Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

emoticon-Ultah Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 04:14
aguzblackrx
cak6bih
bebyzha
bebyzha dan 204 lainnya memberi reputasi
193
226.1K
2.5K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#119
Sebuah Perjanjian
“sini duduk disebelah” dengan mempersilahkan ku duduk tangannya memberi kode


“.........” karna saking senang nya aku hanya bisa terpaku melihatnya hadir lagi disini

“loh kok malah ngelamun sudah sini duduk” kedua kalinya dia mempersilahkan

Aku pun menuruti apa yang dia perintahkan, rasa kangen yang sudah lama aku rasakan perlahan mulai terobati, melihat wajahnya tersenyum ramah membuat ku merasa nyaman dan melupakan hal hal yang ku ingin kan termasuk bertemu dengan Shinta,

“piye kabarmu le, kerjone wes betah tho” tanya nenek padaku, Ya aku bertemu lagi dengan nenek setelah sekian lama tak bertemu, oh iya bagi kalian kenapa aku memanggil beliau nenek ya sebenarnya hanya di cerita ini saja, neneku lebih suka di panggil mbah putri, tapi kalo ditulis disini nanti terlalu panjang panggilannya.

“alhamdulillah mbah Ryan lumayan betah kerjo teng SMP” jawabku pada nenek

“[alhamdulillah nek Ryan lumayan betah kerja di SMP]”

“yo alhamdulillah nek koyo ngono le, la rencanamu arep rabi kuwi kapan, ojo kesuwen umpomo gandeng wong wedok kuwi, ora apik” Nenek bertanya tentang pernikahanku, sambil membelai kucing ku Moe

“[ya alhamdulillah kalo seperti itu le, la rencanamu mau menikah itu kapan, jangan kelamaan seumpama pacara sama perempuan itu, tidak baik]”

“waduh mbah Ryan dereng wantun, tapi Ryan tasih nabung kangge rabi kalih Via” jawabku sedikit sungkan pada nenek

“[waduh mbah Ryan belum berani, tapi Ryan masih nabung buat nikah sama Via]”

“yo apik nek ngono, tapi nek biso yo sak cepete, melas Via lan keluarkane umpomo kon nunggu kesuwen, mesti dadi omongan tonggone” nenek memberi saran padaku untuk segera menikah

“[ya bagus kalo begitu, tapi kalo bisa ya secepatnya, kasian Via dan keluarganya kalau disuruh nunggu kelamaan, pasti jadi omongan tetangganya]”

“tapi mbah gaji nipun Ryan sekedik engast, umpami ditabung setahun paling namung angsal gangsal yuto, Ryan si sampun sanjang kalih ibuk umpama ajeng rabi saumpama sampun enten arto ngge tumbas mas kimpoi nggih minimal sepuluh yuto mbah” terangku pada nenek

“[tapi nek gajinya Ryan sedikit banget, umpama ditabung setahun paling hanya dapat lima juta, Ryan si sudah bilang sama ibuk seumpama mau nikah, kalo sudah ada uang untuk beli mas kimpoi, ya minimal sepuluh juta nek]”

“la saiki koe wis oleh tabungan piro le, yo gek ndang di kumpulke” nenek menanyakan tabungan ku

“[la sekarang kamu sudah ada tabungan berapa le, ya buru buru di kumpulkan]”

“hehe dereng kekumpul mbah, lawong telas ngge tumbas bensin kalih empane Moe niku” jawabku sambil tersenyum

“[hehe belum terkumpul nek, la habis buat beli bensin sama pakan Moe itu]”

Nenek hanya tersenyum mendengar pengakuanku yang memiliki cita cita untuk menikah dengan Via namun belum memiliki uang tabungan, nenek juga tak henti hentinya membelai bulu lebat Moe yang sedang meringkuk di pangkuan nenek. Sambil terus membelai Moe nenek terus menasehatiku tentang berbagai hal, termasuk pekerjaanku, kata beliau jika kerjaanku memang terlalu sedikit penghasilannya lebih baik pindah saja ke tempat yang lebih menjajikan lagi untuk pendapatnya, hal itu membuatku berfikir lagi dilain memang aku membutuhkan uang untuk modal menikah, tapi aku masih betah bekerja di tempat kerjaku yang hampir satu tahun aku disana, aku pun bicara pada nenek untuk memikirkan dulu.

Melihat nenek membelai Moe terlihat sangat akrab sekali, padahal Moe aku beli setelah hampir ada tiga tahun mungkin setelah kepergian nenek, dan Moe juga bukan tipe kucing yang gampang akrab dengan orang baru.

Aku sempat menanyakan pada nenek kenapa bisa Moe akrab pada nenek padahal baru saja kenal, tapi nenek hanya tersenyum santai sambil berkata

“jajal wae sesok nek koe wis muleh, takok wae karo Mbok Lasmi”

“[coba saja besok kalo kamu sudah pulang tanya saja pada mbok Lasmi]”

Setelah beberapa nasehat dan beberapa pertanyaan yang aku tanyakan dijawab oleh nenek, kemudian nenek menyuruhku untuk segera bangun dan segera melaksanakan sholat Ashar, Moe kemudian turun dari pangkuan nenek kemudian kembali menarik celanaku tanda aku harus mengikutinya, aku melihat nenek tanda kalo aku masih kangen padanya tapi nenek berkata lirih

“Wis kono manut karo Moe sek, gampang ketemu simbah kapan kapan meneh” sambil mengayunkan tangannya sebagai tanda aku harus segera pergi

“[sudah sana nurut sama Moe, gampang ketemu nenek kapan kapan lagi]”

Moe kemudian menuntunku masuk kedalam rumah untuk kembali lagi kekamarku dan memposisikan diriku untuk tiduran seperti tadi saat aku terbangun, aku pun memposisikan diriku berbaring dikasurku dan kemudian Moe meringkuk disamping kepalaku, setelah beberapa saat aku merasakan ada seseorang memukul pipiki dengan lebut sambil menyuruhku untuk segera bangun.

“mas, mas bangun udah jam setengah empat lebih ini lho katanya suruh bangunin, tapi pas di bangunin susah banget” suara via terdengar samar samar, sementara mataku belum terbuka

“hmmm, iya iya” jawabku sambil mengumpulkan nyawa, dan mencoba membuka matakuperlahan, tapi saat aku perlahan membuka mataku aku tak hanya melihat Via saja yang ada disana tapi Aruna pun sama ada disana sedang mengambil ancang ancang untuk menamparku.

PPLLLAAAKKKKK

Sontak aku langsung terbangun sambil menahan rasa perih bekas tamparan Aruna, Via yang kaget melihatku terbangun dengan ekspresi kaget seperti monyet yang habis dibius.

“lah mas kenapa mas, perasaan aku mukul pipinya pelan deh gak keras banget” Via bertanya sambil kebingungan

“eh eeee... gak papa ada jin somplak aja barusan main tampar” aku menjawab sambil merasa sakit dan memasang ekspresi clingukan

“hahahaha makanya kalo di bangunin calon istri itu langsung bangun jangan kaya kebo” ucap aruna dengan girangnya

Aku pun bangun dari tidurku dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu sambil sedikit menggerutu sama Aruna.

Sekembalinya aku dari mengambil air wudhu Via yang masih kebingungan malah meminta maaf padaku, mungkin dia pikir aku kaget karena dia bangunkan tapi sebenarnya karena ada jin somplak centil yang membangunkanku secara bar bar.

Singkat cerita aku sudah menjalankan sholat ashar dan Via pun juga sudah mengerjakan sholat ashar, aku duduk menghadap Via yang sedang melipat mukena yang memang aku sediakan di kosku kalo dia berkunjung kemari.

Via menatapku seolah bertanya tanya kenapa aku memandanginya.

“kenapa tho mas kok tumben banget ngliatnya gitu banget” Via bertanya padaku

“ee nggak papa si, aku Cuma mau nanyain aja, respon ortu mu sama aku tu gimana tho dek” tanyaku seadanya

“loh tumben nanyain itu, ya nggak gimana gimana si mas, tapi baru kali ini lho bapak sama ibu tuh mau nemuin temen cowok ku, dan ibuk juga bilang kalo dia cocok sama mas” terang Via padaku

“mmmm gini seandainya aku ajak nikah kamu satu tahun lagi mau nggak, ee maksudku kasih aku waktu satu tahun untuk ngelamar kamu terus setelah itu kita nikah, lagian kamu kan juga hampir selesai kuliahnya, tinggal tunggu skripsi aja kan” sepontan aku menanyakan hal itu pada Via

“.................” Via hanya terdiam sambil menunduk dan mukanya mulai memerah

“kenapa dek, tenang aja aku serius kok aku nggak main main, tapi sepertinya aku mau keluar dari pekerjaan ku yang sekarang karna penghasilannya kurang kalo seumpama harus menanggung hidup kita berdua, mungkin bulan depan aku mulai keluar, aku udah ada pandangan mau kerja dimana dan itu pasti di terima” aku berusaha meyakinkan Via

“mas serius mau segera melamarku” tanya Via memastika

“iya mas serius, mas udah bicara sama ibuk ku” jawabku pada Via, Aruna yang berdiri di sebelahku malah ikutan melongo mendegar ucapanku, dan tak lama setelah itu sosok Adiwilaga muncul dari luar kos dan sambil berdehem “eghm” menyeret Aruna keluar dari kamar ku

“iya mas aku mau kok, ibuk juga sebenarnya sudah menanyakan itu tentang kapan kamu mau melamarku” Via menjawab dengan ekspresi senang

Singkat cerita hari telah berganti dan aku bangun pukul empat pagi dan langsung mengerjakan sholat shubuh lalu kemudian berangkat pulang atau alias langsung berangkat bekerja, aku mulai keluar dari area Jogja sekitar jam lima lewat seperempat dan kemungkinan sampai di kantorku jam enam lewat sepuluh dan alhamdulillah juga diperjalanan sama sekali tak ada gangguan dari makhluk alam sebelah, yang ada malah gangguan dari si Aruna yang terus menempel di punggungku karena tas yang ku pakai aku taruh di depan sebagai tameng dari angin dingin pagi.

Aku sempatkan untuk berhenti di sebuah POM bensin di daerah Sapuran, daerah ini sudah masuk area Wonosobo, dan kulihat jam sudah menunjukan sam setengah enam lewat sepuluh menit, udara Wonosobo jam segini masih cukup dingin dan sangat sejuk.

Setelah mengisi bahan bakar di POM Bensin aku kemudian melanjutkan perjalanku untuk menuju ke kantor, di perjalanan aku sambil melihat ke pinggir jalan mencari penjual sarapan pagi, maklum saja dari Jogja berangkat belum sempat mencari makan soalnya belum ada penjual makanan yang buka saat itu.

Aku berhenti di pinggir jalan melihat seseorang menjual sate lontong, seperti yang kalian tau aku sangat suka makan sate lontong tak perlu pikir panjang aku pun membeli sate lontong itu, karena saking sukanya aku meminta lima buah lontong dan sepuluh tusuk sate, setelah mendapat pesanan aku lanjutkan lagi untuk pergi ke kantor.

Singkat cerita aku sampai di kantor jam enam lewat seperempat keadaan sekolah masih sepi dan baru ada beberapa anak yang sudah berada di sekolah, guru dan staff yang hadirpun baru beberapa, aku langsung menuju ke kantorku untuk sarapan pagi sebelum upacara hari senin dimulai, dan ternyata di kantor sudah ada mbak Ana yang sedang mencari berkas, entah berkas apa yang dia cari mungkin tadi pagi dihubungi pak kepala sekolah dan diminta mencari berkas, terlihat mbak Ana sedikit repot mencari berkas yang dicari, aku menyapapun hanya di balas dengan hm hm hm.

Karena aku belum sarapan maka aku putuskan untuk sarapan dulu saja dan nanti baru bantu mbak Ana kalau dia belum selesai, saat aku sedang asik menyantap makananku tiba tiba mbak ana teriak kegirangan

“alhamdulillah akhirnya ketemu, di cari dari tadi ternyata ada disini tho, kenapa gak bilang sih kalo kamu ada disini” mbak Ana bicara seolah sedang memarahi berkas yang dia cara

“cari apa tho bak kok rasanya sibuk bener” tanyaku penasaran

“husss udah kamu gak usah tau, ini tak kasih ke meja kepsek dulu bisa bahaya nanti kalo belum sampe disana” mbak Ana menjawab sambil berlalu keluar ruangan

Tak lama setelah iitu mbak ana kembali dengan ekpsresi leganya, dan tak henti hentinya mengucap syukur karena datanya sudah ketemu dan sudah diserahakan, entah berkas apa itu aku tak tau karena aku bertanyapun tak diberitahu, lalu aku mencoba rasan alias meminta pendapat sama mbak Ana tentang rencanaku yang akan keluar dari pekerjaan ini.

“mbak seumpama saya keluar dari sini menurut mbak Ana gimana” aku memulai meminta pendapat

“lah emang kenapa yan, bukannya udah enak kerjaannya ya Cuma seperti itu saja, apa ada faktor lain” tanya mbak Ana menggali ucapanku

“ya enak sih mbak tapi penghasilannya ini lho mbak” ucapku sedikit tertunduk sambil makan

“oh aku tahu nih, kamu pasti udah mau menikah ya, ya emang sih kamu sebagai lelaki kalo gajinya seperti ini apalagi kita ini tenaga honorer ya emang gak cukup sih” mbak Ana merespon seolah sudah paham apa yang menjadi masalahku

“nah itu mbak, dan aku punya target satu tahun kedepan harus sudah menikah mbah” jawabku pada mbak Ana

“ya sih nggak papa yan, tapi coba nanti kamu bicara sama guru BK biar enak dapat sarannya, udah yok sekarang siap siap dulu upacara” mbak Ana memintaku untuk cepat menyelesaikan makanku

Singkat cerita setelah selesai upacara hari senin, perut ku tiba tiba terasa sangat mulas, mungkin karena aku terlalu banyak makan sate lontong tadi, aku pun pergi keperpustakaan untuk membuang hajat disana, ya maklum saja Wc yang dekat dengan kantrku hanya wc yang ada di perpustakaan.

Akupun pergi ke perpustakaan dan disana aku bertemu dengan mbak Andri, aku meminta ijin padanya untuk menggunakan kamar mandi yang berada disana, dia pun mengijinkan dengan sarat aku membuang hajat sambil disemprotkan pengharum ruangan, katanya biar bau dari kamar mandi tidak keluar sampai ke bagian untama perpustakaan, hehe memang ada ada saja sih, tapi aku menurut saja dengan apa yang diminta daripada aku tak bisa membuang hajat dan keburu keluar di celana malah makin repot saja.

Saat aku berada di dalam kamar mandi dan sedang berfokus mengeluarkan tenaga dalam, suara mbah Andri dari luar membuyarkan konsentrasiku saat mengeleuarkan tenaga dalam.

“yan Mbak Andri tinggal sebentar ya, nanti kalo ada orang mau pinjam buku suruh balik lagi aja entar waktu istirahat pertama” mbak Andri bicara dari luar Wc

“aduh iya iya mbak nanti aku bilangin kalo aku udah kelar” sambil ngos ngosan aku menjawab

Tak berselang lama setelah mbak Andri keluar dari perpustakaan terlihat dari suaranya yang semakin menjauh, aku samar sama mendengar ada suara gemrincing kunci entah dari mana asalnya tapi yang aku tau diruangan perpus hanya ada mbak Andri saja, kalau pun ada seseorang yang masuk pasti terdengar suaranya.

Suara gemrincing kunci itu semakin jelas kudengar yang anehnya ditambah lagi dengan ada harum wangi khas bunga kanthil atau melati tercium sangat menyengat, aku yang merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini memutuskan untuk mengusaikan kegiatanku mengeluarkan tenaga dalam yah walau baru setengah yang kaluar.

Saat aku keluar dan perlahan membuka pintu tiba tiba akau melihat.........
itkgid
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 49 lainnya memberi reputasi
50
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.