Quote:
Ada suatu larangan tidak tertulis di daerah yang kami tempati ini, semua orang disini tahu bahwa masuk ke dalam hutan Sembarani sangat dilarang.
Oiya, lagian siapa juga yang memiliki kemauan untuk masuk hutan gelap dan menyeramkan itu.
Aku sudah sering pulang bekerja pada malam hari, saat kulihat area hutan di sepanjang jalan bebatuan menuju mess, aku hampir selalu bergetar dibuatnya.
Suatu siang di aula istirahat pabrik, Satya pernah berkata kepadaku bahwa jika kita sampai tersesat di hutan itu, hal pertama yang harus kita cari adalah arah mata angin.
Satya menambahkan, jika kita sudah mengetahui kemana saja arah mata angin itu, pantangan besar jika kita memilih menuju arah timur.
Aku yang termasuk pemikir deduksi berpikir secara rasional, ah tentu saja itu alasan yang logis.
Jika merujuk pada bagaimana letak hutan Sembarani berada, arah barat hutan akan membawa kita ke area kawasan industri, di sebelah utara hutan ini adalah bukit Sangkala, bukit yang lumayan tinggi untuk kita bisa melihat keadaan sekitar dan membuat tanda pertolongan dari atas sana.
Lalu, arah selatan merupakan pilihan tepat, karena mengarahkan kita menuju jalan penghubung desa dan pabrik, hal itu sama dengan apa yang aku alami dengan Yuka waktu itu.
Sementara itu, jika kita nekat menuju arah Timur maka kita akan dihadapkan dengan hutan yang panjangnya berkilo-kilometer.
Erga : “Alasannya karena itu Sat?”, aku bertanya setelah menjelaskan teori yang ada dikepalaku.
Satya : “Wah pinter ya anda Pak Erga”, satya tersenyum mengiyakan.
Yuka : “Udah deh Sat, kita udah pengalaman masuk sana. Lagian gue banyak pengalaman kok masuk hutan atau naik gunung”, Yuka mencoba memotong semua pembicaraanku dengan Satya.
Satya berdiri, sepertinya akan melanjutkan pekerjaannya setelah makan siang ini.
Ketika membungkuk mengambil botol minumnya, Satya tertawa pelan dan berbicara menghadap kami dengan sinis.
“Mungkin jika pilihan kalian ke arah Timur, waktu kalian kembali bukan hanya 3 hari. Mungkin bisa 3 minggu, 3 tahun, atau bisa saja tidak bisa pulang selamanya”, celoteh Satya sebelum meninggalkan aku dan Yuka.
Saling tatap aku dan Yuka mencerna omongan Satya, tapi masa bodoh lah, hutan itu tidak pantas kami pikirkan.
Malam ini adalah jadwal kedatangan dua karyawan baru dari Bandung.
Seperti yang sudah rutin terjadi, diperkirakan mereka akan sampai di pabrik antara pukul 3 sampai menjelang subuh di hari minggu pagi.
Sudah aku persiapkan semuanya, dan tentu ada beberapa hal yang aku rencanakan.
Malam itu aku tugaskan Satya dan Yuka agar menunggu kedatangan mereka bersama Pak Ono di pos keamanan pabrik.
Waktu sudah menunjukan pukul 22.22 dan suasana mess sangatlah hening dikarenakan banyak karyawan yang pulang kerumah di akhir pekan.
Tiba-tiba saja Rasha menggedor pintu kamarku dengan berteriak memanggil namaku.
Entah apa yang terjadi, ketika pintu kubuka Rasha dengan gerakan yang buru-buru memeluk lengan sebelah kananku.
Erga : “Eh kenapa ini ca? Ada apa?”.
Rasha : “Ga, tolongin-tolongin cepet. Tolongin Rena ga”.
Erga : “Ada apa ini? Rena kenapa sih?”.
Rasha : “Udah buruan! Rena masuk ke hutan!”.
Rasanya mungkin seperti aku merasakan Déjà Vu, otaku merangkai perkataan Rasha, mengingat kejadianku masuk hutan dengan Yuka, serta teringat perkataan Satya tentang larangan itu tempo hari.
Aku terdiam sejenak, dengan tangisan Rasha menariku kembali tersadar.
Rasha menuntun dengan menyeret tanganku, lalu sampailah kita di depan pagar pembatas mess dengan hutan, dan kini aku dibuat dilema karenanya.
“Tenang ca, kita coba balik dulu ke mess. Kita bawa perlengakapan dulu, kita ambil senter dulu yaa”, Aku mencoba menenangkan Rasha yang sudah panik karena Rena sudah menghilang ke dalam hutan.
Dengan persiapan seadanya, aku mencoba menembus hutan itu.
Rasha yang aku sarankan untuk menemui Yuka di pabrik menentang dan bersikeras untuk ikut mencari Rena ke dalam hutan.
Sekitar 5 menit kami masuk hutan, ponsel dikantongku bergetar.
Aku berhenti berjalan dengan Rasha masih memeluk lenganku.
Rupanya alarm yang aku pasang pada pukul 11 malam berbunyi.
Tetapi aku melihat sebuah pesan masuk, sepertinya masuk sekitar beberapa menit yang lalu sebelum kita memasuki hutan dan membuat sinyal ponselku menghilang.
Itu adalah pesan dari Yuka, “Ga, Rena kesurupan disini…”.
Lanjut besok hari minggu Gansis
