Kaskus

Story

congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
sargopipAvatar border
efti108Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#568
Part 63
"Kamu kenapa sih? dari tadi aneh banget" Okta bertanya keheranan dengan tingkah gua. Gua cuma senyum, berantakin poni nya.

"Makan dulu yuk" ajak gua, Okta mengangguk setuju.

Di salah satu sudut meja foodcourt kami duduk berhadapan menyantap makan siang.

Kami berdua menaiki beberapa wahana setelah selesai makan siang. Tak banyak yang sempat kami coba, karena gua males antri. Jadi, kami hanya menaiki wahana yang tidak terlalu ramai.

Sepertinya Gua berkunjung di waktu yang tidak tepat. Ya iyalah, ini masuk ke liburan nataru.

"Ke rumah hantu?" Okta menantang Gua

"Lah, nantangin" Balas gua dengan tersenyum sinis. Gua aja tiap hari dijaga demit beneran, kalo cuma hantu-hantuan mah ga ada apa-apanya.

"Rajaaaaa" Tidak henti-hentinya Okta berteriak ketika di dalam sana. Shock terapi dari wahana tersebut sukses membuat Okta terus-terusan memeluk sambil membenamkan mukanya di dada gw.

"Udah, udah selesai" kata gw setelah keluar dari rumah hantu. Okta masih belum mau melihat ke sekitar, dia menggelengkan kepala dengan masih memeluk gua.

"Takuut" katanya

"Tadi nantangin" ejek Gw.

Kami memilih wahana Sky Pirates sebagai penutupan, sebelum kami berdua meninggalkan Trans Studio.

Wahana ini "terbang" santai mengelilingi TSB. Dimana kita bisa melihat aktivitas orang-orang di bawah sana.

"Sama setan berani, naik ginian keringetan emoticon-Wink" Kata Okta meledek ketika merasakan keringat dingin di tangan Gua.

Ya gimana ya, dasarnya phobia ketinggian.

Gua coba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya dia akan lanjut kuliah dimana ketika lulus SMA nanti. Pastinya Okta sudah punya rencana mengingat Ujian Nasional tinggal beberapa bulan lagi.

"Aku kayaknya mau lanjut di Bandung aja.." Okta menjawab dengan ekspresi yang sulit gua gambarkan.

Tapi gua tau persis apa arti dibalik ekspresi itu.

"Lagian, Nenek juga udah engga ada. Mamah sama Papah udah mutusin mau balik lagi ke Bandung pas Aku udah Lulus Nanti.." Lanjutnya

Memang, kepindahannya dari Bandung ke Semarang 3 tahun lalu untuk menemani si Nenek yang hidup sendirian di Semarang.

Namun, sekitar hampir setahun yang lalu, si Nenek menghembuskan nafas terakhirnya.

Yang artinya, alasan Okta dan Keluarga untuk tinggal di Semarang sudah ngga ada.

Tak banyak percakapan lagi setelah itu, langit sudah berwarna jingga ketika kami keluar dari Trans Studio.

Ketika sudah kembali ke rumah Okta, gua bersih bersih badan yang sudah terasa amat lengket.

Setelah mandi, gua pergi melamun ke balkon. Tak lama, Okta menyusul dengan membawa dua cangkir kopi.

"Ta, ngga pengen ngelanjutin hidup di Semarang aja?" Tanya gua lagi tentang keputusannya untuk meninggalkan Semarang

Okta ngga menjawab, hanya diam. Pandangannya kosong ke depan beberapa saat.

"Aku ngga mau cari orang baru lagi, Aku udah capek gagal mulu" Kata gua

"Sadar ngga sih Ja.. Kita ini cuma bisa menunda perpisahan?. Salah satu dari kita ngga bakal ada yang ngalah ninggalin kepercayaannya, lalu ngikut ke kepercayaan pasangannya kan?" Kali ini Okta menjadi tertunduk.

Gua ngga mampu membalas perkataan okta barusan.

"Jujur Ja, aku masih betah tinggal di Semarang. Walau Mamah Papah balik ke Bandung, Aku ngga apa-apa di Semarang sendiri.."

"..."

"Aku masih pengen nongkrong sama anak-anak bengkel juga, sama Mbak Oliv, sama Zahra..."

"..."

"Tapi kalau aku ngga segera pergi dari Semarang, perasaan kita jadi makin dalem. Yang akhirnya makin susah juga buat kita saling merelakan satu sama lain...." Kedua mata yang menatap gua mulai berlinang.

"..."

"Aku juga maunya sama Kamu, Aku juga ngga mau cari orang baru lagi. Tapi kalau udah nyangkut kepercayaan, kita bisa apa Ja?. Coba, aku mau denger solusi dari Kamu."

Gua meminum kopi yang sedari tadi gua diamkan. Sebuah korek api di tangan gua menyala dan membakar sebatang ujung rokok di sela-sela mulut gua.

Beberapa saat, gua dan Okta hanya terdiam, sibuk sendiri dengan pertengkaran antara perasaan dan pikiran masing-masing.

Sampai satu batang rokok gua habis, tidak sepatah kata pun terucap dari mulut kami berdua.

Gua menatap Okta, lalu menepuk lutut gua. Okta mengerti apa yang gua maksud.

Dia bangkit dari kursinya, lalu berpindah ke pangkuan gua. Dia mendekap hangat gua, pelukannya gua balas juga dengan erat.

"Ta, jangan pergi dulu ya. Seenggaknya sampai nanti Kamu ninggalin Semarang". Ucap gua memohon

Tak ada jawaban darinya, gua menganggap dia setuju.

Gua ngga akan menuntut lebih banyak lagi. Karena mulai saat ini, gua hanya ingin melengkapi.

Melengkapi apa kurang lu, menguatkan apa lemah lu. Sampai nanti, sampai waktunya lu harus bener-bener pergi.

Makasih udah bersedia tabah. Atas segala salah yang sempat buat lu marah.

Makasih udah bersedia sepakat. Dalam segala hal beda yang terasa berat.

Quote:
Diubah oleh congyang.jus 13-01-2021 00:14
njek.leh
oktavp
japraha47
japraha47 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.