- Beranda
- Stories from the Heart
Titik Balik
...
TS
frostgee
Titik Balik
Quote:

(Source : Instagram Indotravellers)
*Kringgg *kringgg *kringgg
Suara alarm dengan nada yang sama persis dengan jam weker jaman dahulu, sengaja. Biar aku tidak bangun sendiri saat pagi seperti ini.
Refleks yang terjadi ketika bangun tidur adalah mencari dimana handphoneberada dan melihat notifikasinya
Quote:
Isinya hanya bagaimana sms dari seorang wanita sedang mencari pacarnya yang bilang sedang mengerjakan tugas tapi malah ditinggal tidur.
Spoiler for sms:
Aku kemudian ke kamar mandi untuk siap-siap karena ada kelas pagi ini. Ini sudah jadi rutinitas sebagai mahasiswa semester awal. Masih belum bisa pilih kelas siang dan kebanyakan dapat jadwal pagi. Selagi masih terbiasa dengan jam pelajaran sekolah.
*****
Quote:
*****
Selesai mandi, aku lihat notifikasi di handphone
Spoiler for sms:
"Hemm, gw ragu sih ini kalau cuma 15 menit. Tapi nggak mungkin lama juga. Yaudah lah iya aja" , gumamku pelan
Bukan tanpa alasan, malam mingguan kemarin itu aku baru membuktikan memesyang ada di grup Facebook, selama satu bulan pacaran baru kali itu dia lebih dari 20 menit dari waktu yang dia bilang untuk nungguin di kosannya
Spoiler for menunggu:
"Selesai, rapih. Ganteng deh gw" kataku di depan cermin
Aku kemudian berangkat ke kosan fio dengan menggunakan motor.
Tutttt . . . Tutttt . . .
Me : cepetan ay
Fio : halo dulu kek, nggak ada romantisnya banget ih
Me : aku kan di depan, cepet dong saaayaaang
Fio : bawel, iyaa ini aku ke depan
Kemudian telepon dimatikan olehnya
Tidak berapa lama, Fio keluar dengan dandanan yang bisa membuat aku bangga sebagai seorang yang saat ini ada di hatinya
Me : kemana neng ?
Fio : dangdutan bang, anterin neng yuk!
Me : KUA aja neng gimana ?
Fio : hahahaa dasar kamu, baik banget kalo ada maunya, mau apa sih ?
Me : hehe lagi seneng banget
Fio : kenapa ?
Me : bener kata guru aku
Fio : apaan ?
Me : bidadari kadang nggak punya sayap
Fio : tapi kadang aku pake sayap loh
Me : hah ? Gimana ?
Fio : biar nggak bocor samping
Me & Fio : hahahaha
Kemudian kita lanjut berangkat kuliah, semakin lama aku kenal Fio rasanya tuh beruntung, sabar, seneng dan kadang juga aku merasa termotivasi olehnya. Entahlah, mungkin karena memang sedang jatuh cinta.
bersambung . . .
Spoiler for Patah yang Tak Tumbuh:
Spoiler for another part:
Diubah oleh frostgee 19-12-2020 11:20
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
17
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
frostgee
#16
End Of Chapter
(beberapa waktu setelah gw lulus kuliah)
"iya kak, silahkan saja duluan ke toiletnya" ucap gw yang sedang membakar tembakau di tengah dinginnya suhu disini
Gw melihat jam yang masih menunjukkan pukul 04.30 WITA, udara disini sangat dingin karena ketinggian lebih dari 1000mdpl. Gw sedang berada di danau tertinggi di daratan pulau Flores, yup ini adalah danau tiga warna yang pernah kalian lihat di uang lembaran Seribu Rupiah, untuk anak yang lahir tahun 90an pasti pernah memegang uang ini sambil disuruh orang tua ke warung dan menendang jerigen minyak tanah, atau sekedar buat jajan di warung.
"Reza, kapan kita ke atas ? Kamu ikut ?" Ucap salah seorang teman yang baru gw kenal seminggu lalu di Jakarta, namanya Anne dan masih ada 4 lainnya yang juga warga negara asing.
"Oh iya, saya ikut. Mungkin sebentar lagi, bersama dengan lainnya" ucap gw yang masih merasa dingin walaupun sedang menghisap tembakau
Kami menginap di daerah pesisir pantai karena sedang melakukan sedikit pekerjaan, lalu sebagai penutup, kami memutuskan untuk pergi ke sini untuk sedikit refreshing.
"kamu kedinginan ?" Tanya Anne
"Iya, mungkin karena kita dari daerah pantai lalu ke daerah seperti ini" kata gw yang kemudian mematikan rokok dan mendekati Anne untuk sekedar mengobrol
Anne melihat smartwatch di tangannya dan menunjukkan ke gw "ini masih 12°C, tidak terlalu dingin menurut saya" ucap Anne
"Oh ya ? Kenapa begitu ?" Tanya gw ke Anne
"Di negara kami, apalagi musim dingin bisa mencapai suhu minus, dan kami terbiasa" ucap Anne
Gw mengobrol banyak soal kondisi cuaca di negaranya, memang benar kata buku pelajaran saat gw sekolah, topik tentang cuaca lebih bisa mencairkan obrolan ketika bertemu orang asing, meskipun gw nggak mengerti kenapa.
Gw lebih sering ngobrol dengan Anne karena dia yang komunikatif dibanding Jane, Chloe, Linda atau Alice. Karakter Anne sangat ingin tahu banyak tentang daerah yang lagi dia kunjungi, iti wajar karena dia sering bepergian terutama ke Asia, karena menurut dia ketika di Asia akan sulit bertemu orang yang bisa bahasa asing.
Perjalanan dari tempat parkir mobil menuju ke puncak Kelimutu itu sekitar 45 menit berjalan kaki, dengan track yang tidak terlalu mendaki. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 04.50, dengan harapan kalau nanti sampai di atas mendapat pemandangan matahari terbit. Ini pertama kalinya gw melihat matahari terbit di Timur Indonesia, biasanya gw cuma senang dan sempat melihat matahari terbenam, momen yang sangat gw nantikan ketika sore hari ditemani kopi dan sebatang tembakau.
Sesampainya di puncak, kami sempat sedikit membaca keterangan bahwa danau ini terbentuk karena letusan gunung berapi, danau ini juga dapat berubah warnanya pada musim tertentu. Di depan gw ke arah matahari terbit gw bisa melihat 2 danau yang berwarna hijau dan biru, sementara danau satu lagi di belakang gw dengan warna hitam. Beberapa orang disana bercerita kalau tadinya danau inj berwarna putih tapi entah kenapa lama kelamaan danau ini menghitam, walaupun terkadang bisa berwarna putih susu, ada juga yang menjadi warna merah.

(Mulustrasi, sumber : ig TamanNasionalKelimutu)
Gw duduk di anak tangga tepat dibawah tiang bendera, dengan posisi menghadap ke arah matahari terbit, Jane dan Anne sudah siap dengan kameranya untuk mengabadikan momen ini. Gw memperhatikan sekeliling, Alice dan Chloe sedang mengabadikan momen ini dengan kamera ponselnya.
"Kak, pernah kesini sebelumnya ?" Tanya salah seorang teman gw juga dari Jakarta, namanya Zia. Gw kesini bersama dengan 3 teman gw dari Jakarta dan 5 wanita asing ini, dan gw satu satunya cowo yang nemenin mereka, kecuali om supir dua orang.
"Iya, ini baru pertama kali kesini. Baru kali ini bisa lihat sunrisedi pulau ini" kata gw yang sedikit mengencangkan suara karena angin yang sangat kencang
"Selain disini, pernah dimana lagi kak ?" Tanya Zia yang juga sedikit berteriak
"Di pulau Jawa sempat beberapa kali, tapi lebih suka ngeliat sunset sih" ucap gw
"Kenapa begitu ?" Zia kemudian pindah mendekat ke arah gw karena mungkin suara gw yang kurang jelas
"Kalo sunset nggak perlu repot bangun pagi buat ngejarnya" ucap gw yang sedikit tertawa kecil
"Tapi kan kalo sunset setelah itu gelap kan ?" Zia sepertinya ingin meyakinkan sesuatu
"Iya sih, habis itu gelap. Mau pulang juga males kalau jalur hutan" gw pun mengingat beberapa kejadian dimana ketika gw melihat matahari terbenam lalu merasa malas untuk pulang karena gelap dan harus melewati jalur hutan
"Nah kan sama aja berarti, alasan aja itu sih kalau lebih suka A daripada B, padahal sama baiknya" ucap Zia
"Bentar lagi muncul, gabung yang lain yuk" ajak gw ke Zia
Gw dan Zia mengumpulkan yang lainnya dan berdiri menghadap matahari terbit, di momen ini gw melihat sekitar gw penuh dengan orang-orang yang sedang melupakan masalahnya, mata mereka menunjukkan rasa bersyukur mereka dapat merasat ini dan perasaan takjub. Gw mengalihkan pandangan ke Alice, wanita berdarah Polandia ini benar-benar sangat menarik perhatian gw. Sulit mendekati dia karena sepertinya orientasinya berbeda dengan gw. Kemudian Chloe, wanita keturunan Indo yang sudah lama tinggal di Belgia ini benar-benar tidak bisa berbahasa Indonesia karena dia mendapat darah Indonesia dari kakeknya yang merupakan orang Jawa Barat, ya dia sangat mewarisi genetik orang Indonesia karena pigmentasi kulitnya yang berbeda dari 4 temannya dan juga wajahnya seperti keturunan Indonesia lainnya.
"Bersyukur banget gw bisa lihat ini sekarang, seperti masa-masa kelam gw kemarin, minggu lalu, bulan lalu bahkan tahun lalu terhapus semuanya" ucap gw dalam hati
Gw sadar ketika melihat hal menakjubkan dimana Tuhan menunjukkan kebesaranNya, disaat itulah Tuhan membukakan mata makhlukNya agar mereka tetap berpikir. Sampai disini, gw juga sadar bahwa manusia butuh sesuatu untuk merubah pandangannya terhadap dunia dan penghuni di dalamnya.
Rasa terpuruk karena ekspektasi yang dipatahkan, lalu harapan yang disia-siakan, serta kegagalan itu seperti sebuah proses yang setelahnya bisa kita nikmati. Saat perkuliahan dulu benar-benar berat buat gw terutama setelah hari-hari gw ditinggal Fio, entahlah! Hati gw hancur saat itu
***
(Kembali ke timeline)
Gw lagi asyik dengan permainan Football Manager yang gw mainin dari Subuh tadi, sekarang sudah sekitar jam 10.00 WIB, ditambah telinga gw dengan sepasang earphone dan mendengar lagu sendu dari Kerispatih, seperti terhanyut dalam alunan memang rasanya, tapi gw sadar bahwa kejadian itu nyata, Fio benar-benar pergi. Ini sudah sebulan setelah Fio pergi, gw masih terpuruk walaupun sudah sebulan lebih, berusaha menerima tapi ternyata memang berat, terlebih gw yang sok bijak padahal hati gw seperti terinjak-injak.
"Oy Za!" Melki menarik earphone gw dan berteriak dekat telinga gw
"Anjir, apaan sih ? Ketok dulu kalo masuk!" gw agak sedikit kesal karena dikagetin begitu
"Elu tuh ya, gw ketok gw panggil panggil nggak denger, nggak dikunci yaudah gw masuk aja terus gw liat elu lagi sumpel telinga, kan kampret lu masih bilang gw nggak ngetok dulu" melki lebih marah dari gw tapi tetep dengan nada bercanda, gw tau dia nggak emosi beneran, cuma kesel aja gw bilang begitu
"Iya deh iya, maaf! Gw yang salah" ucap gw sedikit pelan
Melki kemudian duduk di kasur gw yang ada di belakang gw, kemudian dia tiduran.
"Za, gw nggak pernah liat lo sama cewe lo itu lagi. Kerjaan lo sebulan ini gw liat cuma kuliah, pulang, futsal juga sama anak kosan doang. Kenapa Za ?" Ucap melki yang memecah keheningan
"Putus gw Ki, udah sebulan lalu" jawab gw singkat
"Kenapa ?" Tanya Melki
"Dia balik ke Jakarta dan nggak bisa LDR" gw males banget ngebahas hal ini
"Terus lo sekarang gimana ?" Tanya melki yang mulai mendekat ke samping gw, sementara gw masih melihat match di layar gw
"Yaa nggak gimana gimana, cuma ya jadi ngerasa kebiasaan gw yang lain udah nggak bisa gw lakuin" jawab gw yang sibuk perhatiin layar laptop
"Za ?" Katanya sedikit terdengar dalam banget
"Apa ?" Gw membalas dengan sedikit malas
"Elu ?" Katanya terputus karena seperti ingin menanyakan sesuatu
"Apaan ?" Gw mulai membalikkan badan ke arah Melki
"JOMBLO ! Hahahah " Ucap melki dengan menekan kata itu, tertawa dan lari keluar dari kamar gw
"Bangsaaattttt Melki!" Kata gw sedikit kesel dan bangun
"Karma lu ngeledekin gw hahaha" kata melki dari jauh
"Bodooo!" Gw langsung nutup pintu
Setelah nutup pintu, gw langsung sedikit tersenyum, sial! Tau aja cara bikin gw senyum lagi. Gw paham alasan Melki melakukan itu, karena dalam sebulan ini gw benar-benar di kamar mengurung diri dan sibuk dengan tugas dan main game, lebih tepatnya menyibukkan diri. Setiap kali gw melakukan apapun yang gw inget pertama adalah kebiasaan yang gw lakukan ketika lagi sama Fio. Roda berputar dengan sangat cepat, gw cuma punya waktu 2 bulan lebih sama Fio, tapi ternyata itu cukup membuat gw patah hati ketika ditinggal, walaupun gw yakin kalau gw bisa tanpa dia, tapi apalah daya, gw nggak sekuat ucapan gw saat itu.
Mungkin kalau Tuhan mengizinkan gw bertemu lagi dengan Fio dalam satu kesempatan, rasa ini sudah patah dan tak tumbuh lagi.
"iya kak, silahkan saja duluan ke toiletnya" ucap gw yang sedang membakar tembakau di tengah dinginnya suhu disini
Gw melihat jam yang masih menunjukkan pukul 04.30 WITA, udara disini sangat dingin karena ketinggian lebih dari 1000mdpl. Gw sedang berada di danau tertinggi di daratan pulau Flores, yup ini adalah danau tiga warna yang pernah kalian lihat di uang lembaran Seribu Rupiah, untuk anak yang lahir tahun 90an pasti pernah memegang uang ini sambil disuruh orang tua ke warung dan menendang jerigen minyak tanah, atau sekedar buat jajan di warung.
"Reza, kapan kita ke atas ? Kamu ikut ?" Ucap salah seorang teman yang baru gw kenal seminggu lalu di Jakarta, namanya Anne dan masih ada 4 lainnya yang juga warga negara asing.
Quote:
"Oh iya, saya ikut. Mungkin sebentar lagi, bersama dengan lainnya" ucap gw yang masih merasa dingin walaupun sedang menghisap tembakau
Kami menginap di daerah pesisir pantai karena sedang melakukan sedikit pekerjaan, lalu sebagai penutup, kami memutuskan untuk pergi ke sini untuk sedikit refreshing.
"kamu kedinginan ?" Tanya Anne
"Iya, mungkin karena kita dari daerah pantai lalu ke daerah seperti ini" kata gw yang kemudian mematikan rokok dan mendekati Anne untuk sekedar mengobrol
Anne melihat smartwatch di tangannya dan menunjukkan ke gw "ini masih 12°C, tidak terlalu dingin menurut saya" ucap Anne
"Oh ya ? Kenapa begitu ?" Tanya gw ke Anne
"Di negara kami, apalagi musim dingin bisa mencapai suhu minus, dan kami terbiasa" ucap Anne
Gw mengobrol banyak soal kondisi cuaca di negaranya, memang benar kata buku pelajaran saat gw sekolah, topik tentang cuaca lebih bisa mencairkan obrolan ketika bertemu orang asing, meskipun gw nggak mengerti kenapa.
Gw lebih sering ngobrol dengan Anne karena dia yang komunikatif dibanding Jane, Chloe, Linda atau Alice. Karakter Anne sangat ingin tahu banyak tentang daerah yang lagi dia kunjungi, iti wajar karena dia sering bepergian terutama ke Asia, karena menurut dia ketika di Asia akan sulit bertemu orang yang bisa bahasa asing.
Perjalanan dari tempat parkir mobil menuju ke puncak Kelimutu itu sekitar 45 menit berjalan kaki, dengan track yang tidak terlalu mendaki. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 04.50, dengan harapan kalau nanti sampai di atas mendapat pemandangan matahari terbit. Ini pertama kalinya gw melihat matahari terbit di Timur Indonesia, biasanya gw cuma senang dan sempat melihat matahari terbenam, momen yang sangat gw nantikan ketika sore hari ditemani kopi dan sebatang tembakau.
**
Sesampainya di puncak, kami sempat sedikit membaca keterangan bahwa danau ini terbentuk karena letusan gunung berapi, danau ini juga dapat berubah warnanya pada musim tertentu. Di depan gw ke arah matahari terbit gw bisa melihat 2 danau yang berwarna hijau dan biru, sementara danau satu lagi di belakang gw dengan warna hitam. Beberapa orang disana bercerita kalau tadinya danau inj berwarna putih tapi entah kenapa lama kelamaan danau ini menghitam, walaupun terkadang bisa berwarna putih susu, ada juga yang menjadi warna merah.

(Mulustrasi, sumber : ig TamanNasionalKelimutu)
Gw duduk di anak tangga tepat dibawah tiang bendera, dengan posisi menghadap ke arah matahari terbit, Jane dan Anne sudah siap dengan kameranya untuk mengabadikan momen ini. Gw memperhatikan sekeliling, Alice dan Chloe sedang mengabadikan momen ini dengan kamera ponselnya.
"Kak, pernah kesini sebelumnya ?" Tanya salah seorang teman gw juga dari Jakarta, namanya Zia. Gw kesini bersama dengan 3 teman gw dari Jakarta dan 5 wanita asing ini, dan gw satu satunya cowo yang nemenin mereka, kecuali om supir dua orang.
"Iya, ini baru pertama kali kesini. Baru kali ini bisa lihat sunrisedi pulau ini" kata gw yang sedikit mengencangkan suara karena angin yang sangat kencang
"Selain disini, pernah dimana lagi kak ?" Tanya Zia yang juga sedikit berteriak
"Di pulau Jawa sempat beberapa kali, tapi lebih suka ngeliat sunset sih" ucap gw
"Kenapa begitu ?" Zia kemudian pindah mendekat ke arah gw karena mungkin suara gw yang kurang jelas
"Kalo sunset nggak perlu repot bangun pagi buat ngejarnya" ucap gw yang sedikit tertawa kecil
"Tapi kan kalo sunset setelah itu gelap kan ?" Zia sepertinya ingin meyakinkan sesuatu
"Iya sih, habis itu gelap. Mau pulang juga males kalau jalur hutan" gw pun mengingat beberapa kejadian dimana ketika gw melihat matahari terbenam lalu merasa malas untuk pulang karena gelap dan harus melewati jalur hutan
"Nah kan sama aja berarti, alasan aja itu sih kalau lebih suka A daripada B, padahal sama baiknya" ucap Zia
"Bentar lagi muncul, gabung yang lain yuk" ajak gw ke Zia
Gw dan Zia mengumpulkan yang lainnya dan berdiri menghadap matahari terbit, di momen ini gw melihat sekitar gw penuh dengan orang-orang yang sedang melupakan masalahnya, mata mereka menunjukkan rasa bersyukur mereka dapat merasat ini dan perasaan takjub. Gw mengalihkan pandangan ke Alice, wanita berdarah Polandia ini benar-benar sangat menarik perhatian gw. Sulit mendekati dia karena sepertinya orientasinya berbeda dengan gw. Kemudian Chloe, wanita keturunan Indo yang sudah lama tinggal di Belgia ini benar-benar tidak bisa berbahasa Indonesia karena dia mendapat darah Indonesia dari kakeknya yang merupakan orang Jawa Barat, ya dia sangat mewarisi genetik orang Indonesia karena pigmentasi kulitnya yang berbeda dari 4 temannya dan juga wajahnya seperti keturunan Indonesia lainnya.
"Bersyukur banget gw bisa lihat ini sekarang, seperti masa-masa kelam gw kemarin, minggu lalu, bulan lalu bahkan tahun lalu terhapus semuanya" ucap gw dalam hati
Gw sadar ketika melihat hal menakjubkan dimana Tuhan menunjukkan kebesaranNya, disaat itulah Tuhan membukakan mata makhlukNya agar mereka tetap berpikir. Sampai disini, gw juga sadar bahwa manusia butuh sesuatu untuk merubah pandangannya terhadap dunia dan penghuni di dalamnya.
Rasa terpuruk karena ekspektasi yang dipatahkan, lalu harapan yang disia-siakan, serta kegagalan itu seperti sebuah proses yang setelahnya bisa kita nikmati. Saat perkuliahan dulu benar-benar berat buat gw terutama setelah hari-hari gw ditinggal Fio, entahlah! Hati gw hancur saat itu
***
(Kembali ke timeline)
Gw lagi asyik dengan permainan Football Manager yang gw mainin dari Subuh tadi, sekarang sudah sekitar jam 10.00 WIB, ditambah telinga gw dengan sepasang earphone dan mendengar lagu sendu dari Kerispatih, seperti terhanyut dalam alunan memang rasanya, tapi gw sadar bahwa kejadian itu nyata, Fio benar-benar pergi. Ini sudah sebulan setelah Fio pergi, gw masih terpuruk walaupun sudah sebulan lebih, berusaha menerima tapi ternyata memang berat, terlebih gw yang sok bijak padahal hati gw seperti terinjak-injak.
"Oy Za!" Melki menarik earphone gw dan berteriak dekat telinga gw
"Anjir, apaan sih ? Ketok dulu kalo masuk!" gw agak sedikit kesal karena dikagetin begitu
"Elu tuh ya, gw ketok gw panggil panggil nggak denger, nggak dikunci yaudah gw masuk aja terus gw liat elu lagi sumpel telinga, kan kampret lu masih bilang gw nggak ngetok dulu" melki lebih marah dari gw tapi tetep dengan nada bercanda, gw tau dia nggak emosi beneran, cuma kesel aja gw bilang begitu
"Iya deh iya, maaf! Gw yang salah" ucap gw sedikit pelan
Melki kemudian duduk di kasur gw yang ada di belakang gw, kemudian dia tiduran.
"Za, gw nggak pernah liat lo sama cewe lo itu lagi. Kerjaan lo sebulan ini gw liat cuma kuliah, pulang, futsal juga sama anak kosan doang. Kenapa Za ?" Ucap melki yang memecah keheningan
"Putus gw Ki, udah sebulan lalu" jawab gw singkat
"Kenapa ?" Tanya Melki
"Dia balik ke Jakarta dan nggak bisa LDR" gw males banget ngebahas hal ini
"Terus lo sekarang gimana ?" Tanya melki yang mulai mendekat ke samping gw, sementara gw masih melihat match di layar gw
"Yaa nggak gimana gimana, cuma ya jadi ngerasa kebiasaan gw yang lain udah nggak bisa gw lakuin" jawab gw yang sibuk perhatiin layar laptop
"Za ?" Katanya sedikit terdengar dalam banget
"Apa ?" Gw membalas dengan sedikit malas
"Elu ?" Katanya terputus karena seperti ingin menanyakan sesuatu
"Apaan ?" Gw mulai membalikkan badan ke arah Melki
"JOMBLO ! Hahahah " Ucap melki dengan menekan kata itu, tertawa dan lari keluar dari kamar gw
"Bangsaaattttt Melki!" Kata gw sedikit kesel dan bangun
"Karma lu ngeledekin gw hahaha" kata melki dari jauh
"Bodooo!" Gw langsung nutup pintu
Setelah nutup pintu, gw langsung sedikit tersenyum, sial! Tau aja cara bikin gw senyum lagi. Gw paham alasan Melki melakukan itu, karena dalam sebulan ini gw benar-benar di kamar mengurung diri dan sibuk dengan tugas dan main game, lebih tepatnya menyibukkan diri. Setiap kali gw melakukan apapun yang gw inget pertama adalah kebiasaan yang gw lakukan ketika lagi sama Fio. Roda berputar dengan sangat cepat, gw cuma punya waktu 2 bulan lebih sama Fio, tapi ternyata itu cukup membuat gw patah hati ketika ditinggal, walaupun gw yakin kalau gw bisa tanpa dia, tapi apalah daya, gw nggak sekuat ucapan gw saat itu.
Mungkin kalau Tuhan mengizinkan gw bertemu lagi dengan Fio dalam satu kesempatan, rasa ini sudah patah dan tak tumbuh lagi.
unorest memberi reputasi
1