Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyonya.bantengAvatar border
TS
nyonya.banteng
Rumah Sakit Penuh Itu Nyata, Ini Cerita Sulitnya Mencari Ruang Perawatan RS...
Rumah Sakit Penuh Itu Nyata, Ini Cerita Sulitnya Mencari Ruang Perawatan RS...


Ruang perawatan di banyak rumah sakit penuh. Tak hanya pasien Covid-19, tetapi pasien non Covid-19 juga mengalami kesulitan mendapatkan ruang perawatan.

Keluhan bahwa rumah sakit penuh itu bukan mitos. Hal ini dialami Ratna Masirin (49) sekitar pekan lalu. Kakak iparnya, Ery Himawan (58), meninggal dunia karena kanker nasofaring yang dideritanya.

Kematian kakak iparnya itu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, serta bagi Ratna yang pada waktu itu mendampingi, dan membantu mencari ruang perawatan di rumah sakit.

Akan tetapi, pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama berbulan-bulan ternyata membawa persoalan pelik.

Ratna kesulitan mencari ruang perawatan di rumah sakit bagi kakaknya. Di mana-mana penuh.

Menurut Ratna, kakak iparnya yang dalam kondisi kritis, tak bisa mendapatkan perawatan di beberapa rumah sakit. Ditolak, karena ruang perawatan yang telanjur penuh.

Ratna juga membagikan apa yang dialaminya melalui media sosial Twitter.




Tak sadarkan diri


Ratna, warga Jakarta Timur, ini, mengisahkan, pada Selasa (5/1/2021), dia dihubungi oleh asisten rumah tangga (ART) kakak iparnya yang mengabarkan bahwa sang kakak sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Kakakku tinggalnya di Bekasi Barat. Hari Selasa itu memang saya lagi di Jakarta, terus saya ditelepon sama ART kakakku, 'Ini bapak udah enggak respons' katanya begitu," ujar Ratna saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/1/2021).

Ratna mengatakan, pada saat itu, di rumah kakak iparnya hanya ada istrinya, anak laki-lakinya yang sedang sakit, dan anak perempuannya.

Setelah mendapat kabar itu, Ratna bergegas berangkat ke rumah kakak iparnya di Bekasi Barat. Dia mengatakan, pada saat itu kakak iparnya sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri.

"Tapi menurut aku refleksnya masih ada, karena kadang alisnya masih naik-turun. Akhirnya saya ajak ponakanku (perempuan) 'Ayo dek, kita cari IGD. Paling enggak kita nemuin tempat, baru kita bawa Papa'" kata Ratna.

Rumah sakit penuh sesak

Bersama keponakannya, Ratna kemudian menuju ke rumah sakit terdekat dari kediaman kakak iparnya. Di sana, dia menceritakan kondisi kakak iparnya kepada petugas rumah sakit.

"Saya bilang, kakak saya sakitnya ini (kanker), terus dibilang 'Oh maaf ya, karena sakitnya udah ketahuan langsung ke rumah sakit tipe B'. Kebetulan yang di situ itu tipe C," kata Ratna.

Menurut petugas rumah sakit, peralatan yang ada tidak memadai sehingga meminta Ratna untuk menuju rumah sakit yang lain.

"Disebutin waktu itu, yang tipe B rumah sakitnya ini, ini, sama ini. Saya datengin itu satu-satu di seputaran Bekasi itu," kata Ratna.

"Mulai dari rumah sakit yang menerima BPJS, karena kebetulan kakakku ASN kan, jadi dia pakai BPJS. Terus saya dateng ke beberapa rumah sakit, baik yang swasta maupun yang menerima BPJS," kata dia.

Dari beberapa rumah sakit yang dia kunjungi, Ratna mengaku menyaksikan sendiri bahwa ruang IGD terisi penuh oleh pasien-pasien yang butuh pertolongan.

"Salah satu rumah sakit itu bilang ada itu space, tapi itu duduk. Jadi di kursi aja gitu dijejer. Nah, kalau kondisi seperti kakakku itu kayaknya enggak memungkinkan dibawa ke IGD yang seperti itu. Terus saya pindah lagi, ke rumah sakit lain lagi," kata Ratna.

Ratna mengatakan, kakaknya dipastikan negatif Covid-19, karena dia selalu menjalani tes swab PCR, sebelum menerima kemoterapi.

"Seminggu sebelumnya, kakakku kemoterapi kan. Selalu sebelum kemoterapi kakakku swab. Ketika ditanyain, karena masih seminggu ya masih berlaku. Negatif sih selama ini, alhamdulillah," kata Ratna.

IGD penuh, pasien tidak bisa turun dari ambulans

Di rumah sakit berikutnya, pemandangan yang dia saksikan lebih mengejutkan lagi. Ada tiga ambulans yang stand-by di depan IGD, dan di dalamnya masih ada pasien yang belum turun.

"Penuhnya asli, dan itu bener-bener full. Saya pakai mata saya sendiri, masuk ke IGD itu, saya lihat memang crowded banget, chaos banget di situ," kata Ratna.

"Sampai akhirnya saya diskusi sama orang IGD-nya, 'Bisa enggak saya dapat layanan visit dokter? Karena ini kakak saya sudah tidak merespons apa pun. Saya hanya perlu penanganan emergency saja'" lanjut dia.

Akan tetapi, karena situasi pandemi Covid-19, maka petugas yang ada di IGD itu menjawab tidak bisa dilakukan layanan visit dokter. Akhirnya, Ratna pindah ke rumah sakit lain.

"Sekitar 4-5 rumah sakit, sampai kembali lagi ke dekat rumah. Saya lihat ada rumah sakit kecil, saya masuk lagi. Di situ ada bed tapi dia (petugas) bilang 'Kami enggak punya ventilator'" ujar Ratna.

Karena Ratna menginformasikan bahwa kakaknya sudah tak sadarkan diri, petugas rumah sakit menyebutkan butuh ventilator untuk perawatan.

"Padahal saya cuma butuh emergency tok kok, tapi memang enggak bisa," ujar dia.

Akhirnya, karena gagal mendapatkan kamar perawatan, Ratna kembali ke rumah kakak iparnya.

Di sepanjang perjalanan itu, dia juga mencoba menghubungi saudara dan temannya yang bekerja di rumah sakit, untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan kamar perawatan untuk kakak iparnya.

"Mereka pun nyerah, 'Aduh mohon maaf banget memang keadaannya full begini', dia bilang begitu," ujar Ratna.

Akhirnya masuk IGD

Karena gagal mendapatkan rumah sakit di daerah Bekasi, akhirnya Ratna mengusulkan agar kakak iparnya dibawa ke sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat. 

"Kebetulan kakakku dulu perawatannya di sana. Kami bawa naik mobil pribadi. Ya udah, akhirnya pasien dalam kondisi kritis seperti itu kami bawa ke mobil, dipangku," kata Ratna.

Sesampainya di rumah sakit itu, ternyata kondisi ruang IGD juga penuh. Pada pukul 19.30 WIB, Ratna akhirnya berhasil mendapatkan satu bed untuk kakak iparnya.

"Tapi baru dipasang oksigen doang. Belum ada dokter yang megang," ujar Ratna.
"Sekitar jam 22.00-an baru ada beberapa nakes yang coba pasang kateter, terus pasang oksigen. Kebetulan kakakku ada luka di leher, bekas (terapi) sinar, itu dibersihkan," kata dia.

Saat itu, Ratna masih terus berusaha menghubungi teman-temannya dengan harapan bisa membantu kakak iparnya agar bisa mendapat kamar perawatan di rumah sakit itu. Akan tetapi, hasilnya nihil.

Akhirnya, pada pukul 23.00 WIB kakak ipar Ratna masuk ke ruang resusitasi di IGD, yang dikhususkan untuk pasien dalam kondisi tidak sadar.

Di rumah sakit, kondisi kakaknya terus menurun.

Pada Rabu (6/1/2021) sekitar pukul 15.00 WIB, dokter mengatakan bahwa kakak iparnya telah meninggal dunia.

"Dokter bilang ini sudah (meninggal), terus mesin di sampingnya juga sudah garis lurus. Saya ya sudahlah, itu yang terbaik," kata Ratna.

Ratna mengatakan, dari pengalaman yang telah ia lalui, kesulitan mendapatkan kamar rumah sakit bagi pasien non Covid-19 di saat pandemi ini adalah hal yang nyata.

"Ini enggak main-main. Kalau kamu belum ngalamin, kamu masih bisa abai," ujar Ratna.

Dia mengungkapkan, kematian kakak iparnya sempat membuatnya merasa tidak berdaya, dan berharap bisa berbuat lebih untuk menyelamatkannya.

"Perasaan enggak berdaya itu enggak bisa saya lepaskan," kata Ratna.


Sumber






Muke gile bray emoticon-Matabelo emoticon-Matabelo emoticon-Matabelo
gagan23
Rainbow555
tien212700
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.1K
32
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Tampilkan semua post
omxcabulAvatar border
omxcabul
#1
temennya bini gw kena covid mau masuk salahsatu rumahsakit sampe dapet nomor antrian emoticon-Cape d...
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.