Aku menyesal dengan segala kecukupan yang dimiliki malah tidak bisa mensyukurinya

Dimulai ketika adik kandungku meninggal dunia karena demam berdarah, sejak saat itu aku menjadi anak bungsu didalam keluarga. Umur ku dengan abang-abang ku terpaut jauh, sekitar 6-8 tahun. Sejak SD sebagai anak bungsu selalu diberi uang jajan lebih dan apa yang diminta selalu diberi.

Sampailah aku ketika diperkenalkan dengan teknologi seperti komputer/laptop dan hp, elektronik itu sebenarnya milik abangku diperlukan untuk membuat tugas-tugasnya, dan sesekali aku memakainya untuk bermain game.

Lama-kelamaan karena rasa keingintahuan yang besar mendorongku untuk mengotak-atik laptop tersebut dan ya, aku bertemu dengan video yang tidak seharusnya aku lihat di umur segitu, saat itulah aku sesekali menyendiri dikamar melihat hal-hal berbau porno, aku mengalihkan perhatian ibu dan ayah dengan cara menghidupkan musik agar tidak ada yang curiga.

Kecanduan melihat video tersebut mengantarkanku kepada kelakuan nakal lainnya, kelas 5 SD aku mulai coba-coba bolos sekolah, merokok bersama teman-teman, dan berbohong. Beranjak ke masa SMP, kenakalan ku semakin menjadi-jadi seolah apa yang aku lakukan baik-baik saja dan tidak ada yang melarang.

Pagi diantar ke sekolah oleh ayah, sampai disekolah tidak masuk, malah bolos ke warnet, bermain billiard, atau duduk di kedai dekat sekolah yang membolehkan anak-anak SMP untuk merokok-rokok, sesampai dirumah yang aku lakukan hanya berbohong dan berbohong, orang tua hanya percaya-caya saja jika anaknya adalah anak baik-baik.

Sampai suatu ketika aku ketahuan bolos oleh guru karena aku kabur pada jam istirahat melewati sawah yang ada disebelah sekolah, itu disebabkan karena teman sekelas meneriaki aku yang mencoba bolos dengan beberapa teman lainnya.

Tas ku disita dan harus membawa orangtua untuk di proses, parahnya pada saat disuruh pulang oleh guru untuk memanggil orangtua ke sekolah, aku malah dongkol dan lebih memilih pergi ke warnet.

Ternyata aku sangat sial, ada yang mengadukan ku kepada ibu bahwa tadi siang aku mencoba bolos dan tas disita oleh guru. Sesampai dirumah tentu saja aku dimarahi habis-habisan, tapi aku tidak kapok sampai disitu.

Seperti kata pepatah “masuk telinga kanan, keluar telinga kiri”.

Aku hanya sadar dan menyesal ketika semalaman dimarahi, besoknya masuk sekolah namun malas-malasan dan pulang langsung ke warnet. Tindakan buruk yang ku lakukan akhirnya mendatangkan akibat baru, yaitu nilai hasil ujian nasional ku sangat rendah dan tidak diterima di SMA negeri manapun.

Terpaksa masuk ke SMA swasta karena ibu masih ingin aku lanjut sekolah dan mendapatkan minimal ijazah SMA. Tapi tetap saja aku tidak pernah berubah malah tambah parah, pergi ke sekolah sudah bawa motor sendiri, terkadang masuk, terkadang bolos, pulang sekolah ke kos teman minum alkohol, merokok, bahkan coba-coba ganja.

Ayah yang sudah mulai sakit-sakitan karena penyakit paru-paru nya kambuh tidak membuat ku kunjung sadar, ayah menderita penyakit tersebut karena rajin merokok. Bodohnya aku tetap saja merokok tanpa belajar dari penyakit ayah.



Satu tahun kemudian aku naik ke kelas 11, masa-masa yang suram. Ditahun ini hp ku disita guru, karena ketahuan bermain game saat jam belajar. Alhasil aku di proses dan hp ku di periksa, aku memberikan kata sandinya karena diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika menolak.

Dan tentu saja mereka menemukan beberapa gambar dan film porno, hari itu aku tidak dikeluarkan tetapi cuma di skorsing selama lima hari. Sejak saat itu aku terkenal sebagai cowok bejat, mereka (teman-teman sekolah & guru) memandangiku dengan rasa jijik dan takut.

Satu bulan berlalu, kemudian penyakit ayah kambuh dan harus dirawat ke rumah sakit, baru hanya satu malam disana ayah sudah pergi. Penyakitnya memang belum kronis, namun ayah sudah berumur cukup tua dan juga sejak muda rajin merokok.

Aku semakin hilang arah tidak terpikirkan bagaimana masa depan nanti, perginya ayah sama saja ketika aku ketahuan bolos sewaktu SMP, menyesal dan menangisnya cuma beberapa hari sehabis itu ulang lagi.

Aku sangat sulit untuk berubah, entah penyebabnya dari dalam diri sendiri atau lingkungan pertemanan yang mendukung untuk melakukan prilaku buruk. Beberapa tahun kemudian aku tamat SMA dan ibu tidak ingin aku melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, karena ia tahu hal itu akan percuma dengan aku yang terus-terusan malas.

Ibu menyuruhku untuk mencari pekerjaan saja, tapi tentu saja tidak mudah, zaman sekarang ijazah SMA tidak terlalu berguna.

Kedua abangku sudah bekerja, mereka sangat berbeda denganku karena aku bungsu yang dimanja, walaupun mereka tidak terlalu pintar disekolah tapi mereka tidak pernah bolos sepertiku. Mereka sekarang sibuk dengan kehidupannya masing-masing, sementara aku tidak tahu harus apa.

“orang sekolah, kita juga sekolah, orang dapat ijazah/sarjana, kita juga dapat ijazah/sarjana. Tapi orang dapat kerja, kita pengangguran”.

Aku merenung, sambil berfikir. Aku bukan berasal dari keluarga broken home, yang menghancurkan hidup ini adalah diri sendiri. Aku menyesal dan sangat rendah dari mereka yang broken home masih bisa sukses menggapai mimpinya, sementara aku hidup dalam keluarga yang serba berkecukupan gagal dalam semuanya dan tidak pernah sadar akan hal itu.

Aku sangat kurang bersyukur dalam memaknai hidup. Sekarang inilah akibatnya, waktu tidak bisa di putar dan dibeli. Masa lalu itulah yang membentuk diriku saat ini, sulit berubah dari segala kecanduan entah itu merokok ataupun menonton film porno.

Seperti kata pepatah Minangkabau “ketek taraja-raja, gadang tabao-bao, lah gaek ndak namuah barubah-rubah, ka mati jadi parangai”

Yang artinya, dari kecil terbiasa hal buruk, sudah besar terbawa-bawa, sudah tua tidak bisa berubah, dan ketika meninggal menyisakan kesan buruk.