Pagi hari, kami semua bangung lebih awal untuk melanjutkan perjalanan wisata menuju daerah kaliuarang, di dalam bis gua sengaja mendekati seno, seno bisa dibilang ketua dari angkatan gua.


Gua: “sen, taruni tingkat 2 yang duduk di depan itu siapa namanya”

Seno: “oh nior fany, kenapa emang rom ?”

Gua: “engga, cantik aja diliat”

Seno: “wkwkw tiati, banyak yang demen sama dia”

Gua: “masa ?”

Seno: “iya senior senior yang lain banyak yang suka sama dia, ya bisa di bilang idaman lah”

Gua: “wah berat nih kalo saingan”

Seno: “ya paling report kamar”

Gua: “sue bonyok , dari mana dia sen ?"

Seno: "solo rom"

gua: "ehm pas banget"

seno : "serius lu mau deketin dia ?"

gua: "haha, kalo ada kesempatan kenapa engga? "

seno: "wkwkw tiati"


Sampainya di kaliuran kami pun melihat lihat lokasi desa tempat yang terkena dampak terbesar letusan gunung merapi kala itu di tahun 2010. Kami di berikan fasilitas dengan jeep dan sepeda motor trail untuk mencoba berkeliling sekitar kawasan wisata ini.

Gua dan beberapa tingkat satu yang lain memilih untuk naik trail sedangkan yang lainya menggunakan jeep, harga sewa kurang lebih saat itu 50rbu untuk satu putaran. Lalu gua coba untuk pertama kalinya gua menaiki motor trail ini. Gua merasa adrenaline terpacu, gua melibas semua halangan yang ada, hanya menggunakan helm sebagai pengaman, gua terus pacu motor itu.

Tiba dipemberhentian pertama gua turun untuk mengambil beberapa foto terlebih dahulu, melepas helm menikmati pemandangan dan sejuknya lereng gunung merapi, dan gua menunjuk kearah puncak gunung merapi dan berkata "wait for me i fill come to you". karna gua suka dengan kegiatan naik gunung, tercatat di tahun 2013 untuk gunug di daerah hampir seluruhnya sudah pernah gua jajaki puncaknya, hanya tersisa merapi merbabu dan sindoro.

Saat sedang asik berfoto datang rombongan yang menggunakan jeep di belakang kita, ya terbilang ketinggalan jauh karna tadi kami terus memacu motor trail yang kami kendarai ini.

Gua: “sen ayo gas lagi”

Sen: “ayo lah”


Saat yang lain sudah jalan gua menjatuhkan kunci motor dan.....


Senior: “buset udah disini aja”

Gua: “iya nor, saya ijin mau lanjut nor”

Senior: “tar dulu, pinjem motor buat foto foto”


Motor yang gua kendarai pun mejadi bahan untuk foto foto, gua yang udah pasrah jadi tukang foto dadakan, dan ketinggalan temen temen gua yang lain.

Saat gua rasa semua senior udah berfoto foto gua akhirnya menyalakan motor, dan berpamitan untuk lanjut jalan.


“eh tunggu dek” sesorang berteriak


Gua yang mendengar teriakan itu pun berhenti dan melihat kearah teriakan tersebut, ternyata fanny.


Gua: “manggil saya nor ?”

Fanny : “iya”

Gua: “ada yang bisa di bantu nor ?”

Fanny: “lu mau lanjut naik motor ?”

Gua: “iya nor, gimaana nor ?”

Fanny: “gua ikut boleh?”

Gua: “tapi saya Cuma ada helm satu nor”

Fanny: “gapapa, gw ga usah helman”

Gua: “aduh kalo kenapa kenapa saya takut nor”

Fanny: “ya kalo gua kenapa kenapa lu kasus lah”(kasus=dapet masalah/punishment)

Gua: “siap terima sangsi”

Fanny: “yaudah ayo jalan”

Gua: “siap”


Lalu dia mencoba naik dengan susah payah motor yang gua kendarai.


Gua: “nor mohon maaf sebelumnya bukan bermaksud tidak sopan”

Fanny: “kenapa dek”

Gua: “maaf banget nor, kalo bisa pegangan nor, ga harus pegangan saya, tapi pegengan jok motor bawah aja juga gapapa nor, takut nior jatuh atau kenapa kenapa”

Fanny: “oh sante aja, asal lu main kalem aja”

Pikiran gua travelling mendengar kata “main kalem”

Gua: “siap nor”


Lalu gua perlahan mengendari motor ini, tekstur trek yang pasir dan penuh dengan kerikil kerikil membuat keseimbangan motor tidak stabil, di tambah dengan adanya penumpang membuat gua semakin sulit untuk mengimbanginya,dan sesekali kaki gua turun untuk dapat mengimbanginya


“ah ini mah nyusahin gua ngga dapet feelnya ” pikir gua.


Akhirnya tanpa pikir panjang gua gas motor agar gua lebih mudah untuk mengendalikannya. Seketika pun, fanny langsung memeluk gua erat, tanpa mengeluarkan sepatah kata dia pun merubah posisi duduk lebih mendekat, hal ini membuat gua semabkin mudah mengendalikan motor dan merasakan buah jeruk bali yang menempel di punggung gua.

Sesekali gua terpaksa memainkan kopling agar tarikannya dapat, tapi begitu pula badannya fanny pun ikut tersentak sentak. Kemudian kita sampai di pemberhentian kedua, fanny turun dan gua pun menstandartkan motor.


Gua: “nor maaf nor, kalo ga nyaman, mungkin nor fanny bisa naik jeepnya aja nor”

Fanny: “lah ngusir gua nih ?”

Gua: “engga sih nor, Cuma takunya nior ga nyaman saya naik motornya kaya tadi”

Fanny: “hahaha engga, seruu tau gua suka”

Gua: “yakin nor masih mau lanjut”

Fanny: “yakin lah, BTW udah tau nama gua ?”

Gua: “hehhe udah nor, baru tadi pagi saya tanya temen saya yang tau nor”

Fanny: “baguslah ga acuh, yaudah ayok lanjut”

Gua: “ga mau foto foto dulu nor?”

Fanny: “oiya, yaudah fotoin gua bentar, tar gantian”

Gua: “siap”

Setelah beberapa foto udah diambil.

Fanny: “mana sinih gantian”

Gua: “ ga usah nor, saya udah foto foto tadi dibawah sama temen temen”

Fanny: “ya disini kan viewnya beda lagi”

Gua: “gapapa nor udah cukup saya kok” (padahal hape gua saat itu ga memungkinkan untuk foto foto)

Fanny: “udah buruan sinih gua fotoin”

Gua: “serius ga usah nor”

Fanny: “jadi nolak nih ?”

Gua: “siap tidak senior”

Fanny: “yaudah cepet”

Gua: “siap”


Malu malu kucing gua berpose, gua di fotoin hapenya fanny berati gua harus cari tau nomernya biar gua bisa minta foto foto itu. Hal yang gua pikirkan saat itu, lumayan ada bahan buat alesan ngechat.

Lalu kami melanjutkan perjalanan, semakin erat pegangan fanny ke tubuh gua, semakain dekat fase perkenalan kita saat itu.
Siang hari kita makan siang disalah satu saung yang masih ada di daerah kaliurang.

“dreet drett dreet”....... hape gua bergetar panggilan masuk,

“kamu dimana ?” suara kak risma

“kaliurang” jawab gua

“acara kelar hari ini kan ?”

“iya hari ini, kenapa emang kak ?”

“gapapa, jam berapa ?”

“ga tau nih, masih acara makan siang. Keemungkinan sore di bubarin”

“nanti ketemu dulu yah ?”

“dimana ?, aku ga tau daerah jogja”

“Di depan kampusku?”

“itu mah aku njemput”

“hehe yaudah kabarin kalo udah selese acaarnya, have fun”

“aku belum ngeiyainn woiiiii ”

“dep” tiba tiba panggilan terputus.


Gua Cuma bisa menghela nafas karna tingkah kak risma, seenak jidad dia bikin janji. Tapi kalo gua ga turutin pastii dia nunggu.

Setelah acara dibubarin gua langsung berkumpul dengan tingkat satu lainya, gua mencari teman yang arah jogja kota untuk bareng, karna tujuan gua berikutnya kampusnya kak risma. Gua pun berpamitan dengan fadli peter dan yang lainnya karna gua harus mampir dulu.
Sepanjang perjalanan menuju ringroad gua hanya ngekor di belakang mereka, karna sama sekali gua ga begitu hafal daerah jogja.

Bayu: “rom kowe tinggal belok kiri terus meluni plang dalan kui , ngko ketemu kampuse” (rom kamu tinggal belok kiri terus ngikutin petunjuk jalan itu, nanti ketemu kampusnya)


Gua: “oh oke suwun yu,”

Bayu “yowes ati ati aku karo liane terus yo” (yaudah ati ati, aku sama yang lain terus yah”

Gua: “iya yu, suwun yo wes di terne” (iya yu, makasih sudah dianterin)

Bayu: “iyo rom”


Lalu gua mengikuti arahan dari bayu untuk mengikuti pentunjuk jalan ini, jalan berkelok kelok banyak lampur merah dan banyak mahasiswa/i yang bening bening. Sampailah gua di depan kampusnya, lalu du meni di sebuah minimarket dan mengabari kak risma kalo uda sampe


“udah di depan, minimarket ”

“ih beneran ?, ok tunggu yah, aku beres beres”

“hmm....”


Tak lama gua melihat dari seberang jalan kak risma, dengan rambut panjangnya dan kaos model sweater yang menutupi lehernya yang dia kenankan, begitupun juga dia dari kejauhan sudah melihat kearah gua dan melambai lambaikan tangannya.

Kak risma: “mauuuuuuu ”

Gua: “astaga kak beli sendiri”

Kak risma: “ngga mau maunya itu”

Gua: “nih” (gua memberikan kopi kalengan)

Gua: “ya jangan dihabisin dong ah ”

Kak risma: “haus soalnya nih”

Gua: “udah nih aku udah disni, udah kan ? berati aku boleh pulang”

Kak risma: “tidak secepat itu dong,”

Gua: “kok bisa ?”

Kak risma: “iya kita mian dulu besoknya kita baru pulang”

Gua: “main kemana lagi?, aku udah main dari kemarin”

Kak risma: : “ya kamu main, aku ujian!”

Gua: “derita lu dong bos”

Kak risma: “pokoknya kita main dulu, sekarang kita ke kos aku aku ambil baju sama perlengkapan mandi”

Gua: “ya”


Kemudian kita mengendarai motor dan menuju ke kosannya. Ternyata kosanya sudah pindah dari kosan yang terakhir kita bertemu. Setelah beberapa saat dia keluar lagi dan sudah lengkap dengan tass gendongnya.


Kak risma: “main diisini dulu yah ?” pintanya halus dengan wajah imutnya, dia menggukanan jurus andalan

Gua: “terus kita mau tidur dimana?”

Kak risma: “hotel aja biar lebih enak keluar masuknya”

Gua: “yaudah aku hotel kamu kosan yah”

Kak risma: “oke”

Gua: “yaudah ini mau main dulu atau mau cari hotel ?”

Kak risma: “cari hotel dulu aja rom, badanku udah lengket semua”

Gua: “oke kasih tau arahnya”

Kak risma: “siap”


Daerah prawirotaman tempat kita menginap, hotel bintang 4 mungkin karna dari luar sangat mewah. Kak risma langsung turun dari motor dan langsung menuju resepsionist.

Setelah masuk ke kamar, gua langsung membuka jendela kamar dan melihat pemandangan yang disediakan diluar sana. matahari mulai turun dari tahtanya memberikan sinar jingga yang menyinari kota jogja, pemandangan sunset yang dilihat dari atas kamar hotel bukan di pantai atau di puncak gunung, seperti yang biasanya gua lakukan.

Kak risma: “aku mandi yah, wanna come ?”

Gua: .............



Bersambung ah......