- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#97
Membonceng
Di dalam perjalanan saat melewati kebun milik warga yang dulu aku sering di ganggu, karena hari masih sangat pagi dan sedikit gelap dijalan aku bertemu dengan beberapa orang sedang berjalan sambil salah satu diantaranya membawa kayu atau ranting yang mungkin akan di gunakan untuk bahan memasak di tungku, ya maklmum di daerah ini masih banyak orang yang menggunakan tungku untuk memasak.
Saat aku akan melewati beberapa orang tersebut yang berjumlah sekitar empat orang, dua di depan dan satu dibelakang sambil menggendong kayu dan menuntun seorang anak, terlihat dua didepan seorang bapak bapak mengenakan sarung dan berpakaian rapi, yang mungkin mereka baru pulang dari mushola, kedua bapak ini berbelok masuk ke arah gang perkampungan warga, namun seorang yang membawa kayu dan menuntun anak tidak ikut berbelok ke dalam gang namun terus berjalan menyusuri jalanan aspal ini.
Saat aku akan melewati orang yang membawa kayu tersebut, orang itu menengok ke arahku sambil mengayunkan tangannya tanda memintaku untuk berhenti, aku pun memberi sein ke kiri tanda akan berhenti, tak begitu jelas wajah dari orang yang membawa kayu dan anak itu karena silau dari pantulan lampu motor ku, saat berhenti di sampingnya pun aku belum bisa melihat jelas karena suasana masih sedikit gelap dan orang itu dalam keadaan menunduk, aku hanya melihat anaknya yang di tuntun menatapku, wajah anak laki laki yang seperti tengah ketakutan, suara orang yang menuntun anak itu terdengar sangat kelelahan, terlihat dari nafasnya yang seperti ngos ngosan mengatur nafas.
“mas, bolehkah saya minta tolong” tanya bapak itu sambil mengatur nafas, ya bapak ini terlihat sudah sangat tua dan yang di tuntunnya ini kemungkinan adalah cucunya.
“iya pak gimana, mau minta tolong apaya” jawabku sopan padanya
“saya boleh numpang ikut sampai depan mas setelah pasar itu” bapak itu menunjuk arah sambil terus mengatur nafasnya
“iya pak nggak papa ayo bonceng di belakang, ini cucunya biar di depan saja nggak papa sama saya” aku bersedia mengantarkan karena jalan yang searah
“tapi mas maaf ya kalo bapak bau, takutnya mas jijik sama saya” bapak itu berkata
“sudah pak nggak papa namanya orang baru bekerja ya seperti ini nggak papa ayo pak naik” ucapku mempersilahkan
Bapak tersebutpun menaiki motorku dan membonceng di belakang, sedangkan cucunya aku persilahkan untuk membonceng di depan supaya bapak di belakang tidak kesusahan saat membonceng, awalnya anak tersebut menolak untuk duduk di depan dan ingin terus bersama dengan bapak dibelakang, bapak itu pun juga mengatakan tidak apa apa jika anak itu duduk di tengah, tapi karena aku takut bapaknya akan terjatuh karena membawa kayu di belakang, aku memaksa untuk untuk anak itu duduk didepan saja, dan alhasil merekapun menuruti.
Kitapun memulai perjalanan lagi, aku merasa ada hal yang aneh saat berjalan, tubuh anak ini terasa sangat dingin, aku merasakan karena tubuh anak ini menempel diperutku, dan benar saja apa yang di katakan bapak ini tadi kalau dia akan memunculkan bau, tapi bau yang kurasakan bukan bau asem atau bau tidak sedap lainnya selayaknya orang yang baru pulang dari kebun, aku membiarkan bau ini dan terus berjalan sambil sesekali bertanya pada bapak ini, namun beberapa kali aku bertanya bapak ini tidak membalas pertanyaanku dan hanya terduduk sambil terus mengatur nafas.
Setelah beberapa menit berjalan akhirnya kita akan melewati pasar yang tadi disebutkan oleh bapak ini, aku pun memang mengetahui kalau disana memang ada pasar namun hanya beroprasi di hari tertentu saja, sesaat sebelum melewati pasar itu, aku mencium aroma kentang rebus yang cukup kuat, dan perlahan motor yang ku naiki pun terasa sedikit melambat, entah datang darimana dan kenapa motorku ini melambat, mungkin kalau motor ini melambat karena jalanan yang sedikit menanjak namun untuk bau kentang rebus aku sama sekali tak bisa berfikir dari mana, namun sebisa mungkin aku berfikir positif kalo bau kentang ini berasal dari pasar yang ada di depan.
Saat melewati pasar tersebut, aku merasa ada pemandangan yang berbeda, suasana pasar terlihat sangat ramai seperti kebanyakan pasar pada umumnya, yang membuatku berbeda adalah, bilik bilik kios pasar terlihat masih menggunakan anyaman bambu dan terlihat juga mereka masih menggunakan penerangan jaman dulu, kalau di daerahku disebut senthir, dan orang orang yang bertransaksi disana masih menggunakan pakaian kebayak dan tak jarang bagi yang laki laki masih ada yang bertelanjang dada, yang membuat aneh adalah raut muka yang ditunjukan mereka seolah kosong seperti tidak ada nya kehidupan, walau kondisi pasar terdengar riuh dengan transaksi mereka tapi dari ekpresi sama sekali tidak menunjukan adanya kehidupan.
“sudah jalan saja mas, nggak usah diperdulikan mereka” ucap bapak yang membonceng dibelakangku.
Anak yang di bawa bapak tersebut tidak seperti tadi yang hanya diam, saat melewati pasar itu terdengar sedikit gelak tawa darinya entah karena apa dia tertawa. Sebenarnya aku tidak bisa menyembunyikan kecurigaanku akan keanehan pasar tersebut, soalnya biasanya jam segini belum ada aktifitas perdagangan sama sekali.
Setelah melewati pasar tersebut kita sampailah di jalan menurun dan harus melewati jembatan dan ada pohon bambu disana yang cukup rimbun saat itu, bapak dibelakang meminta aku untuk berhenti di depan pohon bambu tersebut.
“mas, sudah sampai sini saja nanti biar saya sama cucu saya ini jalan kaki buat nerusin sampai rumah” bapak itu meminta aku untuk berhenti
“loh pak kok turun disini kan disini nggak ada rumah atau jalan ke desa” ucapku sedikit aneh
“yo ada tho mas, sudah berhenti sini aja” bapak itu meminta
“iya pak saya menepi dulu” balasku pada bapak tersebut
Aku berhentikan motorku di depan pohon bambu yang rimbun itu, disebelah pohon bambu terlihat ada jalan setapak, menunjukan akses jalan menuju ke suatu tempat, namun aku sama sekali tidak ingat ada jalan setapak disana karena yang ku tahu setelah melewati pasar itu, kita harus berjalan kurang lebih tiga empat sampai lima kilo untuk menemukan desa, selama itu yang ada hanya beberapa warung yang kadang dipakai kadang tidak.
Setelah kuberhentikan motorku disana, terlihat ada sosok wanita tua bersama anak atau bisa dibilang cucunya berjalan keluar dari jalan setapak itu, bapak itu turun dari motorku diikuti cucu laki lakinya ini juga ikut turun, dan ternyata wanita tua bersama anak itu datang untuk menjemput bapak dan cucunya ini, terlihat wajah tua wanita itu sambil tertunduk mendekat kearah kami.
“terimakasih mas, untung ada mas Ryan kami jadi bisa pulang tepat waktu” ucap bapak bapak itu
“iya pak sama sama, kalau begitu saya pamit dulu ya mau meneruskan perjalanan” pamitku pada mereka.
Aku kemudian meneruskan perjalananku, saat memulai menarik gas, motor yang aku gunakan terasa sangat ringan dibandingkan tadi saat sebelum berangkat dan saat membonceng bapak itu, karena aku merasa aneh dengan rentetan kejadian tadi saat memberi boncengan pada bapak itu kemudian aku mencoba melihat mereka apakah sudah pergi atau belum dari sana, dan saat aku melihat mereka dari spion motorku yang terlihat disana hanyalah sebuah pohon beringin rimbun dengan ada empat sosok makhluk berbulu lebat dengan mata merah dan taring yang panjang melambai kearahku seakan berterimakasih, otomatis langsung bergidik ngeri bulu kuduku dan langsung ku tarik motor ku secepat mungkin, pantas saja aneh bahkan aku baru ingat aku belum sempat memberitahu namaku kenapa bapak itu bisa tau.
Ku teruskan perjalananku ke Jogja dan langsung menuju ke kos kosan Via, aku sampai di Jogja sekitar pukul tujuh pagi karena santai dijalan setelah keluar dari zona angker tadi, jam setengah delapan aku sampai di kos Via, di depan kos sudah menungguku sosok yang sudah aku kenal, sosok berwujud macan dengan tubuh yang kekar dan sedikit mengingatkanku akan kejadian waktu itu, sosok Adiwilaga penjaga Via menunggu di depan kos Via dengan satu tangan yang terputus akibat pertempuran waktu itu.
Adiwilaga memberisalam padaku dan mempersilahkan masuk, tak disangka sosok Aruna mengikuti dibelakangku sambil ngomel karena aku memang tidak berpamitan dengan nya waktu akan berangkat ke Jogja.
“silahkan masuk Den Ryan, Via ada didalam sedang berberes kamarnya” Adiwilaga mempersilahkan aku masuk
“dasar berangkat kesini nggak bilang bilang lagi” Aruna ngomel di belakang ku
“kamu ini suruh siapa keliaran sendiri, katanya jagain aku malah keluyuran” balas ku padanya
“loh kok jadi aku yang salah sih, kan kamu sendiri yang nggak pamit” bantah Aruna padaku
“ya masa iya aku mau pergi kemanapun harus pamitan sama kamu, apa iya aku mau eek juga harus pamit sama kamu, emang mau nyebokin” jawabku kesal pada Aruna dan langsung pergi masuk menemui Via.
Adiwilaga hanya tersenyum melihat tingkah ku dan Aruna seperti anak kecil yang saling menyalahkan. Aku berjalan menuju kamar Via, di jalan menuju kamar Via aku bertemu dengan Bapak kos disini, aku pun menghampiri nya untuk menyapa dan sekaligus meminta ijin untuk bertemu Via dikamarnya, setelah menyapa bapak kos aku lanjutkan menuju kamar Via, terlihat dia sedang asik bersih bersih disana sambil sedikit bersenandung.
Aku tak langsung masuk menemuinya, karena aku memang tak mengatakan akan kesini minggu ini biar kan dia sendiri saja yang menyadari kalau aku sudah berada didepannya, aku mengambil kursi yang berada didepan kamar Via dan aku letakan di depan kamarnya dan menghadap kearah dalam jadi kalau dia melihat ke pintu pasti langsung melihatku.
Terlihat Via sangat cekatan dalam soal bersih bersih ruangan, sampah sampah yang berada didalam kamarnyapun tak segan dia pengang tak seperti cewek yang lain yang kadang sangat jijik walau itu sampah dia sendiri, dia sapu kotoran dilantai lap seluruh meja dan beberapa perabotan miliknya, sepertinya dia memang lagi asik sampai sampai saat aku rasa dia melirik ke arah pintu dan akan menyadariku sudah berada disana tapi ternyata dia tidak melihatku dan terus asik melanjutkan acara bersih bersihnya.
Hingga sampai akhirnya aku yang sudah tidak sabar sendiri melihat ekspresinya kaget melihatku, sengaja aku berdeghem memberi isyarat kalau ada yang sedang memperhatikannya “eghem” namun dia sama sekali tak menghiraukan suara itu, sedikit kesal tapi aku tak menyerah, aku kemudian kembali mencoba menggodanya dengan cara, seperti memberi instruksi untuk membersihkan dibagian tertentu biar lebih bersih.
“mbak mbak yang sebelah sana kayaknya masih agak berdebu coba di bersihkan lagi” ucapku pada Via
“eh iya pak, sebelah sini ya, ini memang belum saya bersihkan kok” jawabnya sambil asik bersih bersih
“nah nah sama yang sebelah sana tu deket lemari kayaknya masih ada kotoran di seblahnya” tambahku memberi perintah
“iya pak nanti Via bersihin” ucapnya masih asik bersik bersih
“[sial nggak sadar juga ternyata] sama ini ya sepatu saya abis ini dibersihin” aku lempar sepatuku di atas meja milik Via yang berada disebelahnya
Kali ini terlihat dia sedikit terkejut karena sepatuku mendarat diatas meja, sambil mengambil sepatuku dia menengok kearahku, dan terlihat ekpresi terkejutnya yang sangat lucu, terlihat juga dia sangat menunggu kedatanganku, aku memang sering datang kemari tanpa memberitahunya terlebih dahulu, aku juga sangat suka melihat ekspresinya yang terkejut lucu.
Selesai bersih bersih aku mengajaknya untuk sarapan, karena aku yakin dia belum sarapan samasekali karena masih terbilang pagi, aku ajak Via untuk makan di warung makan disebelah kos ku saja di tempat Pak Tato seperti biasanya, soalnya setelah ini giliran dia yang harus menemani aku untuk bersih bersih kamar kos ku,
Sesampainya kami di warung pak Tato kita langsung memesan makanan untuk kemudian dibawa ke kamar kos ku, setelah pesanan makanan selesai kita bawa ke kamar ku, kubuka kamar kosku yang sudah beberapa hari tak ku tempati ini, tercium aroma debu yang menumpuk sangat terasa disini, kitapun segera sarapan dan segera beres beres karena aku sudah menjadwalkan beberapa hal untuk dilakukan di kota ini bersama Via.
Setelah berberes kamar aku mengajak Via untuk pergi berputar putar kota Jogja menikmati hari libur bersama, sore hari selepas ashar, aku mengajak ketempat kakak ku Bono, kebetulan juga dia barusaja pindah kontrakan, nah mumpung aku berada di Jogja aku sempatkan untuk mampir ketempatnya bersama Via.
Aku dan Via sampai di kontrakan kakak ku di daerah Bantul, terlihat rumah sederhana didepan ku, tapi entah kenapa perasaanku sedikit tidak suka dengan rumah ini, aku merasa ada sesuatu hal yang aneh disini, aku melihat ke arah Via, terlihat juga ekspresi Via seolah tidak nyaman dengan rumah ini, padahal kami belum sampai masuk kedalam rumah.
Aku mengetuk pintu rumah, sambil ku ucapkan salam sosok wanita menjawab salamku dari dalam, ya istri kakaku membukakan pintu untuk ku dan Via, sesuatu aneh terlihat saat pertama kali istri kakak ku membuka pinta, dari arah ruang tengah terlihat.........
bebyzha dan 52 lainnya memberi reputasi
53