- Beranda
- Stories from the Heart
LIMA BELAS MENIT
...
TS
gitartua24
LIMA BELAS MENIT


PROLOG
"Masa SMA adalah masa-masa yang paling ga bisa dilupakan." menurut sebagian orang. Atau paling engga gue anggepnya begitu. Di masa-masa itu gue belajar banyak tentang kehidupan mulai dari persahabatan, bandel-bandel ala remaja, cita-cita, masa depan, sampai menemukan pacar pertama dan terakhir?. Drama? mungkin. pake banget? bisa jadi.
Masa Sma bagi gue adalah tempat dimana gue membentuk jati diri. Terkadang gue bantuin temen yang lagi kena masalah dengan petuah-petuah sok bijak anak umur tujuh belas tahun. Gak jarang juga gue ngerasa labil sama sikap gue sendiri. mau gimana lagi, namanya juga anak muda. Kadang gue suka ketawa-ketawa sendiri dan mengamini betapa bodohnya gue saat itu.
Gue SMA di jaman yang namnya hp B*ackberry lagi booming-boomingnya. Di jaman itu juga yang namanya joget sapel-sapelan lagi hits. Mungkin kalo lo inget pernah masuk atau bahkan bikin squd sendiri terus launching jaket sambil jalan-jalan di mall mungkin lo bakal malu sendiri saat ada temen lo yang ngungkit-ngungkit masa itu. Gue sendiri paling kesel kalo adan orang petantang-petenteng dengan bangganya bilang kalu dia anggota salah satu squad sapel terkenal di ibu kota dan sekitarnya. Secara saat itu gue lebih suka nonton acara metal di Rossi Fatmawati. Playlist lagi gue juga ga jauh-jauh dari aliran metal, punk, hardcore. Mungkin itu yang ngebuat gue ga terlalu suka lagu EDM atau rap yang mumble. Atau bahkan lagu RnB yang sering ada di top 100 Joox dan Spotify. Yaaa meskipun gue sekarang lebih kompromi dengan dengerin lagu apa aja yang gue suka, ga mandang genre.
Oiya, nama gue Atreya xxxxx. Biasa dipanggil Treya, dengan tinggi 182 cm dan berat 75 kg (naik turun tergantung musim). Ganteng dan menawan? relatif. Nama gue mungkin aneh ntuk orang Indonesia. Tapi gue suka dengan nama ini. karena pada dasarnya gue emang gasuka segala sesuatu yang banyak orang lain suka. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue lahir dan besar di Jakarta, lebih tepatnya Jakarta selatan. Ga tau kenapa ada pride lebih aja Jakarta selatan dibanding bagian Jakarta lainnya, meskipun gue tinggal di Bintaro, hehe. Bokap gue kerja di suatu kantor yang ngurusin seluruh bank yang ada di Indonesia. Meski kerja kantoran tapi bokap gue suka banget yang namanya musik. mungkin darah itu menurun ke gue. Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang ngerangkap jadi pebisnis kecil-kecilah dimana orderan paling ramenya dateng pas bulan puasa. mulai dari makanan kering sampe baju-baju. Kakak gue cewek beda empat tahun. Waktu gue masuk SMA berarti doi baru masuk kuliah. Kakak gue ini orangnya cantik pake banget gan. kembang sekolah gitu dah. Gue bahkan sampe empet kalo ada temen cowoknya yang sok-sok baikin gue.
Lo percaya dengan dunia pararel? Dunia dimana ada diri kita yang lain ngelakuin sesuatu yang beda sama apa yang kita lakuin sekarang. Misalnya lo ada di dua pilihan, dan lo milih pilihan pertama. Untuk beberapa lama setelah lo ngejalanan pilihan lo mungkin lo bakal mukir ""Gue lagi ngapain yaa sekarang kalo milih pilihan yang kedua. mungkin gue lebih bahagi. Atau mungkin lebih sedih." Hal itulah yang ngebuat gue bikin cerita ini.
Ditahun itu gue baru masuk salah satu SMA di Jakarta selatan. Disaat itu juga cerita gue dimulai
INDEX
Part 1 - MOS day
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Peraturan Sekolah
Part 4 - Balik Bareng
Part 5 - Masih MOS Day
part 6 - Terakhir MOS Day
Part 7 - Hujan
Part 8 - Pertemuan
Part 9 - Debat Penting Ga Penting
Part 10 - Atas Nama solidaritas
Part 11 - Rutinitas
Part 12 - Om Galih & Jombang
Part 13 - Gara Gara Cukur Rambut
Part 14 - Rossi Bukan Pembalap
Part 15 - Bertemu Masa Lalu
Part 16 - Menghibur Hati
Part 17 - Ga Makan Ga Minum
Part 18 - SOTR
Part 19 - Tubirmania
Part 20 - Bukber
Part 21 - Masih Bukber
Part 22 - Wakil Ketua Kelas & Wacana
Part 23 - Latihan
Part 24 - The Rock Show
Part 25 - After Show
Part 26 - Anak Kuliahan
Part 27 - Malam Minggu Hacep
Part 28 - Aneh
Part 29 - Kejutan
Part 30 - Dibawah Sinar Warna Warni
Part 31 - Perasaan
Part 32 - Sela & Ramon
Part 33 - HUT
Part 34 - Masuk Angin
part 35 - Kunjungan
Part 36 - Wacana Rico
Part 37 - Atletik
Part 38 - Pengganggu
Part 39 - Nasib jadi Adek
Part 40 - Boys Talk
Part 41 - Taurus
Part 42 - Klise
Part 43 - Eksistensi
Part 44 - Utas VS Aud
Part 45 - Naik Kelas
Part 46 - XI IPA 1
Part 47 - Yang Baru
Part 48 - Lo Pacaran Sama Putri?
Part 49 - Sok Dewasa
Part 50 - Masih Sok Dewasa
Part 51 - Salah Langkah
Part 52 - Penyesalan
Part 53 - Bubur
Part 54 - Bikin Drama
Part 55 - Latihan Drama
Part 56 - Pertunjukan Drama
Part 57 - Coba-Coba
Part 58 - Greet
Part 59 - Sparing
Part 60 - Sedikit Lebih Mengenal
Part 61 - Hal Tidak Terduga
Part 62 - Hal Tidak Terduga Lainnya
Part 63 - Ngedate
Part 64 - Berita Dari Kawan
Part 65 : Second Chance
Part 66 - Maaf Antiklimaks
Part 67 - Bikin Film
Part 68 - Sudden Date
Part 69 - Masih Sudden Date (Lanjut Gak?)
Part 70 - Kok Jadi Gini
Part 71 - Sedikit Penjelasan
Part 72 - Sehari Bersama Manda
Part 73 - Masak Bersama Manda
Part 74 - Malam Bersama Manda
Part 75 - Otw Puncak
Part 76 - Villa & Kebun Teh
Part 77 - Malam Di Puncak
Part 78 - Hari Kedua & Obrolan Malam
Part 79 - Malam Tahun Baru
Part 80 - Shifting
Part 81 - Unclick
Part 82 - Gak Tau Mau Kasih Judul Apa
Part 83 - 17
Part 84 - Hari Yang Aneh
Part 85 - Pertanda Apa
Part 86 - Ups
Part 87 - Menjelang Perpisahan
Part 88 - Cerita Di Bandung
Part 89 - Obrolan Pagi Hari & Pulang
Part 90 - Awal Baru
Part 91 - Agit
Part 92 - Tentang Sahabat
Part 93 - Keberuntungan Atau Kesialan
Part 94 - Memulai Kembali
Part 95 - Belum Ingin Berakhir
Part 96 - Makan Malam
Part 97 - Rutinitas Lama
Part 98 - Sekedar Teman
Part 99 - Bukan Siapa-Siapa
Part 100 - Seperti Dulu
Part 101 - Kue Kering
Part 102 - Perusak Suasana
Part 103 - Cerita Di Warung Pecel
Part 104 - Konfrontasi
Part 105 - Tragedi Puisi
Part 106 - Gak Sengaja Jadian
Part 107 - Day 1
Part 108 - Mengerti
Part 109 - Sisi Lain
Part 110 - Cemburu
Part 111- Cemburu Lagi
Part 112 - Cerita Akhir Tahun
Part 113 - Ketemu Lagi
Part 114 - Malam Panjang
Part 115 - Malam Masih Panjang
Part 116 - Malam Berakhir
Part 117 - Mereka Bertemu
Part 118 - rekonsiliasi
Part 119 - Bicara Masa Depan
Part 120 - Langkah
Part 121 - UN
Part 122 - Pilox & Spidol
Part 123 - Menjelang Prom
Part 124 - Malam Perpisahan
Part 125 - Sebuah Akhir Untuk Awal Baru (TAMAT)
Epilog - Untuk Perempuan Yang Sempat Singgah Di Hati
Terima Kasih, Maaf, & Pengumuman
Special Part : Gadis Manis & Bocah Laki-Laki Di Kursi Depan
MULUSTRASI
Diubah oleh gitartua24 25-04-2022 01:17
JabLai cOY dan 122 lainnya memberi reputasi
119
197.8K
1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gitartua24
#624
Part 74 - Malam Bersama Manda
Malam sudah menunjukkan pukul sekitar jam sepuluh, manda sudah siap dengan pakaian yang dia kenakan. saat manda turun dari tangga gue makin terpesona dengan pakaian dan dandanan yang ia kenakan. entah dia udah ngerencanain atau ngedadak, tapi malam itu memakai pakaian serba hitam. tanktop yang dibalut jaket kulit yang hanya sampai ke pinggangnya dia, celana jeans skinny yang robek di beberapa bagian serta sepatu boots. tapi make upnya bukan make up gothic yang mata sama lipstiknya di item-itemin, justru malah pake make up cerah yang cocok banget sama dia. kaya gal gadot di film fast five waktu dia turun dari motor. emang kalo orang dasarnya cakep mau pake apa aja juga cakep.
sedikit aneh juga sih ngeliat manda pake pakaian serba hitam, karena sebelumnya selama kita jalan dia ga pernah pake pakaian serba hitam. gue gatau apakah emang acaranya nanti teman-temannya manda udah janjian dengan pakaian serba hitam, atau dia sengaja milih pakaian yang warnanya sama dengan yang gue pakai. alasan pertama sepertinya paling masuk akal.
saat gue dan manda keluar rumah, ternyata cuaca lagi gerimis. sempat ada perdebatan kecil apakah mau nungguin gerimis reda atau naik mobilnya manda. gue yang udah pengalaman banget naik motor dan berurusan dengan hujan, gue yakin kalau ini gerimis bakalan awet, dan ga bakalan jadi ujan gede juga. istilah yang sering gue pake kalau nerobos ujan kaya gini adalah ‘basah sih engga, cuman kuyup doang.’ yang nantinya akan menimbulkan bau apek. belom lagi adi gue sedikit berkeringat karena habis masak, bisa-bisa makin tengsin gue nanti sama bau badan sendiri. akhirnya gue mengiyakan buat bawa mobil yang ada di rumah dia. untungnya bukan mobil yang terlalu mewah jadi gue agak sedikit berani bawa mobilnya.
sekarang kalau dipikir-pikir lagi, kenapa gue mengiyakan buat bawa mobilnya manda yaa. sepertinya gara-gara keinget beberapa cerita sfth ketika si cowok menolak fasilitas yang ditawarkan si cewek karena alesan pribadi tertentu, gengsi adalah alasan utamanya. lagi pula itu adalah kondisi kalau lagi pdkt, sementara gue gatau lagi pdkt ke manda atau engga karena semuanya ngalir gitu aja. gue sendiri kenapa saat itu mau bawa mobilnya manda karena gue gamau ribet. ribet debat, ribet kalau tiba-tiba ujan, ribet kalau pakaian gue jadi bau, jadinya gue iyakan. lagipula kalau gue menilai manda hanya mau jalan sama cowok yang naik mobil, selama gue jalan sama dia selalu kemana-mana naik motor gue dan di dua part sebelumnya juga udah dijelasin, jadi yaaah gitu deh, semuanya balik lagi ke perspektif masing-masing.
oiya, emang di kelas 2 sma ini gue udah mulai latihan mobil buat siap-siap bikin sim di tahun depan. niatnya sih biar bisa gantian sama bokap kalau keluarga mau pergi kemana-mana gitu. tapi emang resolusinya agak kurang sesuai, wkwkwk.
macet ternyata sudah menunggu gue dan manda dalam perjalanan. emangnya apa yang mau diharepan, seharusnya semua orang juga bakal mikir hal yang sama. malem minggu, mau ke daerah kemang, dengan cuaca yang gerimis. jalanan kemang yang cuman segaris udah pasti macet, bahkan udah kena macet sejak di antasari, apalagi dulu belom ada jalan layang antasari.
tapi mau gimana lagi, serba salah. macet ini juga menjadi salah satu pertimbangan kita sebelumnya buat mutusin mau naik motor atau mobil. kalau naik motor pasti rada basah, kalau naik mobil yaaa terjebak dalam kemacetan dan cuman bisa dengerin lagu dari mobil sambil ngobrol.
“emangnya nanti tuh acaranya siapa sih man?” tanya gue saat terjebak di kemacetan untuk mengusir kebosanan.
“acara temen tre.” jawab manda dengan spesifik-_-
“maksud gue temen mana, temen sma, temen smp, temennya temen, gitu.” manda malah ketawa denger pertanyaan gue.
“awalnya sih temennya temen, kenal di bar. terus besok-besoknya sering janjian buat nongkrong bareng.”
“lo deket emangnya sama orangnya?”
“ga deket-deket banget sih, tapi yaaa diundang, ga enak kalo ga dateng.”
awalnya gue kurang mengerti dengan perkataan manda, gue sadarnya pada saat-saat kuliah. ternyata emang bakal banyak kejadian-kejadian dimana kita kenal sama temennya temen yang join nongkrong bareng. lebih banyak terjadinya sama temen-temen gue sih. gue sendiri kurang nyaman kalau nongkrong di bar dan harus join sama circle temen yang juga bawa circle mereka.
agak bingung yaaa, wkwkwk. oke gue kasih contoh. misalnya lo dan temen lo mau nongkrong buat ngebeer ria atau emang mau mabok di bar, atau dimana pun deh tempatnya, ternyata temen lo ngajak temem lagi, dan temennya temen lo bawa orang dengan jumlah yang sama dengan rombongan lo. mau ga mau lo harus ngobrol di tempat yang musiknya kenceng. belom lagi kalau di dalam rombongan aca ceweknya, dan cowok di rombongan baru mulai flexing atau nyari kesempatan kenal ke si cewek rombongan lo, atau imana pun deh bentuk circle lo. malah makin ribet yak, wkwkwk. intinya gue merasa kurang nyaman.
tapi setidaknya gue punya dua toleransi. satu, kalau joinnya di acara musik kaya gigs festival atau konser, karena gue ngerasa kita punya interest yang sama jadi lebih mudah buat cairin suasananya. yang kedua, kalau gue masuk ke lingkungan baru sendirian, tanpa ada orang yang gue kenal, gue ngerasa lebih nyaman.
lewat dari jam setengah sebelas gue dan manda udah nyampe di tempat yang dituju, udah sama nyari parkirnya yang ngebuat kita harus sedikit jalan. harusnya kalau ga macet gue bisa nempuh perjalanan sekitar lima belas menit, apalagi kalo naik motor. tapi apa mau dikata.
saat gue dan manda turun cuaca masih gerimis rintik. entah inisiatif dari mana gue meletakkan tangan kiri gue di atas kepala manda biar ga kena air hujan yang sebenernya ga ngaruh juga. saat udah tiba di depan barnya gue melepaskan tangan gue dari kepala manda, tapi sebagai gantinya manda malah ngerangkul tangan gue, dan gue cukup terkejut karena kita kalau jalan ga pernah rangkulan. seketika gue langsung menengok ke arah manda yang ada di sebelah kiri gue, seolah ada jawaban di sana.
manda juga langsung nengok ke arah gue begitu gue ngeliatin, terus bilang, “kaya gini dulu yaaa tre.” ucap manda, dan gue masih belom mengerti sebelum manda melanjutkan ucapannya. “biar orang yang tadi siang ga terlalu ganggu.” oke, gue mengerti, lets play the game.
gue dan manda memasuki pintu bar yang seharusnya terlarang bagi kita berdua karena belum cukup umur dengan mudah. cukup terlihat dewasa (alias tua) dan kalem biar ga diperiksa ktpnya. musik musik tekno yang sedang ramai di putar pada masa itu terdengar bising di telinga gue. kita berdua melewati kerumunan masa dimana beberapa orang cowok ngeliatin manda saat kita lewat. dan yang udah jelas adalah pemandangan orang yang udah mulai mabok. sampe akhirnya manda menarik tangan gue ke sebuah kerumunan.
ya, itu adalah kerumunan teman-temannya manda, dimana salah satu orangnya udah mesen satu table. gue dikenalin atau berkenalan satu persatu dengan orang yang ada di sana sambil berjabat tangan. semua jabat tangan terasa hangat dan akrab meskipun gue ga bisa hafalin nama mereka semua, ditambah suara musik yang berisik. sampe gue bersalaman dengan cowok yang gue temuin tadi siang, langsung diremes tangan gue, tapi ekspresinya dia seolah mengakrabkan diri. wkwkwk, ada-ada aja nih orang, mungkin dia mikir kalo gue ngerebut manda dari dia.
gue melihat ke sekitar dan cukup terkejut ketika di table yang sama ternyata ada seseorang yang gue kenal. enggak, dia bukan siapa-siapa, cuman seorang kenalan. gue samperin dia dan berbasa-basi. dia nemenin ceweknya yang juga masuk ke circlenya manda. sepertinya dia mirip seperti gue saat ini, bertugas buat nemenin seseorang.
“siapa tre?” tanya manda tiba-tiba menghampiri gue.
“temen.” jawab gue singkat. dan ternyata manda juga udah mengenal orang ini.
“jadi pacar lo sekarang si treya man?” tanya kenalan gue, manda menjawabnya dengan sebuah kedipan mata, dan kita berdua langsung mengerti maksud manda, jangan dilanjutin lagi pertanyaanya.
“gue ke sana dulu yaa tre.” kata manda menunjuk gerombolan temennya yang ga jauh dari table, dan gue hanya menjawab dengan anggukan.
“gue kira lo pacarnya manda beneran tre...” kata temen gue yang ada di sebelah.
“hahaha, masih temen.” jawab gue singkat.
“masih temen yeee, masih bisa ada kelanjutan.” gue hanya tertawa mendengar perkataannya. “tapi better jauh sama lo lah tre dari pada sama si onoh.” sambil nunjuk cowok yang tadi siang gue temui, dia masih berusaha deketin manda.
“emang kenapa?” tanya gue, kemudian terdengar suara si cowok yang sedang berusaha mengambil perhatian manda. ‘lo tadi kesini naik motor kan man? mending balik nanti bareng gue naik mobil, lebih enak’ kata si cowok tersebut dengan gaya yang selangit. dan manda dengan entengnya jawab kalau dia kesini naik mobil dan ngebuat si cowok ceming.
“lo liat sendiri kan, emang begitu bocahnya, sengak.”
“biarin lah, di setiap tongkrongan pasti ada orang yang kaya gitu.” kata gue.
“yang jelas yang paling ga disukain di tongkrongan.” kita berdua pun ketawa karena refrensi teman masing-masing.
“emang dia lagi getol banget yaa deketin manda?”
“gatau sih, gue ga terlalu sering juga nemenin cewek gue ngumpul sama temennya yang ini. tapi kayaknya dia baru deh.”
“oooo”
“si manda emang banyak yang deketin tre kalau lagi nongkrong begini, kata cewek gue apalagi kalau ada yang bawa temen cowoknya, tau manda jomblo pasti langsung pada berusaha deketin.” jelasnya.
“wajar sih.” sahut gue penuh ambigu.
“mangkanya kaget juga si manda bisa kenal terus kesini bareng lo. kuat juga wapak lo.”
“wapak tai kucing, hahaha.”
jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dan belum menunjukkan acara belum akan berakhir. sejak lewat jam 12 tadi gue udah ngabarin nyokap dan bokap kalau gue bakal nginep. tapi gue sendiri belom tau mau nginep dimana. gue nanya rico dia lagi dimana dan bilang gue mau nginep di rumah dia. dengan badainya dia cuman jawab ‘ok’.
ini udah beer ketiga gue, gue ga terlalu banyak minum yang dari botolan dengan alasan bakal nyetir, cuman minum tiga atau empat sloki karena ditawarin, dan untuk hormatinnya gue minum. tiba-tiba manda menghampiri gue dengan sempoyongan, kemudian duduk di sebelah gue sambil ngegelendot di pundak gue dan ngomong ga jelas. gue cuman ketawa-ketawa aja ngeliat tingkah manda kaya begitu.
ga lama manda maksa gue buat nemenin ke toilet. gue sempet kebingungan, kondisi manda yang udah ngebuka jaketnya dan memperlihatkan kulitnya yang putih membuat gue berpikir ‘masa iya gue ngelakuin pertama kali di toilet,’ tapi gue buang jauh-jauh pikiran itu karena nemu alasan yang lebih tepat.
gue temenin manda ke toilet dengan membopongnya, manda udah rada ga kuat jalan soalnya. untungnya toiletnya campur. gue buka salah satu bilik toilet langsung terjadilah percakapan antara manda dengan wc duduk, alias manda jackpot. panik, lucu, dan sedikit ilfeel ngeliat manda yang jackpot. gimana yaa, ngeliat cewek cantik jackpot tuh kaya bukan paket yang sesuai. tapi gue anggap gue lagi bantuin manda, jadi lebih banyak kesan lucunya dari pada ilfeel nya.
setelah selesai gue langsung anterin balik ke temen-temennya, dan bak pahlawan kesiangan si cowok kampret langsung nyamperin manda sambil nanya kondisi manda gimana. dalem hati ‘yaaa mabok geblek’
“gue mau pulang!” teriak manda dalam keadaan maboknya.
“aku anterin yaa man.” kata si kunyuk. buset dah nih orang masih aja cari kesepatan.
“apaan sih lo, dari tadi gangguin gue terus tau gak!” mampus di gas balik sama manda. temen-temennya manda nyuruh si kunyuk buat menyingkir, dan menyarankan manda di bawa pulang. gue mengiyakan. dengan bantuan beberapa teman manda untuk memapahnya.
di perjalanan pulang manda masih meracau ga jelas, tapi sampai di depan gerbang rumahnya manda udah mendingan, dan untungnya manda masih cukup sadar buat ngasih kunci rumahnya. saat itu sempet kepikiran buat nyari mbak yang jaga rumah manda buat bantuin gue, tapi gue urungkan takut dia bakal ngadu ke nyokap bokapnya manda, padahal sih gue ga tau juga.
saat masuk ke dalam rumahnya, manda kembali meracau memanggil nyokap bokapnya. ‘maaah, paaah’ tapi apa daya, manda sendiri yang bilang kalau nyokap bokapnya lagi ke luar kota. bahkan sampai gue berhasil mengantarkan manda sampai ke dalam kamarnya manda masih memanggil bokap nyokapnya. bahkan gue yang sebelumnya masih bisa ketawa-ketawa ngeliat tingkah laku manda waktu lagi mabok malah jadi panik begitu manda nangis di dalam kamarnya.
“eehhh man, kok nangis, kenapa man?” tanya gue yang mendadak panik waktu manda mulai nangis. “lo kenapa man? gapapa kan?” pertanyaan gue pun makin bodoh. jelas manda kenapa-kenapa, dan gue ga tau harus bagaimana.
“mamah sama papah kemana? kok belom pulang?” tanya manda sambil menatap ke arah gue.
“kan kata lo lagi pada ke luar kota.” ngedenger jawaban dari gue manda malah makin tersedu-sedu. astaga berasa tolol banget gue ngebuat manda makin sedih. “man, udah dong man nangisnya.” pinta gue yang ikutan memelas karena gak tau harus berbuat apa.
“bokap nyokap gue, mereka selalu ga ada disaat gue butuh mereka. mereka selalu pergi ninggalin gue sendirian. mereka gak sayang sama gue.” curhat manda. meskipun manda menatap ke arah gue, tapi dia sama sekali gak menganggap gue ada. tidak ada penyebutan nama gue disana, dan gue mengerti akan hal itu. manda lagi kalut, cuman butuh seseorang buat mendengarkannya.
“mungkin mereka lagi nyari uang, kan buat lo juga man.” ucap gue bodoh.
“gue ga butuh uang mereka, gue butuh mereka disini. nemenin gue, denger cerita gue, denger keluh kesah gue, meluk gue saat gue lagi sedih.”
entah keberanian dari mana, tiba-tiba gue memeluk manda dengan erat, meletakkan kepalanya di bahu gue sampai gue bisa merasakan air matanya. seketika perasaan illfeel saat melihat manda muntah berubah menjadi iba saat melihat manda menangis, gue mulai menaruh simpati kepadanya.
“udah yaa man, gue disini kok.” ucap gue untuk berusaha menenangkan manda.
perlahan-lahan tangisan manda mulai mereda, dan entah kapan manda sudah tertidur. gue baringkan manda di tempat tidurnya, kini raut wajahnya sudah terlihat lebih damai dibandingkan sebelumnya.
sekarang, gue tinggal memikirkan gimana nasib gue. mau nginep di rumah rico tapi udah mau jam tiga pagi, dan itu berarti gue harus ninggalin manda. gue merasa jadi gak bertanggung jawab dengan manda. mau nginep di rumah manda, yaaa kali dah. gimana kalau mbaknya tau, yang udah pasti tau nanti pagi. gimana kalau nanti mbaknya ngelapor kalau manda ngajak cowok nginep di rumahnya.
dan akhirnya gue memutuskan buat tinggal di rumah manda. persetan lah, gue tinggal nyari alibi kalau terjadi apa-apa besok. untungnya di kamar manda ada karpet yang cukup tebal buat gue tidur.
*****
sekitar jam sembilan gue dibangunin sama manda. gue duduk sebentar di atas karpet buat ngumpulin nyawa, kemudian mulai tersadar waktu melihat manda yang berdiri di depan gue dengan pakaian yang sudah berganti, dan sudah ada senyum di wajahnya sekarang.
“eh man, udah pagi yaa sekarang.” kalau ada cermin di depan gue, mungkin gue bisa ngeliat gimana tolonya wajah gue pagi itu.
“engga, udah malem lagi.” sahut manda dengan nada bercanda, kemudian berjalan ke belakang gue buat ngebuka tirai jendela “udah siang treya.”
seketika cahaya matahari menyadarkan gue sepenuhnya, menyadarkan gue kalau gue masih di rumah manda. gue pun langsung berdiri dan merapikan pakaian gue yang kucel dipake tidur. “hah udah siang yaa? duh sorry banget man gue malah tidur disini, gue pulang dulu yaa.”
“buru-buru banget, mbak udah nyiapin sarapan di bawah.” manda kembali melewati gue, dan berhenti di ambang pintu untuk melihat gue yang masih belum bergerak. “ngapain bengong, ayok.” seolah gak punya pilihan, gue mengikuti manda ke lantai bawah.
“Semalem kenapa ga tidur di kasur aja tre, kan masih muat. gue jadi ga enak ngebuat lo tidur di bawah.”
“yaaa gapapa lah, malah gue yang ga enak kalau tidur di kasur.” manda cuman mengangguk-angguk mendengar jawaban gue.
di meja makan, udah tersedia dua sandwich dan susu putih. terlihat mbaknya manda lagi bolak balik mengurusi pekerjaan rumah, membuat gue sangat merasa canggung. “itu, gapapa man gue nginep di rumah lo.”
“maksudnya?”
“takutnya mbak lo ngadu ke bokap nyokap kalo lo bawa cowok ke rumah.”
“santai, udah biasa kok gue ngajak temen nginep di rumah.” jawab manda tenang. tapi arti kata temen disini terlalu luas buat gue yang masih anak remaja. se engga peduli-ga peduli nya gue, tetep masih ada sesuatu yang mengganjal. mungkin karena kurangnya pengalaman hidup gue saat itu, atau karena sudut pandang yang masih gue ambil saat itu. entah lah, gue masih gak terlalu paham.
ga ada satupun dari kita yang bicara saat makan. bukan karena menikmati makanannya, dan bukan juga karena makanan yang dibuat mbaknya ga enak, tapi karena dari gue sendiri gatau harus membicarakan apa. sampai piring di hadapan kita masing-masing manda baru angkat suara.
“makasih yaaa tre buat kemarin, kalau gue ga bareng lo mungkin pagi ini gue ga bakalan ada di rumah.”
“ia, gue juga ngerti kok.”
“lo pasti anggep gue cewek ga bener ya tre.” kata manda dengan nada sendu.
“kenapa gue harus anggep lo kaya gitu.”
ada sedikit jeda sebelum manda kembali bicara. “enggak, gapapa kok, lagi ngelantur aja tadi gue.”
“its okay, kalo lo butuh tempat cerita, gue siap nampung kok.” manda sedikit tertawa mendengar perkataan gue.
“maybe next time.”
“sure.” ya, gue juga pernah mengalaminya. emang sulit buat membuka diri atau bercerita tentang apa yang kita alami dan kita rasakan.
“anyway, makasih banget yaa tre udah nemenin gue seharian.”
“selow.”
menjelang pukul sepuluh, gue dianterin manda ke depan rumahnya. setelah pamit, gue pun memacu motor gue buat pulang ke rumah. saat di tengah perjalanan gue mendesah berat karena kelelahan, kemudian mengingat-ingat apa yang gue lalui hari ini. what a day.
Malam sudah menunjukkan pukul sekitar jam sepuluh, manda sudah siap dengan pakaian yang dia kenakan. saat manda turun dari tangga gue makin terpesona dengan pakaian dan dandanan yang ia kenakan. entah dia udah ngerencanain atau ngedadak, tapi malam itu memakai pakaian serba hitam. tanktop yang dibalut jaket kulit yang hanya sampai ke pinggangnya dia, celana jeans skinny yang robek di beberapa bagian serta sepatu boots. tapi make upnya bukan make up gothic yang mata sama lipstiknya di item-itemin, justru malah pake make up cerah yang cocok banget sama dia. kaya gal gadot di film fast five waktu dia turun dari motor. emang kalo orang dasarnya cakep mau pake apa aja juga cakep.
sedikit aneh juga sih ngeliat manda pake pakaian serba hitam, karena sebelumnya selama kita jalan dia ga pernah pake pakaian serba hitam. gue gatau apakah emang acaranya nanti teman-temannya manda udah janjian dengan pakaian serba hitam, atau dia sengaja milih pakaian yang warnanya sama dengan yang gue pakai. alasan pertama sepertinya paling masuk akal.
saat gue dan manda keluar rumah, ternyata cuaca lagi gerimis. sempat ada perdebatan kecil apakah mau nungguin gerimis reda atau naik mobilnya manda. gue yang udah pengalaman banget naik motor dan berurusan dengan hujan, gue yakin kalau ini gerimis bakalan awet, dan ga bakalan jadi ujan gede juga. istilah yang sering gue pake kalau nerobos ujan kaya gini adalah ‘basah sih engga, cuman kuyup doang.’ yang nantinya akan menimbulkan bau apek. belom lagi adi gue sedikit berkeringat karena habis masak, bisa-bisa makin tengsin gue nanti sama bau badan sendiri. akhirnya gue mengiyakan buat bawa mobil yang ada di rumah dia. untungnya bukan mobil yang terlalu mewah jadi gue agak sedikit berani bawa mobilnya.
sekarang kalau dipikir-pikir lagi, kenapa gue mengiyakan buat bawa mobilnya manda yaa. sepertinya gara-gara keinget beberapa cerita sfth ketika si cowok menolak fasilitas yang ditawarkan si cewek karena alesan pribadi tertentu, gengsi adalah alasan utamanya. lagi pula itu adalah kondisi kalau lagi pdkt, sementara gue gatau lagi pdkt ke manda atau engga karena semuanya ngalir gitu aja. gue sendiri kenapa saat itu mau bawa mobilnya manda karena gue gamau ribet. ribet debat, ribet kalau tiba-tiba ujan, ribet kalau pakaian gue jadi bau, jadinya gue iyakan. lagipula kalau gue menilai manda hanya mau jalan sama cowok yang naik mobil, selama gue jalan sama dia selalu kemana-mana naik motor gue dan di dua part sebelumnya juga udah dijelasin, jadi yaaah gitu deh, semuanya balik lagi ke perspektif masing-masing.
oiya, emang di kelas 2 sma ini gue udah mulai latihan mobil buat siap-siap bikin sim di tahun depan. niatnya sih biar bisa gantian sama bokap kalau keluarga mau pergi kemana-mana gitu. tapi emang resolusinya agak kurang sesuai, wkwkwk.
macet ternyata sudah menunggu gue dan manda dalam perjalanan. emangnya apa yang mau diharepan, seharusnya semua orang juga bakal mikir hal yang sama. malem minggu, mau ke daerah kemang, dengan cuaca yang gerimis. jalanan kemang yang cuman segaris udah pasti macet, bahkan udah kena macet sejak di antasari, apalagi dulu belom ada jalan layang antasari.
tapi mau gimana lagi, serba salah. macet ini juga menjadi salah satu pertimbangan kita sebelumnya buat mutusin mau naik motor atau mobil. kalau naik motor pasti rada basah, kalau naik mobil yaaa terjebak dalam kemacetan dan cuman bisa dengerin lagu dari mobil sambil ngobrol.
“emangnya nanti tuh acaranya siapa sih man?” tanya gue saat terjebak di kemacetan untuk mengusir kebosanan.
“acara temen tre.” jawab manda dengan spesifik-_-
“maksud gue temen mana, temen sma, temen smp, temennya temen, gitu.” manda malah ketawa denger pertanyaan gue.
“awalnya sih temennya temen, kenal di bar. terus besok-besoknya sering janjian buat nongkrong bareng.”
“lo deket emangnya sama orangnya?”
“ga deket-deket banget sih, tapi yaaa diundang, ga enak kalo ga dateng.”
awalnya gue kurang mengerti dengan perkataan manda, gue sadarnya pada saat-saat kuliah. ternyata emang bakal banyak kejadian-kejadian dimana kita kenal sama temennya temen yang join nongkrong bareng. lebih banyak terjadinya sama temen-temen gue sih. gue sendiri kurang nyaman kalau nongkrong di bar dan harus join sama circle temen yang juga bawa circle mereka.
agak bingung yaaa, wkwkwk. oke gue kasih contoh. misalnya lo dan temen lo mau nongkrong buat ngebeer ria atau emang mau mabok di bar, atau dimana pun deh tempatnya, ternyata temen lo ngajak temem lagi, dan temennya temen lo bawa orang dengan jumlah yang sama dengan rombongan lo. mau ga mau lo harus ngobrol di tempat yang musiknya kenceng. belom lagi kalau di dalam rombongan aca ceweknya, dan cowok di rombongan baru mulai flexing atau nyari kesempatan kenal ke si cewek rombongan lo, atau imana pun deh bentuk circle lo. malah makin ribet yak, wkwkwk. intinya gue merasa kurang nyaman.
tapi setidaknya gue punya dua toleransi. satu, kalau joinnya di acara musik kaya gigs festival atau konser, karena gue ngerasa kita punya interest yang sama jadi lebih mudah buat cairin suasananya. yang kedua, kalau gue masuk ke lingkungan baru sendirian, tanpa ada orang yang gue kenal, gue ngerasa lebih nyaman.
lewat dari jam setengah sebelas gue dan manda udah nyampe di tempat yang dituju, udah sama nyari parkirnya yang ngebuat kita harus sedikit jalan. harusnya kalau ga macet gue bisa nempuh perjalanan sekitar lima belas menit, apalagi kalo naik motor. tapi apa mau dikata.
saat gue dan manda turun cuaca masih gerimis rintik. entah inisiatif dari mana gue meletakkan tangan kiri gue di atas kepala manda biar ga kena air hujan yang sebenernya ga ngaruh juga. saat udah tiba di depan barnya gue melepaskan tangan gue dari kepala manda, tapi sebagai gantinya manda malah ngerangkul tangan gue, dan gue cukup terkejut karena kita kalau jalan ga pernah rangkulan. seketika gue langsung menengok ke arah manda yang ada di sebelah kiri gue, seolah ada jawaban di sana.
manda juga langsung nengok ke arah gue begitu gue ngeliatin, terus bilang, “kaya gini dulu yaaa tre.” ucap manda, dan gue masih belom mengerti sebelum manda melanjutkan ucapannya. “biar orang yang tadi siang ga terlalu ganggu.” oke, gue mengerti, lets play the game.
gue dan manda memasuki pintu bar yang seharusnya terlarang bagi kita berdua karena belum cukup umur dengan mudah. cukup terlihat dewasa (alias tua) dan kalem biar ga diperiksa ktpnya. musik musik tekno yang sedang ramai di putar pada masa itu terdengar bising di telinga gue. kita berdua melewati kerumunan masa dimana beberapa orang cowok ngeliatin manda saat kita lewat. dan yang udah jelas adalah pemandangan orang yang udah mulai mabok. sampe akhirnya manda menarik tangan gue ke sebuah kerumunan.
ya, itu adalah kerumunan teman-temannya manda, dimana salah satu orangnya udah mesen satu table. gue dikenalin atau berkenalan satu persatu dengan orang yang ada di sana sambil berjabat tangan. semua jabat tangan terasa hangat dan akrab meskipun gue ga bisa hafalin nama mereka semua, ditambah suara musik yang berisik. sampe gue bersalaman dengan cowok yang gue temuin tadi siang, langsung diremes tangan gue, tapi ekspresinya dia seolah mengakrabkan diri. wkwkwk, ada-ada aja nih orang, mungkin dia mikir kalo gue ngerebut manda dari dia.
gue melihat ke sekitar dan cukup terkejut ketika di table yang sama ternyata ada seseorang yang gue kenal. enggak, dia bukan siapa-siapa, cuman seorang kenalan. gue samperin dia dan berbasa-basi. dia nemenin ceweknya yang juga masuk ke circlenya manda. sepertinya dia mirip seperti gue saat ini, bertugas buat nemenin seseorang.
“siapa tre?” tanya manda tiba-tiba menghampiri gue.
“temen.” jawab gue singkat. dan ternyata manda juga udah mengenal orang ini.
“jadi pacar lo sekarang si treya man?” tanya kenalan gue, manda menjawabnya dengan sebuah kedipan mata, dan kita berdua langsung mengerti maksud manda, jangan dilanjutin lagi pertanyaanya.
“gue ke sana dulu yaa tre.” kata manda menunjuk gerombolan temennya yang ga jauh dari table, dan gue hanya menjawab dengan anggukan.
“gue kira lo pacarnya manda beneran tre...” kata temen gue yang ada di sebelah.
“hahaha, masih temen.” jawab gue singkat.
“masih temen yeee, masih bisa ada kelanjutan.” gue hanya tertawa mendengar perkataannya. “tapi better jauh sama lo lah tre dari pada sama si onoh.” sambil nunjuk cowok yang tadi siang gue temui, dia masih berusaha deketin manda.
“emang kenapa?” tanya gue, kemudian terdengar suara si cowok yang sedang berusaha mengambil perhatian manda. ‘lo tadi kesini naik motor kan man? mending balik nanti bareng gue naik mobil, lebih enak’ kata si cowok tersebut dengan gaya yang selangit. dan manda dengan entengnya jawab kalau dia kesini naik mobil dan ngebuat si cowok ceming.
“lo liat sendiri kan, emang begitu bocahnya, sengak.”
“biarin lah, di setiap tongkrongan pasti ada orang yang kaya gitu.” kata gue.
“yang jelas yang paling ga disukain di tongkrongan.” kita berdua pun ketawa karena refrensi teman masing-masing.
“emang dia lagi getol banget yaa deketin manda?”
“gatau sih, gue ga terlalu sering juga nemenin cewek gue ngumpul sama temennya yang ini. tapi kayaknya dia baru deh.”
“oooo”
“si manda emang banyak yang deketin tre kalau lagi nongkrong begini, kata cewek gue apalagi kalau ada yang bawa temen cowoknya, tau manda jomblo pasti langsung pada berusaha deketin.” jelasnya.
“wajar sih.” sahut gue penuh ambigu.
“mangkanya kaget juga si manda bisa kenal terus kesini bareng lo. kuat juga wapak lo.”
“wapak tai kucing, hahaha.”
jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dan belum menunjukkan acara belum akan berakhir. sejak lewat jam 12 tadi gue udah ngabarin nyokap dan bokap kalau gue bakal nginep. tapi gue sendiri belom tau mau nginep dimana. gue nanya rico dia lagi dimana dan bilang gue mau nginep di rumah dia. dengan badainya dia cuman jawab ‘ok’.
ini udah beer ketiga gue, gue ga terlalu banyak minum yang dari botolan dengan alasan bakal nyetir, cuman minum tiga atau empat sloki karena ditawarin, dan untuk hormatinnya gue minum. tiba-tiba manda menghampiri gue dengan sempoyongan, kemudian duduk di sebelah gue sambil ngegelendot di pundak gue dan ngomong ga jelas. gue cuman ketawa-ketawa aja ngeliat tingkah manda kaya begitu.
ga lama manda maksa gue buat nemenin ke toilet. gue sempet kebingungan, kondisi manda yang udah ngebuka jaketnya dan memperlihatkan kulitnya yang putih membuat gue berpikir ‘masa iya gue ngelakuin pertama kali di toilet,’ tapi gue buang jauh-jauh pikiran itu karena nemu alasan yang lebih tepat.
gue temenin manda ke toilet dengan membopongnya, manda udah rada ga kuat jalan soalnya. untungnya toiletnya campur. gue buka salah satu bilik toilet langsung terjadilah percakapan antara manda dengan wc duduk, alias manda jackpot. panik, lucu, dan sedikit ilfeel ngeliat manda yang jackpot. gimana yaa, ngeliat cewek cantik jackpot tuh kaya bukan paket yang sesuai. tapi gue anggap gue lagi bantuin manda, jadi lebih banyak kesan lucunya dari pada ilfeel nya.
setelah selesai gue langsung anterin balik ke temen-temennya, dan bak pahlawan kesiangan si cowok kampret langsung nyamperin manda sambil nanya kondisi manda gimana. dalem hati ‘yaaa mabok geblek’
“gue mau pulang!” teriak manda dalam keadaan maboknya.
“aku anterin yaa man.” kata si kunyuk. buset dah nih orang masih aja cari kesepatan.
“apaan sih lo, dari tadi gangguin gue terus tau gak!” mampus di gas balik sama manda. temen-temennya manda nyuruh si kunyuk buat menyingkir, dan menyarankan manda di bawa pulang. gue mengiyakan. dengan bantuan beberapa teman manda untuk memapahnya.
di perjalanan pulang manda masih meracau ga jelas, tapi sampai di depan gerbang rumahnya manda udah mendingan, dan untungnya manda masih cukup sadar buat ngasih kunci rumahnya. saat itu sempet kepikiran buat nyari mbak yang jaga rumah manda buat bantuin gue, tapi gue urungkan takut dia bakal ngadu ke nyokap bokapnya manda, padahal sih gue ga tau juga.
saat masuk ke dalam rumahnya, manda kembali meracau memanggil nyokap bokapnya. ‘maaah, paaah’ tapi apa daya, manda sendiri yang bilang kalau nyokap bokapnya lagi ke luar kota. bahkan sampai gue berhasil mengantarkan manda sampai ke dalam kamarnya manda masih memanggil bokap nyokapnya. bahkan gue yang sebelumnya masih bisa ketawa-ketawa ngeliat tingkah laku manda waktu lagi mabok malah jadi panik begitu manda nangis di dalam kamarnya.
“eehhh man, kok nangis, kenapa man?” tanya gue yang mendadak panik waktu manda mulai nangis. “lo kenapa man? gapapa kan?” pertanyaan gue pun makin bodoh. jelas manda kenapa-kenapa, dan gue ga tau harus bagaimana.
“mamah sama papah kemana? kok belom pulang?” tanya manda sambil menatap ke arah gue.
“kan kata lo lagi pada ke luar kota.” ngedenger jawaban dari gue manda malah makin tersedu-sedu. astaga berasa tolol banget gue ngebuat manda makin sedih. “man, udah dong man nangisnya.” pinta gue yang ikutan memelas karena gak tau harus berbuat apa.
“bokap nyokap gue, mereka selalu ga ada disaat gue butuh mereka. mereka selalu pergi ninggalin gue sendirian. mereka gak sayang sama gue.” curhat manda. meskipun manda menatap ke arah gue, tapi dia sama sekali gak menganggap gue ada. tidak ada penyebutan nama gue disana, dan gue mengerti akan hal itu. manda lagi kalut, cuman butuh seseorang buat mendengarkannya.
“mungkin mereka lagi nyari uang, kan buat lo juga man.” ucap gue bodoh.
“gue ga butuh uang mereka, gue butuh mereka disini. nemenin gue, denger cerita gue, denger keluh kesah gue, meluk gue saat gue lagi sedih.”
entah keberanian dari mana, tiba-tiba gue memeluk manda dengan erat, meletakkan kepalanya di bahu gue sampai gue bisa merasakan air matanya. seketika perasaan illfeel saat melihat manda muntah berubah menjadi iba saat melihat manda menangis, gue mulai menaruh simpati kepadanya.
“udah yaa man, gue disini kok.” ucap gue untuk berusaha menenangkan manda.
perlahan-lahan tangisan manda mulai mereda, dan entah kapan manda sudah tertidur. gue baringkan manda di tempat tidurnya, kini raut wajahnya sudah terlihat lebih damai dibandingkan sebelumnya.
sekarang, gue tinggal memikirkan gimana nasib gue. mau nginep di rumah rico tapi udah mau jam tiga pagi, dan itu berarti gue harus ninggalin manda. gue merasa jadi gak bertanggung jawab dengan manda. mau nginep di rumah manda, yaaa kali dah. gimana kalau mbaknya tau, yang udah pasti tau nanti pagi. gimana kalau nanti mbaknya ngelapor kalau manda ngajak cowok nginep di rumahnya.
dan akhirnya gue memutuskan buat tinggal di rumah manda. persetan lah, gue tinggal nyari alibi kalau terjadi apa-apa besok. untungnya di kamar manda ada karpet yang cukup tebal buat gue tidur.
*****
sekitar jam sembilan gue dibangunin sama manda. gue duduk sebentar di atas karpet buat ngumpulin nyawa, kemudian mulai tersadar waktu melihat manda yang berdiri di depan gue dengan pakaian yang sudah berganti, dan sudah ada senyum di wajahnya sekarang.
“eh man, udah pagi yaa sekarang.” kalau ada cermin di depan gue, mungkin gue bisa ngeliat gimana tolonya wajah gue pagi itu.
“engga, udah malem lagi.” sahut manda dengan nada bercanda, kemudian berjalan ke belakang gue buat ngebuka tirai jendela “udah siang treya.”
seketika cahaya matahari menyadarkan gue sepenuhnya, menyadarkan gue kalau gue masih di rumah manda. gue pun langsung berdiri dan merapikan pakaian gue yang kucel dipake tidur. “hah udah siang yaa? duh sorry banget man gue malah tidur disini, gue pulang dulu yaa.”
“buru-buru banget, mbak udah nyiapin sarapan di bawah.” manda kembali melewati gue, dan berhenti di ambang pintu untuk melihat gue yang masih belum bergerak. “ngapain bengong, ayok.” seolah gak punya pilihan, gue mengikuti manda ke lantai bawah.
“Semalem kenapa ga tidur di kasur aja tre, kan masih muat. gue jadi ga enak ngebuat lo tidur di bawah.”
“yaaa gapapa lah, malah gue yang ga enak kalau tidur di kasur.” manda cuman mengangguk-angguk mendengar jawaban gue.
di meja makan, udah tersedia dua sandwich dan susu putih. terlihat mbaknya manda lagi bolak balik mengurusi pekerjaan rumah, membuat gue sangat merasa canggung. “itu, gapapa man gue nginep di rumah lo.”
“maksudnya?”
“takutnya mbak lo ngadu ke bokap nyokap kalo lo bawa cowok ke rumah.”
“santai, udah biasa kok gue ngajak temen nginep di rumah.” jawab manda tenang. tapi arti kata temen disini terlalu luas buat gue yang masih anak remaja. se engga peduli-ga peduli nya gue, tetep masih ada sesuatu yang mengganjal. mungkin karena kurangnya pengalaman hidup gue saat itu, atau karena sudut pandang yang masih gue ambil saat itu. entah lah, gue masih gak terlalu paham.
ga ada satupun dari kita yang bicara saat makan. bukan karena menikmati makanannya, dan bukan juga karena makanan yang dibuat mbaknya ga enak, tapi karena dari gue sendiri gatau harus membicarakan apa. sampai piring di hadapan kita masing-masing manda baru angkat suara.
“makasih yaaa tre buat kemarin, kalau gue ga bareng lo mungkin pagi ini gue ga bakalan ada di rumah.”
“ia, gue juga ngerti kok.”
“lo pasti anggep gue cewek ga bener ya tre.” kata manda dengan nada sendu.
“kenapa gue harus anggep lo kaya gitu.”
ada sedikit jeda sebelum manda kembali bicara. “enggak, gapapa kok, lagi ngelantur aja tadi gue.”
“its okay, kalo lo butuh tempat cerita, gue siap nampung kok.” manda sedikit tertawa mendengar perkataan gue.
“maybe next time.”
“sure.” ya, gue juga pernah mengalaminya. emang sulit buat membuka diri atau bercerita tentang apa yang kita alami dan kita rasakan.
“anyway, makasih banget yaa tre udah nemenin gue seharian.”
“selow.”
menjelang pukul sepuluh, gue dianterin manda ke depan rumahnya. setelah pamit, gue pun memacu motor gue buat pulang ke rumah. saat di tengah perjalanan gue mendesah berat karena kelelahan, kemudian mengingat-ingat apa yang gue lalui hari ini. what a day.
japraha47 dan 21 lainnya memberi reputasi
22