Petulangan Rizieq Shihab serta organisasi yang dipimpinnya berakhir sudah. Setelah 22 tahun berupaya mengusung slogan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menegakkan yang benar dan mencegah perilaku buruk) akhirnya organisasi paramiliter yang didirikannya dibubarkan pemerintah pada 30 Desember 2020 lalu. Eks Imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu pun kini mendekam di penjara, sambil menunggu berbagai tuntutan pengadilan yang akan menimpanya.

Dengan bubarnya FPI yang pada awalnya merupakan salah satu elemen anggota PAM Swakarsa (Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa) tersebut, maka otomatis menggugurkan status Imam Besar FPI yang selama ini melekat di Rizieq Shihab.

“FPI Front Pembela Islam sudah bubar. Jadi, pembahasan soal tersebut (imam besar) sudah selesai,” kata Tim Bantuan Hukum FPI, Azis Yanuar pada 6 Januari 2021.

Perlu diketahui, Rizieq Shihab ditunjuk sebagai imam besar FPI saat Musyawarah Nasional (Munas) III FPI pada Agustus 2013 silam. Gelar yang diembannya berlaku seumur hidup. Namun, ketika FPI dibubarkan tentu saja menghapus status Imam Besar itu.

Setelah FPI bubar, sejumlah tokoh ormas yang berdiri tahun 1998 itu mendeklarasikan lagi organisasi yang sama dengan FPI, namun deklarasi ini masih belum menghasilkan kata sepakat. Dari awalnya Front Persatuan Islam hingga terakhir berubah menjadi Front Persaudaraan Islam.

Sumber : Viva[Habib Rizieq Tidak Lagi Jadi Imam Besar FPI]

Kuasa hukum FPI Sugito Atmo Prawiro mengatakan hilangnya gelar Rizieq sebagai Imam Besar hanya sekedar urusan teknis. Apabila nanti eks FPI sudah menemukan dan meresmikan nama baru, maka gelar tersebut bisa saja diberikan kembali kepada Rizieq. Sebab para eks FPI menganggap Rizieq menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi.

Sumber : Suara [FPI Dibubarkan Pemerintah, Habib Rizieq Bakal Tetap Jadi Imam Besar]

Namun Rizieq yang tengah dipenjara kini tengah menghadapi berbagai kasus yang menjeratnya. Mulai dari kasus yang menyebabkannya mendekam di balik jeruji saat ini, hingga kasus-kasus lama yang kemungkinan akan memperpanjang masa penahanannya seperti perkara chat mesum.

Saat ini saja Rizieq merupakan tersangka kasus pelanggaran protokol kesehatan. Ia diduga bertanggung jawab menjadi pemicu kerumunan saat menggelar akad nikah untuk putrinya di Jakarta. Berdasarkan perkara itu saja, Rizieq dapat dipenjara hingga 6 tahun penjara. Terlebih lagi ketika ditambah perkara-perkara lainnya.

Sumber : Tirto [Rizieq Shihab dalam Pusaran Lima Perkara Hukum]

Jika skenario terburuk pada akhirnya benar-benra menimpa Rizieq, yang menyebabkannya mendekam di penjara bertahun-tahun lamanya, tentu saja ia tak akan mungkin dapat mengurus organisasi eks FPI yang baru. Tak akan mungkin ia dapat mengendalikan organisasi baru sebagai Imam Besar dari balik jeruji besi.

Hal inilah yang kini menimbulkan pertanyaan. Selama Rizieq Shihab mendekam di penjara, siapakah yang akan menjadi Imam Besar bagi orang-orang mantan FPI?

Beberapa pihak mulai terlihat mendekat ke massa pendukung Rizieq. Mulai dari pihak Jusuf Kalla yang diduga memiliki andil dalam kepulangan Rizieq ke Indonesia, hingga pihak NU melalui GP Ansor yang ingin merangkul eks FPI bergabung ke jajaran NU.

Sumber : Suara [Banser Probolinggo Siap Rangkul Eks 'Kombatan' FPI Setelah Dibubarkan]

Pertanyaannya, apa motif dari pihak-pihak yang berusaha mendekati eks FPI untuk bergabung? Kita bisa tengok saja saat kepulangan Rizieq yang disambut simpatisannya. Sambutan massa yang sangat besar dan menyebabkan kemacetan di Soekarno-Hatta. Massa Rizieq yang sangat banyak tentunya menjadi daya tarik yang sangat kuat sebagai pundi-pundi suara di Pemilu. Sehingga kita dapat simpulkan bahwa mereka yang tengah berupaya menarik eks FPI untuk menjadi ‘Imam Besar’ yang baru adalah mereka yang berusaha mendapatkan suara di Pilpres 2024 nanti.

Kini tinggal terserah massa eks FPI. Apakah akan tetap menunggu Rizieq keluar dari penjara, atau memilih mengikuti ‘Imam Besar’ baru yang inginkan suara mereka di Pilpres 2024 nanti.