- Beranda
- Stories from the Heart
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
...
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

Hallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.
Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
Quote:
Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati

Oh iya jangan lupa
Quote:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
afryan015
#84
Anak Kecil Dalam Gudang
Singkat cerita satu hari selesai dan kini saatnya aku pulang kerumah, seperti saran Aruna aku harus mengecek saku jaketku, dan saat aku rogoh saku jaketku aku menemukan sebuah benda seperti kertas saat aku raba di dalam kantong jaket ku, padahal awalnya tidak ada, aku keluarkan benda seperti kertas itu keluar untuk ku lihat dan ternyata yang kutemukan adalah kulit ular yang entah dari mana dan siapa yang menaruhnya disana, aku yakin bukan manusia karena posisi jaket ku masih sama seperti saat aku meletakan jaketku tadi pagi.
Setelah tau apa yang ada didalam kantung jaket ku, benda itu langsung ku buang ke tempat sampah di depan ruang kerjaku, tak berselang lama setelah itu mbak Ana yang kembali dari ruang kepala sekolah datang menemuiku dan memintaku jangan pulang dulu, kebetulan juga sekolah ini akan ada Akreditasi makanya beberapa hari ini kita sering ngebut ngurus administrasi yang ada dan segera melengkapi, dan kata mbak Ana masih ada beberapa berkas yang perlu di lengkapi dan ini tidak bisa di undur karena kita dapat jadwal akreditasi besok pagi.
Dengan berat hati aku kemudian kembali ke posisi bekerja lagi dan segera membantu mbak Ana apa saja yang masih kurang untuk keperluan besok Akreditasi, mbak Ana meminta segera disiapkan data beberapa aset dan data alumni sekolahan dari tahun dua ribu duabelas sampai sekarang. Mencari data seperti ini lah yang paling aku tidak suka, aku harus pergi ke gudang untuk mencari data yang di butuhkan, dan kali ini aku tak bisa meminta tolong pak Leman untuk membantuku mencari barang yang aku butuhkan karena semua staff dan guru sedang sibuk dengan persiapan akreditasi masing masing.
Aku kemudian mengerjakan bagian aset terlebih dahulu karena semua bahan administrasi aset berada di ruang kerjaku jadi bisa lebih cepat diselesaikan daripada harus mencari data alumni dan aku tidak tau dempatnya di sebelah mana. Setelah beberapa jam aku mengerjakan administrasi aset yang kita punya dan harus cocok dengan data yang akan diberikan besok, aku lihat mbak Ana masih sibuk input beberapa nilai dan mengurusi data data siswa.
Jam sudah menunjukan pukul empat lewat seperempat sore, aku belum menjalankan sholat asar oleh karena itu setelah masalah administrasi aset aku sempatkan untuk sholat terlebih dahulu,
“mbak aku sholat Ashar dulu ya, mbak Ana mau sekalian nggak” tanya ku pada Mbak Ana
“bentar yan aku nyelesaiin ini dulu tanggung, ruwet dari tadi nggak sesuai terus, kalo mau duluan nggak papa sana” sambil terus mengerjakan laporan dia menjawab
“ya udah mbak aku duluan takut nanti nggak selesai juga yang bagian alumni” aku menjawab kemudian berlalu pergi sholat
Suasana sore hari terlihat sangat mendung seperti akan turun hujan, aku menuju mushola sekolah yang tempatnya berjejeran dengan ruang perpustakaan, aku lewat didepan ruang perpustakaan dan terlihat pak Leman dan Mbak Andri sedang sibuk mengurusi administrasi perpustakaan dan mengecap beberapa buku yang belum memiliki tanda kalau buku tersebut milik perpustakaan sekolah.
“pak Leman mau jadi supir nggak atau udah” tanyaku pada pak Leman [supir disini maksudnya Imam Sholat, kata itu biasa aku gunakan saat mengajak pak Leman sholat]
“wah yo udah barusan sama mbak Andri, takut nggak selesai ini garapan yan” jawab pak leman sambil mengerjakan tugasnya
“oh ya udah aku tak sholat dulu ya” aku berlalu pergi
“ati ati yan, jangan kaget kalo ada yang jadi makmum hahaha” mbak Andri berkata dari dalam ruangan
Aku menghiraukan kata kata mbak Andri, dia memang suka menggodaku mentang mentang aku paling muda di sekolah ini, aku pun langsung mengambil air wudhu setelah sampai di mushola, setelah selesai berwudhu aku pun beranjak memasuki mushola yang masih dalam keadaan gelam karena cuaca mendung. Dalam hati aku berfikir kenapa sih pak Leman nggak biarin aja lampunya nyala.
Sedikit ngeri memang walau ini tempat ibadah kalau dalam ruangan sedikit gelap ini apalagi tempatnya sedikit luas dengan cahaya yang minim, aku mencoba mencari saklar lampu untuk menyalakan lampu, dan ketemu namun saat aku coba nyalakan yang berhasil menyala hanyalah lampu yang posisinya ada di ruangan imam saja, “apes amat sekarang” batinku dalam hati, sudah ruangan luas sedikit gelap hanya ditemani lampu yang berada di ruangan imam saja itupun hanya lampu yang memiliki watt kecil jadi tidak begitu membantu, tanpa pikir panjang aku langsung mengerjakan sholat saja daripada nanti waktu tambah sore dan ruangan tambah gelap malah gak jadi sholat.
Aku pun memulai sholatku, roka’at pertama dan kedua masih aman tidak ada gangguan dan semoga saja seperti ini terus hingga aku selesai sholat. Namun di roka’at ke tiga aku mendengar suara, “eghem” dan merasakan seperti ada orang yang mengetuk pundak ku, karena aku masih dalam keadaan sholat, pikirku pasti ini ada salah satu guru yang ikut sholat berjamaan dibelakangku, aku merasa tenang disini karna ada seseorang yang mengikutiku sholat.
Dan sampailah di bagian akhir sholatku salam terakhir sudah aku lakukan, aku tidak langsung menengok kebelakang karena pasti yang menjadi makmumku belum selesai sholat, lalu kemudian aku lanjutkan dengan berdzikir dan berdoa, aneh nya selama aku berdoa dan doa ku ini bisa di bilang cukup lama aku tak mendengar suara orang melakukan gerakan sholat atau pun orang mengucapkan salam tanda sudah selesai sholat. Aku yang sudah selesai berdoa dan berdzikir kemudian kenoleh kebelakang dan hendak pergi karna aku sudah selesai melaksanakan kewajibaku, namun aku sangat kaget karena ternyata tak ada seorangpun di belakangku yang mengikuti ku sholat yang kulihat hanyalah ruang mushola yang gelap dan luas di belakangku, tanpa pikir panjang aku berlari keluar dan segera balik ke ruang kerjaku.
Aku berlari ke arah ruang perpustakaan dengan terengah engah karena berlari, aku juga belum sempat memakai sepatuku. Pak Leman dan Mbak Andri yang ada disana kebingungan dengan tingkahku yang tiba tiba datang dengan kondisi panik, pak Leman menanyaiku kenapa lari lari, aku hanya bisa bilang tidak ada apa apa dan langsung memakai sepatu kemudian kembali keruanganku.
Mbak Ana masih fokus dengan kerjaannya, aku yang harusnya melanjutkan mengerjakan administrasi alumni merasa sedikit enggan untuk mencari data di gudang administrasi.
“mbak udah hampir selesai belum aku dibantu cari data alumni di gudang yuk, aku belum paham letak letaknya” pintaku pada mbak ana
“mbok ambil sendiri aja yan, aku belum selesai ini, masih ada beberapa data yang harus di imput ini belum nanti ada garapan yang itu belum di input juga” mbak Ana menolak nya
“iya juga ya mbak ya udah deh aku ambil sendiri tapi letaknya di mana mbak” aku menanyakan letak berkas yang di butuhkan
Setelah mbak Ana membri tahu tempat dimana aku harus mengambilnya aku juga meminta kunci gudang yang berada di mbak Ana karena dia yang bertanggung jawab oleh gudang itu, tak lupa aku membawa cincin yang di berikan mbah Margono, mungkin tidak perlu membawa cincin yang diberikan bapak.
Aku berjalan menuju gudang dan waktu sudah menunjukan pukul lima sore, ingin segera pulang rasanya dan segera bersantai, tapi sebelum pulang aku mempunyai keinginan untuk pergi kerumah Via walau hanya bertemu orang tuanya saja setidaknya aku mencoba akrab dengan orang tuanya.
Sampailah di gudang tidak jauh memang dari ruang kerjaku hanya selisih satu ruangan saja, aku buka kunci gudang dan segera masuk mencari berkas yang aku butuhkan, ruangannya tak begitu besar namun memiliki beberapa rak rak berkas yang sangat penuh dengan data data lama yang mungkin ada dari tahun delapan puluhan karena tidak sedikit berkas berkas yang berwarna kekuningan bahkan coklat.
Akupun mulai mencari data yang aku butuhkan aku urut dari rak pertama hingga rak terakhir dan ternyata data yang aku butuhkan berada di rak paling ujung belakang, dan posisi rak berada di tengah tengah ruangan sehingga ada dua jalur yang bisa di lewati yaitu didepan rak dan di belakang rak, aku mulai mencari data alumni yang di butuhkan, karena tidak dapat langsung aku temui dan disini terdapat data alumni dari tahun tujuhpuluhan hingga sekarang, aku mulai memilih data yang di butuhkan, dan saat aku mulai memilih dari arah belakang rak aku mendengar seperti ada suara sssreekk ssrekk, seperti suara tikus atau sesuatu yang berjalan mengenai beberapa berkas. Karna aku merasa aneh aku mencoba melihat kebelakang rak, namun tak ada siapa siapa, dan saat aku sedang melihat kearah rak belakang, dari arah rak depan suara tadi terdengar “sreekk ssreek” aku pun kemudian melihat arah rak depan namun tetap tidak ada siapa suapa, “ah palingan tikus” pikirku dalam hati
Aku kemudian melanjutkan mencari lagi, saat aku mencari lagi untuk kedua kalinya, suara tadi muncul lagi kali ini aku mendengar dari arah ujung depan dimana pintu keluar berada, karena aku takut kalo akan ada yang iseng, kemudian aku berlari ke arah pintu keluar untuk memastikan dan masih sama tidak ada siapa siapa disana, aku ganjal pintu keluar ini dengan beberapa kardus buku supaya jika ada makhluk yang jail tidak bisa mengunciku di ruangan ini. Saat aku sedang menata kardus sebagai ganjal tiba tiba aku di kejutkan dengan suara anak kecil yang tertawa cekikikan dari dalam ruangan ini, padahal aku yakin aku hanya sendirian di ruangan ini dan tidak ada yang masuk siapapun termasuk anak kecil.
Aku berusaha mencari sosok anak kecil yang tertawa cekikikan baik dari depan rak maupun dibelakang rak, karena aku masih berada di ujung rak dekat pintu keluar aku otomatis mencoba melihat ke ujung rak yang berada di dalam ruangan ini, di belakang rak aku melihat ada samar sama wujud anak kecil berlari keujuk dalam ruangan ini sambil tangannya disetempelkan ke rak sehingga saat tangannya menyentuh kertas, maka kertasnya akan berbunyi, mungkin itu yang menimbulkan suara tadi. Aku amati anak kecil ini berlari keujung ruangan kemudian berputar kedepan rak dan berlari kearahku sambil tangannya terus di tempelkan di rak seperti sedang bermain, namun yang aneh sosok anak ini terlihat sedikit transparan, dan kuyakin dia bukan sosok manusia.
“kak main yuuukkk, kak main yuuuukkkk” ucap anak itu sambil bermain mengelilingi rak panjang ini
Wajah anak ini terlihat sangat ceria dan tak menunjukan dia adalah sosok yang jahat. Aku pun tidak begitu khawatir dengan nya dan aku sedikit merespon apa yang dikatakannya.
“bentar ya kaka lagi sibuk lagi cari berkas ini” jawabku santai
“ayooo kak main kak” anak kecil itu terus mengatakan itu sambil berlarian
Aku yang sedang terburu buru dengan tugas ini tak bisa meladeni anak kecil ini untuk bermain, aku pun nyuekin anak kecil ini, namun anak kecil ini terus berlari sambil mengatakan kalimat yang sama mengajak main.
Aku terus memilih dan mencari data data alumni yang memang aku butuhkan, beberapa data sudah aku temukan tinggal mencari data alumni palin lama yang tadi di butuhkan, kulihat anak kecil itu terus berlari hingga akhirnya saat dia berlari melewati ku kulihat larinya tidak seperti tadi dan kata katanya tiba tiba melirih alias menecil dan tampak olehku dia berhenti berlari, aku sedikit bingung kenapa dia berhenti berlari atau dia marah, sosok anak kecil itu pun berbalik arah dengantatapan sedikit marah dan berkata
“kkkaaaakkkk mmmaaiiinnnn, kkaaakkk mmmaaiiinn” kali ini yang kudengar bukan lagi suara anak kecil namun suara besar dan berat.
Jelas aku kaget dengan apa yang terjadi, kali ini dia berteriak dengan suara yang besar dan berat sambil mengacak acak dokumen yang dekat dengannya hingga menjadi berantakan.
“b..bentar kaka selesaiin nyari ini dulu nanti baru main ya” aku berusaha menenangkan anak tersebut
Namun anak itu terus berteriak dan mengacak acak yang ada di depannya, aku mencoba untuk mendekat dan membujuknya namun saat aku mendekat sosok anak kecil ini malah berteriak dan membuatku terpental kebelakang. Entah apa yang dilakukan dan kenapa juga cincin ini nggak berfungsi, pasti karna cincin ini mendeteksi ini bukan ancaman.
Setelah aku terpental kebelakang kemudian dari arah belakangku tepatnya di ujung dalam ruangan ini seserang berkata.
“ya udah main sama kakak aja ya, yuk sini” aruna datang dan mengajaknya bermain
Walau awalnya sosok anak ini menolak karena sebenarnya dia ingin bermain dengan ku, namun Aruna berhasil membujuknya, cara membujuknya mirip sekali seperti seorang ibu sedang membujuk anaknya, dalam hati aku berkata “cocok banget kamu Aruna jadi ibunya tuh anak”, sepertinya Aruna mendengar perkataanku dan melihatku dengan ekspresi sebalnya dan berkata “sudah sana buruan cari dan selesaikan tugasmu kemudian pulang”.
Aku pun menurut dengan apa yang di perintahkan Aruna, aku memang harus buru buru supaya pulangnya tidak terlalu lama, setelah aku mendapat apa yang aku butuhkan aku kembali keruanganku dan menutup ruang gudang membiarkan Aruna bermain dengan anak itu didalam.
Aku kemudian kembali ke ruanganku untuk menyelesaikan tugasku, mbak Ana pun masih terus mengotak atik pekerjaannya yang dari tadi belum selesai, karena memang pekerjaan mbak Ana ini bisa di bilang yang paling repot diantara staff sekolah yang lainnya, dia harus bisa membackup banyak hal.
Singkat cerita semua sudah siap dan tinggal menunggu besok untuk di Akreditasi, akupun berpamitan pada mbak Ana terlebih dahulu karena waktu sudah menunjukan jam delapan malam, kedua orang tuaku pasti sudah menungguku di rumah, aku pergi ke parkiran dan segera menghidupkan motorku dengan kunci cadangan karna kunci ku masih belum di kembalikan oleh sosok itu dan aku juga belum sempat mencari sesuai yang di tunjukan oleh Via.
Aku tidak langsung pulang kerumah, aku berencana mampir ke rumah Via seperti rencanaku awal ya karna hari sudah malam aku rencanakan hanya mengantar sedikit ajajanan untuk orang tua Via, di jalan aku menemukan penjual martabak manis dan asik, aku belikan kedua jenis martabak ini untuk ku berikan ke orang tua Via.
Setelah aku membelikan oleh oleh aku berusaha secepat mungkin untuk sampai dirumah Via supaya bisa pulang lebih cepat, aku lewat jalan pintas untuk menuju ke rumah Via yang memang bisa memangkas waktu lebih cepat, tapi aku lupa kalau jalan pintas ini sangat minim pencahayaan hanya ada beberapa lampu jalan yang di pasang, karena aku sudah berjalan cukup jauh aku putuskan untuk terus melanjutkan lewat jalur ini, aku harap ini tidak akan menjadi hal buruk, yang menjadi pathokanku adalah kalau sudah melewati lapangan sepak bola berarti aku akan segera sampai, aku terus melaju dengan motorku dengan kecepatan sedang setelah beberapa menit perjalanan aku melihat ada lapangan sepak bola di sebelah kiri jalan, wah berarti hampir sampai ini.
Aku terus berjalan dan memacu motor, setelah beberapa menit berjalan aku merasa sedikit aneh kenapa tidak seperti biasanya ya, memang malam ini terlihat sangat pekat dari pada malam biasanya, aku teruskan berjalan kedepan setelah beberapa menit kemudian aku melihat ada .......
Setelah tau apa yang ada didalam kantung jaket ku, benda itu langsung ku buang ke tempat sampah di depan ruang kerjaku, tak berselang lama setelah itu mbak Ana yang kembali dari ruang kepala sekolah datang menemuiku dan memintaku jangan pulang dulu, kebetulan juga sekolah ini akan ada Akreditasi makanya beberapa hari ini kita sering ngebut ngurus administrasi yang ada dan segera melengkapi, dan kata mbak Ana masih ada beberapa berkas yang perlu di lengkapi dan ini tidak bisa di undur karena kita dapat jadwal akreditasi besok pagi.
Dengan berat hati aku kemudian kembali ke posisi bekerja lagi dan segera membantu mbak Ana apa saja yang masih kurang untuk keperluan besok Akreditasi, mbak Ana meminta segera disiapkan data beberapa aset dan data alumni sekolahan dari tahun dua ribu duabelas sampai sekarang. Mencari data seperti ini lah yang paling aku tidak suka, aku harus pergi ke gudang untuk mencari data yang di butuhkan, dan kali ini aku tak bisa meminta tolong pak Leman untuk membantuku mencari barang yang aku butuhkan karena semua staff dan guru sedang sibuk dengan persiapan akreditasi masing masing.
Aku kemudian mengerjakan bagian aset terlebih dahulu karena semua bahan administrasi aset berada di ruang kerjaku jadi bisa lebih cepat diselesaikan daripada harus mencari data alumni dan aku tidak tau dempatnya di sebelah mana. Setelah beberapa jam aku mengerjakan administrasi aset yang kita punya dan harus cocok dengan data yang akan diberikan besok, aku lihat mbak Ana masih sibuk input beberapa nilai dan mengurusi data data siswa.
Jam sudah menunjukan pukul empat lewat seperempat sore, aku belum menjalankan sholat asar oleh karena itu setelah masalah administrasi aset aku sempatkan untuk sholat terlebih dahulu,
“mbak aku sholat Ashar dulu ya, mbak Ana mau sekalian nggak” tanya ku pada Mbak Ana
“bentar yan aku nyelesaiin ini dulu tanggung, ruwet dari tadi nggak sesuai terus, kalo mau duluan nggak papa sana” sambil terus mengerjakan laporan dia menjawab
“ya udah mbak aku duluan takut nanti nggak selesai juga yang bagian alumni” aku menjawab kemudian berlalu pergi sholat
Suasana sore hari terlihat sangat mendung seperti akan turun hujan, aku menuju mushola sekolah yang tempatnya berjejeran dengan ruang perpustakaan, aku lewat didepan ruang perpustakaan dan terlihat pak Leman dan Mbak Andri sedang sibuk mengurusi administrasi perpustakaan dan mengecap beberapa buku yang belum memiliki tanda kalau buku tersebut milik perpustakaan sekolah.
“pak Leman mau jadi supir nggak atau udah” tanyaku pada pak Leman [supir disini maksudnya Imam Sholat, kata itu biasa aku gunakan saat mengajak pak Leman sholat]
“wah yo udah barusan sama mbak Andri, takut nggak selesai ini garapan yan” jawab pak leman sambil mengerjakan tugasnya
“oh ya udah aku tak sholat dulu ya” aku berlalu pergi
“ati ati yan, jangan kaget kalo ada yang jadi makmum hahaha” mbak Andri berkata dari dalam ruangan
Aku menghiraukan kata kata mbak Andri, dia memang suka menggodaku mentang mentang aku paling muda di sekolah ini, aku pun langsung mengambil air wudhu setelah sampai di mushola, setelah selesai berwudhu aku pun beranjak memasuki mushola yang masih dalam keadaan gelam karena cuaca mendung. Dalam hati aku berfikir kenapa sih pak Leman nggak biarin aja lampunya nyala.
Sedikit ngeri memang walau ini tempat ibadah kalau dalam ruangan sedikit gelap ini apalagi tempatnya sedikit luas dengan cahaya yang minim, aku mencoba mencari saklar lampu untuk menyalakan lampu, dan ketemu namun saat aku coba nyalakan yang berhasil menyala hanyalah lampu yang posisinya ada di ruangan imam saja, “apes amat sekarang” batinku dalam hati, sudah ruangan luas sedikit gelap hanya ditemani lampu yang berada di ruangan imam saja itupun hanya lampu yang memiliki watt kecil jadi tidak begitu membantu, tanpa pikir panjang aku langsung mengerjakan sholat saja daripada nanti waktu tambah sore dan ruangan tambah gelap malah gak jadi sholat.
Aku pun memulai sholatku, roka’at pertama dan kedua masih aman tidak ada gangguan dan semoga saja seperti ini terus hingga aku selesai sholat. Namun di roka’at ke tiga aku mendengar suara, “eghem” dan merasakan seperti ada orang yang mengetuk pundak ku, karena aku masih dalam keadaan sholat, pikirku pasti ini ada salah satu guru yang ikut sholat berjamaan dibelakangku, aku merasa tenang disini karna ada seseorang yang mengikutiku sholat.
Dan sampailah di bagian akhir sholatku salam terakhir sudah aku lakukan, aku tidak langsung menengok kebelakang karena pasti yang menjadi makmumku belum selesai sholat, lalu kemudian aku lanjutkan dengan berdzikir dan berdoa, aneh nya selama aku berdoa dan doa ku ini bisa di bilang cukup lama aku tak mendengar suara orang melakukan gerakan sholat atau pun orang mengucapkan salam tanda sudah selesai sholat. Aku yang sudah selesai berdoa dan berdzikir kemudian kenoleh kebelakang dan hendak pergi karna aku sudah selesai melaksanakan kewajibaku, namun aku sangat kaget karena ternyata tak ada seorangpun di belakangku yang mengikuti ku sholat yang kulihat hanyalah ruang mushola yang gelap dan luas di belakangku, tanpa pikir panjang aku berlari keluar dan segera balik ke ruang kerjaku.
Aku berlari ke arah ruang perpustakaan dengan terengah engah karena berlari, aku juga belum sempat memakai sepatuku. Pak Leman dan Mbak Andri yang ada disana kebingungan dengan tingkahku yang tiba tiba datang dengan kondisi panik, pak Leman menanyaiku kenapa lari lari, aku hanya bisa bilang tidak ada apa apa dan langsung memakai sepatu kemudian kembali keruanganku.
Mbak Ana masih fokus dengan kerjaannya, aku yang harusnya melanjutkan mengerjakan administrasi alumni merasa sedikit enggan untuk mencari data di gudang administrasi.
“mbak udah hampir selesai belum aku dibantu cari data alumni di gudang yuk, aku belum paham letak letaknya” pintaku pada mbak ana
“mbok ambil sendiri aja yan, aku belum selesai ini, masih ada beberapa data yang harus di imput ini belum nanti ada garapan yang itu belum di input juga” mbak Ana menolak nya
“iya juga ya mbak ya udah deh aku ambil sendiri tapi letaknya di mana mbak” aku menanyakan letak berkas yang di butuhkan
Setelah mbak Ana membri tahu tempat dimana aku harus mengambilnya aku juga meminta kunci gudang yang berada di mbak Ana karena dia yang bertanggung jawab oleh gudang itu, tak lupa aku membawa cincin yang di berikan mbah Margono, mungkin tidak perlu membawa cincin yang diberikan bapak.
Aku berjalan menuju gudang dan waktu sudah menunjukan pukul lima sore, ingin segera pulang rasanya dan segera bersantai, tapi sebelum pulang aku mempunyai keinginan untuk pergi kerumah Via walau hanya bertemu orang tuanya saja setidaknya aku mencoba akrab dengan orang tuanya.
Sampailah di gudang tidak jauh memang dari ruang kerjaku hanya selisih satu ruangan saja, aku buka kunci gudang dan segera masuk mencari berkas yang aku butuhkan, ruangannya tak begitu besar namun memiliki beberapa rak rak berkas yang sangat penuh dengan data data lama yang mungkin ada dari tahun delapan puluhan karena tidak sedikit berkas berkas yang berwarna kekuningan bahkan coklat.
Akupun mulai mencari data yang aku butuhkan aku urut dari rak pertama hingga rak terakhir dan ternyata data yang aku butuhkan berada di rak paling ujung belakang, dan posisi rak berada di tengah tengah ruangan sehingga ada dua jalur yang bisa di lewati yaitu didepan rak dan di belakang rak, aku mulai mencari data alumni yang di butuhkan, karena tidak dapat langsung aku temui dan disini terdapat data alumni dari tahun tujuhpuluhan hingga sekarang, aku mulai memilih data yang di butuhkan, dan saat aku mulai memilih dari arah belakang rak aku mendengar seperti ada suara sssreekk ssrekk, seperti suara tikus atau sesuatu yang berjalan mengenai beberapa berkas. Karna aku merasa aneh aku mencoba melihat kebelakang rak, namun tak ada siapa siapa, dan saat aku sedang melihat kearah rak belakang, dari arah rak depan suara tadi terdengar “sreekk ssreek” aku pun kemudian melihat arah rak depan namun tetap tidak ada siapa suapa, “ah palingan tikus” pikirku dalam hati
Aku kemudian melanjutkan mencari lagi, saat aku mencari lagi untuk kedua kalinya, suara tadi muncul lagi kali ini aku mendengar dari arah ujung depan dimana pintu keluar berada, karena aku takut kalo akan ada yang iseng, kemudian aku berlari ke arah pintu keluar untuk memastikan dan masih sama tidak ada siapa siapa disana, aku ganjal pintu keluar ini dengan beberapa kardus buku supaya jika ada makhluk yang jail tidak bisa mengunciku di ruangan ini. Saat aku sedang menata kardus sebagai ganjal tiba tiba aku di kejutkan dengan suara anak kecil yang tertawa cekikikan dari dalam ruangan ini, padahal aku yakin aku hanya sendirian di ruangan ini dan tidak ada yang masuk siapapun termasuk anak kecil.
Aku berusaha mencari sosok anak kecil yang tertawa cekikikan baik dari depan rak maupun dibelakang rak, karena aku masih berada di ujung rak dekat pintu keluar aku otomatis mencoba melihat ke ujung rak yang berada di dalam ruangan ini, di belakang rak aku melihat ada samar sama wujud anak kecil berlari keujuk dalam ruangan ini sambil tangannya disetempelkan ke rak sehingga saat tangannya menyentuh kertas, maka kertasnya akan berbunyi, mungkin itu yang menimbulkan suara tadi. Aku amati anak kecil ini berlari keujung ruangan kemudian berputar kedepan rak dan berlari kearahku sambil tangannya terus di tempelkan di rak seperti sedang bermain, namun yang aneh sosok anak ini terlihat sedikit transparan, dan kuyakin dia bukan sosok manusia.
“kak main yuuukkk, kak main yuuuukkkk” ucap anak itu sambil bermain mengelilingi rak panjang ini
Wajah anak ini terlihat sangat ceria dan tak menunjukan dia adalah sosok yang jahat. Aku pun tidak begitu khawatir dengan nya dan aku sedikit merespon apa yang dikatakannya.
“bentar ya kaka lagi sibuk lagi cari berkas ini” jawabku santai
“ayooo kak main kak” anak kecil itu terus mengatakan itu sambil berlarian
Aku yang sedang terburu buru dengan tugas ini tak bisa meladeni anak kecil ini untuk bermain, aku pun nyuekin anak kecil ini, namun anak kecil ini terus berlari sambil mengatakan kalimat yang sama mengajak main.
Aku terus memilih dan mencari data data alumni yang memang aku butuhkan, beberapa data sudah aku temukan tinggal mencari data alumni palin lama yang tadi di butuhkan, kulihat anak kecil itu terus berlari hingga akhirnya saat dia berlari melewati ku kulihat larinya tidak seperti tadi dan kata katanya tiba tiba melirih alias menecil dan tampak olehku dia berhenti berlari, aku sedikit bingung kenapa dia berhenti berlari atau dia marah, sosok anak kecil itu pun berbalik arah dengantatapan sedikit marah dan berkata
“kkkaaaakkkk mmmaaiiinnnn, kkaaakkk mmmaaiiinn” kali ini yang kudengar bukan lagi suara anak kecil namun suara besar dan berat.
Jelas aku kaget dengan apa yang terjadi, kali ini dia berteriak dengan suara yang besar dan berat sambil mengacak acak dokumen yang dekat dengannya hingga menjadi berantakan.
“b..bentar kaka selesaiin nyari ini dulu nanti baru main ya” aku berusaha menenangkan anak tersebut
Namun anak itu terus berteriak dan mengacak acak yang ada di depannya, aku mencoba untuk mendekat dan membujuknya namun saat aku mendekat sosok anak kecil ini malah berteriak dan membuatku terpental kebelakang. Entah apa yang dilakukan dan kenapa juga cincin ini nggak berfungsi, pasti karna cincin ini mendeteksi ini bukan ancaman.
Setelah aku terpental kebelakang kemudian dari arah belakangku tepatnya di ujung dalam ruangan ini seserang berkata.
“ya udah main sama kakak aja ya, yuk sini” aruna datang dan mengajaknya bermain
Walau awalnya sosok anak ini menolak karena sebenarnya dia ingin bermain dengan ku, namun Aruna berhasil membujuknya, cara membujuknya mirip sekali seperti seorang ibu sedang membujuk anaknya, dalam hati aku berkata “cocok banget kamu Aruna jadi ibunya tuh anak”, sepertinya Aruna mendengar perkataanku dan melihatku dengan ekspresi sebalnya dan berkata “sudah sana buruan cari dan selesaikan tugasmu kemudian pulang”.
Aku pun menurut dengan apa yang di perintahkan Aruna, aku memang harus buru buru supaya pulangnya tidak terlalu lama, setelah aku mendapat apa yang aku butuhkan aku kembali keruanganku dan menutup ruang gudang membiarkan Aruna bermain dengan anak itu didalam.
Aku kemudian kembali ke ruanganku untuk menyelesaikan tugasku, mbak Ana pun masih terus mengotak atik pekerjaannya yang dari tadi belum selesai, karena memang pekerjaan mbak Ana ini bisa di bilang yang paling repot diantara staff sekolah yang lainnya, dia harus bisa membackup banyak hal.
Singkat cerita semua sudah siap dan tinggal menunggu besok untuk di Akreditasi, akupun berpamitan pada mbak Ana terlebih dahulu karena waktu sudah menunjukan jam delapan malam, kedua orang tuaku pasti sudah menungguku di rumah, aku pergi ke parkiran dan segera menghidupkan motorku dengan kunci cadangan karna kunci ku masih belum di kembalikan oleh sosok itu dan aku juga belum sempat mencari sesuai yang di tunjukan oleh Via.
Aku tidak langsung pulang kerumah, aku berencana mampir ke rumah Via seperti rencanaku awal ya karna hari sudah malam aku rencanakan hanya mengantar sedikit ajajanan untuk orang tua Via, di jalan aku menemukan penjual martabak manis dan asik, aku belikan kedua jenis martabak ini untuk ku berikan ke orang tua Via.
Setelah aku membelikan oleh oleh aku berusaha secepat mungkin untuk sampai dirumah Via supaya bisa pulang lebih cepat, aku lewat jalan pintas untuk menuju ke rumah Via yang memang bisa memangkas waktu lebih cepat, tapi aku lupa kalau jalan pintas ini sangat minim pencahayaan hanya ada beberapa lampu jalan yang di pasang, karena aku sudah berjalan cukup jauh aku putuskan untuk terus melanjutkan lewat jalur ini, aku harap ini tidak akan menjadi hal buruk, yang menjadi pathokanku adalah kalau sudah melewati lapangan sepak bola berarti aku akan segera sampai, aku terus melaju dengan motorku dengan kecepatan sedang setelah beberapa menit perjalanan aku melihat ada lapangan sepak bola di sebelah kiri jalan, wah berarti hampir sampai ini.
Aku terus berjalan dan memacu motor, setelah beberapa menit berjalan aku merasa sedikit aneh kenapa tidak seperti biasanya ya, memang malam ini terlihat sangat pekat dari pada malam biasanya, aku teruskan berjalan kedepan setelah beberapa menit kemudian aku melihat ada .......
bebyzha dan 50 lainnya memberi reputasi
51