dan Ibu bahkan Kakak laki-lakiku tak segan berteriak sekarang. Ayah main tangan, dengan Ibu yang menjadi korban. Bahkan mereka berdua tak mau saling mengalah sehingga saling main tangan.



Malam itu mati lampu. Suasana begitu gelap mengingat rumahku memang masih belum terpasang listrik. Pancaran lampu yang padam dari rumah warga yang menggunakan listrik membuat suasana semakin gelap pekat. Hanya dengan bantuan senter kecil di kamar masing-masing, khususnya aku memilih membaringkan badan cepat malam itu.



Dua jam berlalu, mata masih sangat sulit kupejamkan. Belum lagi suasana yang begitu panas membuat diri ini semakin susah untuk sekadar melenakan mata. Entah mengapa, malam itu perasaanku sedikit merasa was-was. Padahal jelas sudah, tempat tinggal kami memang selalu gelap. Dengan sekuat tenaga, kucoba kembali memejamkan mata. Toh, rumah memang selalu seperti ini. Jadi, tak ada yang patut dicurigai.



Saat setengah sadar hampir terbuai dalam alam mimpi, kurasakan tempat tidurku sedikit bergoyang juga sedikit menimbulkan suara besi lama dari tempat tidur. Sehingga dengan reflek badan kualihkan ke belakang di mana asal suara yang terdengar barusan. Sayangnya meski mencoba meraba-raba dan memperhatikan keadaan sekitar, tak ada tanda-tanda yang aneh.



Mengingat mata yang hampir terlena, aku memutuskan tidur kembali masih dengan posisi seperti tadi. Berbaring menyamping kanan.


'Hilma," panggil seorang pria yang tak kuketahui siapa. Badannya tinggi kurus dengan rambut hitam legam.


'Kemari,' lanjutnya.


Kami duduk di tepi pantai. Menikmati semilir angin laut yang terasa begitu manja bagi tubuh. Meski sebelumnya pria ini tak kukenali, namun berada di dekatnya membuatku sedikit terbuai. Ditambah gerakan tangannya yang membuatku terlena karena menjamah di mana saja. Hingga akhirnya ciuman panas terjadi di antara kami. Bibir saling melumat dengan tangannya yang terus bergerak hampir di seluruh badan.


Sejenak, ciuman itu kulepaskan mengingat diri ini hampir tak bisa bernapas.


'Aku menginginkanmu.'


Lagi, aku semakin terbuai. Pandangannya begitu teduh. Melihatku tak memberikan jawaban, ia kembali beraksi. Kali ini tangan kekarnya mulai turun ke bawah. Meraba memancing nafsuku. Dengan cepat, tangannya kuhentikan. Aku tak mau ini terjadi. Meski merasa nyaman, namun sejujurnya aku tidak mengenali siapa pria ini.


Pria itu tersenyum, tak sedikitpun terganggu dengan peringatan mataku yang memintanya untuk tidak berbuat lebih. Tangannya malah menahan tanganku yang akan menghentikan kembali aksinya. Napasku terengah, mencoba melawan dengan perlakuannya.



Gesekan tangannya semakin terasa. Membuat tubuhku semakin melawannya dengan hebat. Sebisa mungkin aku menghindarinya. Karena gesekan yang kurasa seolah begitu nyata. Saat mencoba bangun, tak sengaja aku menoleh ke belakang.



"Ya Tuhann ... Bapaak!!"
Diubah oleh tettettowet 25-02-2021 04:13
tien212700
padasw
jiyanq
jiyanq dan 12 lainnya memberi reputasi
11
7.9K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
tettettowetAvatar border
TS
tettettowet
#11
Part 3



Menjelang pagi, kantuk masih susah menyerang. Kejadian semalam berputar dalam bayangku seumpama slide. Aku tak tahu apa yang membuat Bapak seberani itu. Bahkan, ia berani menggosok kemaluanku yang sialnya kupikir itu hanya mimpi. Namun perbuatan Bapak selama membuatku melayang pada kejadian beberapa waktu siang. Saat itu aku ditugaskan Ibu menjemur pakaian di luar. Dengan telaten, kusampirkan pakaian tersebut satu persatu di atas pagar. Sebelumnya, aku tau jika Bapak memang sedang berada di belakangku. Tepatnya di pintu belakang.


Hal itu tak membuatku heran. Toh, ia sibuk bernyanyi sembari bersiul di sana.


Tak perlu kujelaskan bagaimana cara menjemur pakaian, terlebih pose menungging saat mengambil pakaian lainnya di dalam ember. Peraturan Ibuku, menjemur juga ada tata caranya sendiri. Dimulai dari pakaian besar seperti seprai lalu diikuti dengan pakaian yang terkecil. Pada saat itu, aku sedang memilih pakaian-pakaian besar seperti arahan Ibu. Pada saat itulah pantatku disentuh seseorang. Sehingga membuatku sangat terkejut sampai reflek langsung berdiri.


"Jadi perempuan gausah jorok amat! Noh dipantatmu ada kotoran!"


Setelah mengucapkan itu, Bapak berlalu tanpa mengucap sepatah kata pun lagi. Namun, masa itu tak membuatku mencurigai Bapak dengan kelakuannya yang bukan-bukan. Mengingat sejak kejadian itu ia bahkan tak pernah berprilaku aneh terhadapku.



Hingga sekarang, potongan kejadian masa lalu itu membuatku sedikitnya berpikir. Kalau Bapak melakukannya bukan karena kebetulan. Akan tetapi, ia melakukannya penuh kesadaran juga dengan unsur sengaja.




*******




"Ima, siang nanti banguni Bapakmu kalo Ibu belum balik, ya."


Jika takdir tidak seperti ini mengatur keadaanku, ingin rasanya aku memberontak. Menolak perintah Ibu dengan pengakuan sejujurnya dariku mengenai kelakuan Bapak. Sayangnya, meski menggerakkan tangan dengan bahasa isyarat membalas perintah Ibu, Ibu sama sekali tak melihatku, masih terpokus pada nasi goreng buatannya yang akan menjadi sarapan kami pagi ini.




"Anak angkat aja belagu, sih, lu! Udah nurut aja kenapa?!"



Entah dari mana, Dany datang duduk di meja makan pada kursi yang bersebelahan denganku. Tampaknya pria yang lima belas tahun umurnya di atasku itu melihat penolakan yang kuberikan kepada Ibu barusan. Namun, saat status mulai disentil, aku sama sekali tak berani berkutik lebih dari itu.



Seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohon. Dany mewarisi sifat Bapak, ia bahkan tak segan berteriak atau memukul apa saja jika sedang marah atau perkataannya dibantah.




"Hilma adikmu!"



Ibu menatap Dany marah. Selain dengan Bapak, Dany juga menjadi pemicu rumah ini menjadi kacau. Bahkan dengan Ibu, ia berani berteriak bahkan membentak Ibu.



"Ah, bacot! Bawa sini nasinya, lapar!"



Ia memakan sarapannya bahkan tanpa mencuci mulut terlebih dulu. Makannya begitu cepat seolah pria gila yang baru saja bertemu nasi. Membuatku sedikit merasa jijik. Terlebih bau napasnya yang pecandu minuman alkohol dan perokok berat.




"Ma, makan dulu. Ibu langsung berangkat kerja, ya?"



Aku mengangguk, melepas Ibu dengan perasaan yang entah. Hanya dari mengemis di jalan Tol, ia menafkahi kami bertiga. Pernah kucoba meminta untuk ikut bersamanya, namun dengan keras Ibu menolak. Ia hanya memintaku menjaga Bapak dan Dany agar tak membuat kacau di rumah.
genji32
jiyanq
pulaukapok
pulaukapok dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.