Hai, semua!

Berasa perkenalan jadi murid baru hahaha.
Maaf ya kalau salah tempat. Mau curhat aja. Kayaknya aku hidup selama ini di bawah artefak zaman Majapahit. Soalnya baru tahu KasKus.

Langsung saja ke inti kedalaman hati yang pilu nan bimbang.
Jadi gini, usiaku terbilang ga muda tapi masih single. 30 tahun saat ini. Dan aku bukan tipikal cewek atau bisa disebutlah wanita karena udah kepala tiga dan untung bukan kepala banyak kayak Medusa.
Aku tak seperti kebanyakan wanita yang menikah itu adalah pencapaian dan target hidup sesungguhnya. Aku sendiri enggak tahu aku ke depan mau jadi apa dan bukan berlagak sok cantik, karena memang ga cantik. Yang cantik cuma Anya Geraldine dan Gisella Anastasia. Aku menarik dan asyik tapi kadang berisik sih awww awwww awww iih ihhh ihhh akulah makhluk Tuhan yang tercipta yang paling aneh! Gitu kali kalau Ahmad Dhani masih minat nyiptain lagu.

Bukan soal masa lalu atau kehidupan remeh temeh pribadi keseharianku yang aku galaukan di sini.
Aku galau soal pria. Ya! Manusia berjenis kelamin wanita ini sedang galau sama dua pria.
Pria pertama dalam kegalauanku. Dia sudah aku temui di dunia nyata. Dan aku merasa tak perlu serius dengannya. Tapi itu awal niatanku, ya. Tapi tidak dengan kemaluanku. Yep! We slept together. Dia sangat low key. Tak memenuhi obrolan emosionalku seperti pria yang jauh nun di sana. Sebut saja di Liverpool. Pria satu ini, yang kutemui dan kami asyik mashyuk semalaman suntuk, punya kejantanan kurang-lebih 9 inci. Dan itu buat aku tergila-gila.

Ya, ya... kalian sudah dewasa dan pasti paham. Klasik sih ah! Pasti kalian pikir gitu. Cewek mah suka baper kalau abis ONS atau FWB. Dan itu benar. Aku baper karena batang kejantanannya.
Astaga! Padahal aku sudah komitmen sama pacarku tahun depan akan hidup bersama kalau tak di Kanada, kemungkinan di Italia. Karena dua tempat itulah yang cocok dan sesuai penghasilan baginya untuk menghidupi kami berdua nanti. Kalau tak ada aral melintang, dia akan ke sini dan sekalian memboyongku ke sana. Tapi ke Inggris dulu, di tempat di mana dia lahir dan tumbuh besar.

Tapi di tengah hubungan kami, aku nakal dan membiarkan nafsuku liar ke mana-mana. Entah efek apakah aku haus kasih sayang dari sang ayah atau bagaimana, aku malah sekarang pusing dan merasa galau. Rasa bersalah sama kekasihku di Inggris sana. Namun, aku di sini terus saja juga memikirkan si pria 9 inci itu.

Ini kusebut kegalauan yang tak pantas!
Kadang merasa najis sendiri. Bukan najis dengan diriku, tapi dengan sikap picik dan mengedepankan ego. Nafsu daging yang tak bisa direm!

Aku ga percaya dengan pria 9 inci yang bilang sayang dan suka ke aku lebih dari seksual attraction doang. Katanya aku baik, unik dan beda. Makanya dia suka. Tapi tidaklah yaw! Kurasa dia hanya senang dengan permainan kami di tempat tidur saja. Tapi sialnya, aku lebih main perasaan ke dia. Aku mulai suka segala macam tentang keburukan dia yang kalau buang air besar atau kecil, lupa disiram. Cara tidurnya yang gelisah tengah malam, dan dia alergi telur selalu punya bintik-bintik merah atau bentol di mukanya yang jadi jelek, itu aku suka.
Setiap kali, saat menyetir motor, aku duduk di belakangnya dibonceng dia, aku gemas dengan tingkahnya yang nyanyi-nyanyi terus pegang tanganku dielus-elus. Aku sangat menghargai momen kami dan kesederhanaan benih cintaku yang tumbuh untuknya. Sesuatu yang sederhana begini yang aku rindukan selama ini, ya Tuhan! Bersama seseorang nyata. Saking kesepiannya mungkin aku walau ada pacar, tapi kita LDR.

Akan tetapi....
Aku eling dan tercekat mulutku! Aku udah ada dia, ya. Kekasih asliku. Ya kali si pria 9 inci itu palsu hehehe.
Aku tersadar dan sikapku jadi manis ke si pacar saat kami video call atau telepon. Dan dia makin yakin aku cinta mati ke dirinya. Aku makin jadi wanita yang bisa mencintai si pacar apa adanya. Dan ceria juga sabar katanya. Padahal aku dibuat-dibuat bersikap manis penuh kasih sayang itu untuk menutupi kasmaranku ke si pria 9 inci.

Jadi aku harus gimana?

Ini ga baik, tapi kenapa aku sok cantik gitu ya masih menyambung tali kasih dan nafsu ke kedua pria?

Ampuuuun wes tuwek ga pantesss gini-ginian