Kaskus

Story

afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

emoticon-UltahHallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
bebyzhaAvatar border
jiren11Avatar border
mangawal871948Avatar border
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#60
Penunggu Jahil
Tak terasa malam hari pun telah tiba, jam sudah menunjukan pukul delapan malam, sesuai janji bapak, bapak menyuruhku untuk ke teras rumah selesai sholat Isya, dan setelah aku selesai mengerjakan Sholat Isya, aku pun pergi ke teras rumah, ternyata di luar sudah menungguku Bapak ku dan Mbah Margono.


Aku sedikit kebingungan dengan kehadiran Mbah Margono, tumben banget Mbah Margon kesini malam – malam biasanya Bapak yang main ke sana, melihat mukaku yang kebingungan Mbah Margono terlihat tersenyum padaku.

“kenapa yan, kok mukanya bingung gitu” tanya Mbah Margono pada ku.

“ya jelas bingung lah mbah, tumben banget Mbah Margono main kesini, biasanya kan bapak yang main ke rumah Mbah Margono” jawabku pada Mbah Margono.

“ya nggak papa tho sekali sekali lah, hehe” dengan terkekeh Mbah Margono menjawab

“hehe, itu bapak yang nyuruh mbah kesini yan, sini sini duduk dulu” bapak menyuruhku duduk berkumpul

Yah karena kursi di teras hanya ada dua buah kursi, alhasil aku duduk di lantai teras sambil mendengar sebenarnya mau apa sih, kok tumben banget aku di ajak ngobrol di teras sama duo pendekar ini, batinku dalam hati.

“jadi gini yan tadi bapak sudah ke Mbah Margono dan bapak tau kamu mau minta diajarin apa, sebenarnya ilmu yang kamu mau itu bisa di pelajari tapi kamu harus telaten” jelas bapak ku

“lah tadi kata Mbah Margono gak bisa kalo nggak ada niat khusus yang baik” tanyaku pada bapak.

“hahaha ya mbah memang jawab gitu soalnya mbah ragu kamu bisa nglakuin nggak, orang kamu kan biasanya bentar bentar udah ngambek kalo nggak jadi hehe, nah ini bapak mu minta mbah kesini buat ngajarin, katanya kalo bapakmu sendiri yang ngajarin, bapaku yang gak sabar ngajarin kamu hehe” jelas Mbah Margono pada ku.

“wah jadi beneram mau di ajarin nih mbah” jawabku kegirangan

“ya asal kamu giat dan nggak mutungan [ngambek] kalo kamu belum bisa menggunakan ilmu yang kamu pelajari” ucap Mbah Margono

“iya mbah, Ryan janji nggak akan ngambek, ryan bakal belajar sesuai arahan bapak sama mbah” jawabku senang

“oh untuk kali ini kamu belajarnya cukup Cuma sama mbah Margono aja yan, bapak udah males ngurusin yang kaya gitu, uwis marem [udah puas] udah biar mbah margono aja” bapak menjawab sambil berlalu masuk.

Setelah bapak masuk kedalam rumah, mbah Margono pun menyuruhku untuk duduk dekat dengan nya, mbah Margono memberi tahu ku dulu untuk konsekuensi – konsekuensi saat sudah bisa melakukan ilmu tersebut, aku harus melewati beberapa proses yang akan di beri tahu oleh mbah Margon, dan pada intinya aku harus bisa menguasai diriku sendiri dulu, mbah Margono menyuruhku untuk berlatih tidur dalam keadaan gelap dan sebisa mungkin dengan keadaan atau suasana yang tenang. Mbah Margono sudah tahu betul seperti apa aku saat tidur, kondisi kamarku bagaimana saat tidur, aku memang tidak bisa tidur dengan lampu dimatikan dan dengan keadaan sepi. Dan saat proses menenangkan diri itu diriku diminta jangan sampai melupakan Tuhan [Allah], dan ada beberapa arahan dari mbah Margono, Mbah Margono juga bilang kalo waktu menenangkan diri saat tidur dan mengalami hal aneh esok paginya langsung di suruh ke rumah Mbah Margono.

Setelah ngobrol dengan Mbah Margono dan pembicaraan sudah selesai, Mbah Margono pun akhirnya pamit untuk pulang karena malam sudah mulai larut, akupun kemudian bergegas untuk tidur karna besok adalah hari sabtu dan aku harus bekerja lagi, jadi ku pikir untuk mencoba mempraktekan yang di ajarkan Mbah Margono besok malam saja.

Pagi hari pukul delapan pagi, aku sudah berada di SMP tempat kerjaku, seperti biasanya aku mengerjakan tugas administrasi dan mengurus beberapa surat yang masuk dan harus segera di disposisi, aku di temani oleh teman kerjaku namanya Mbak Ana, dia seniorku dini, dan di ruangan ini hanya ada aku dan Mbak Ana saja, Mbak ana ini sering curhat tentang suaminya padaku, aku yang belum menikah pun hanya memberi masukan sebisaku pada nya saat dia curhat padaku.

Entah ada apa dengan ku hari ini, tiba tiba kepikiran untuk memutar musik Sholawatan, padahal biasanya aku memutar musik koplo dari Via Vallen, Nella Kharisma, kadang juga Didi Kempot, dan sekarang entah karena apa aku memutar Sholawatan dan sesekali memutar alunan orang membaca Al-Qur’an.

“wih yan tumben banget muter musik Sholawatan, habis tobat atau gimana nih” canda Mbah Ana padaku

“wah gak tahu ini mbak tiba tiba pingin muter Sholawatan aja” jawabku pada mbak Ana

“yo asal nggak ngganggu penunggu sini aja sih yan hehe” goda mbak Ana

“alah paling ya nggak berani mbak ganggu disini” jawab ku enteng

Saat aku memutar Sholawat aku sama sekali tak memperdulikan tetang penunggu ruangan ini jika marah, padahal ruangan ini termasuk yang memiliki penunggu yang kadang usil dan gangguin menurut bu Dwi.

Setelah mempersiapkan surat – surat yang masuk aku pun bergegas menuju tempat kepala sekolah untuk meminta tandatangan beliau, setiap surat yang masuk harus di disposisi oleh kepala sekola baru kemudian diserahkan pada yang bersangkutan, cukup banyak surat yang aku bawa ke tempat kepala sekolah saat itu, hingga aku harus menunggu cukup lama hingga kepala sekolah selesai menandatangani, di tambah lagi beliau sedang ngobrol dengan salah satu guru di ruangannya.

Setelah selesai dengan urusan tanda tangan kepala sekolah, surat tersebut kemudian aku berikan pada yang bersangkutan, aku berkeliling dari ruang guru hingga ke beberapa lab yang saat itu sedang di gunakan, dan sialnya aku harus ke leb komputer untuk memberikan surat ke pak Budi, seperti biasa aku harus melewati Lab Biologi terlebih dahulu, dan kebetulan juga lab itu dalam keadaan kosong alias tidak di gunakan, aku berjalan lurus tanpa melihat ke arah lab, tapi saat aku melewati lab Biologi aku merasa patung peraga di dalam seperti bergerak menengok keluar, aku mencoba bersikap biasa saja, dan terus berjalan menuju lab Komputer setelah selesai aku pun kembali ke ruangan ku dan saat lewat Lab Biologi para patung peraga sudah pindah posisi menghadap ke arah luar, jadi bisa terlihat jelas wajah dari patung peraga itu, aku terus berjalan dan mencoba untuk santai, saat aku tepat berjalan di depan patung itu dan yang jelas tersekat tembok dan kaca, terlihat sangat jelas mata patung peraga itu mengikuti gerakan ku dari matanya melihat kekiri dan perlahan kekanan, sedikit merinding tapi aku berusaha untuk mencoba tenang dan biasa saja.

Saat hampir sampai di tempat kerjaku, aku melihat ada sebuah penampakan di luar ruang kerjaku, aku melihat sesosok wanita dengan pakaian kebaya namun posisi wanita ini adalah merangkak di dinding seperti layaknya Spiderman, sosok wanita itu melihat kearahku sambil menyeringai dan kemudian pergi keatas genting dan menghilang di sambungan antar gedung di atas.

“mas Ryan,” bu Dwi mengagetkanku dengan menepuk pundakku

“WAASSSS...... eh bu Dwi, ah bu Dwi ini ngagetin aku aja bu, kirain siapa” hampir saja kalimat kotor muncul dari mulutku.

“hahaha kamu ini Yan, gini, barusan lihat kan makhluk yang naik itu, biasanya kalo dia udah muncul, akan ada keisengan dari dia” terang bu Dwi padaku

“ah yang bener bu, terus jahilnya di aman bu” tanyaku penasaran

“ya jelas di ruangan mu lah, itu kan makhluk yang nemenin kamu tiap hari hehehe” goda bu Dwi dan berlalu pergi

Mendengar keterangan bu Dwi membuatku sedikit cemas, aku malas untuk mengurusi gangguan yang ada, ya walau sebenarnya sedikit takut si, tapi sesuai komitmenku aku harus berani dengan siapapun yang menggangguku, lagian aku sudah di beri alat untuk membantu perlindunganku oleh mbah Margono.

Aku pun kembali ke ruang kerjaku, dan masih berharap semoga apa yang di katakan oleh bu Dwi sama sekali tidak terjadi, aku melanjutkan pekerjaanku membantu mbak Ana mengurusi administrasi sekolahan, cukup banyak beberapa kerjaan yang harus di selesaikan hari ini, belum lagi memasukan nilai raport siswa ke buku administrasi Dinas Pendidikan, pekerjaan yang biasanya santai, hari ini aku rasa sedikit lebih sibuk dari biasanya walau masih bisa ditangani.

Sambil mengerjakan pekerjaan ku aku terus was – was sambil melihat sekitar ruangan barang kali ada gangguan dari wanita berkebayak itu secara tiba tiba jadi aku bisa siap, aku memainkan cincin pemberian bapak ku dengan batu berwarna hitam di jariku, sesekali juga aku ikut bersholawat mengikuti sholawat yang sedang aku putar.

Setelah sekian lama menunggu hingga jam menunjukan pukul dua kurang seperempat siang namun tidak ada gangguan sama sekali, “paling gak berani tu sosok usil karena aku bawa ini cincin” pikirku dalam hati, karena sudah jam dua siang aku sudah boleh pulang makanya aku sudah berberes di meja kerjaku, kerjaan ya sekiranya akan di selesaikan besok sudah aku siapkan di atas meja dan besok tinggal bertarung lagi dengan pekerjaanku ini.

Dan setelah selesai berberes aku pun mengambil jaket untuk ku pakai dan langsung pulang, ku kenakan jaket dan aku ambil tasku kemudian aku bawa menuju tempat parkir mengambil motorku dan segera pulang, dalam perjalanan menuju tempat parkir aku merogoh kantung jaket ku untuk mengambil kunci motorku, aku raba raba namun tak kudapati kunci motor di dalam saku jaketku, kucari di kantung celana juga tidak aku temukan dan sampai aku membuka tasku pun tidak aku temukan, aku buru buru untuk balik ke ruang kerjaku, mungkin jatuh di sana pikirku, soalnya jelas jelas pagi aku masukan di saku jaket ku.

Aku pun kembali ke ruang kerja dan aku cari di atas meja, dalam laci, dekat komputer, namun sama sekali tak kutemukan kunci motorku, aneh sekali pikirku dimanapun tidak ada, dan aku yakin tadi sudah ku masukan ke saku jaket dan aku tutup saku jaket ini masa iya bisa ilang sendiri. Aku sangat kebingungan saat itu karna tidak bisa pulang, dan tak ada uang untuk naik angkot, maklum pekerja honorer jadi masih serba terbatas.

Tak lama saat aku sedang mencari kunci di ruang kerja, pak Leman tiba tiba datang, mungkin mau mengunci ruangan ini, tapi mendapatiku tengah kebingungan mencari sesuatu jadi dia masuk menghampiriku.

“kenapa mas Ryan kok kayaknya bingung gitu” tanya pak Leman penasaran

“ini lho pak, aku kehilangan kunci motorku tapi tadi pagi aku yakin sudah masukin ke jaket ku ini” sambil mencari aku menjawab pertanyaan pak Leman

“wah kok aneh mas, apa jatuh di luar mungkin mas” tanya pak Leman lagi padaku

“kayaknya nggak pak, soalnya udah aku urut lagi tadi nggak ada” jawabku pada pak Leman

“wah kayaknya mas Ryan di kerjain disini, mungkin tadi mas Ryan bikin marah penghuni disini” jawab Pak Leman

“atau mungkin karena aku muterin Sholawat tadi ya pak waktu kerja” tanyaku pada Pak Leman

“yah mungkin saja, kalo gitu ya udah biarin aja dulu nanti bakal di balikin kok, mending sekarang mas Ryan pulang aja keburu kesorean kan” pak Leman memberi saran

Aku pun nurut dengan saran pak Leman, aku menelfon teman ku untuk menjemputku di sekolahan, untung saja ada yang bisa menolongku kembali kerumah, ternyata apa yang di katakan bu Dwi benar dan gangguan yang di lakukan bukan secara langsung tapi diam diam, kecolongan batinku.

Malam harinya aku menelfon Via, ini kebiasanku setiap malam minggu selalu telfon untuk menghilangkan rasa kangen dengan Via, yah walau setiap empat minggu sekali aku ke kos untuk membersihkan kos ku, ya aku masih punya sewa kos di Yogyakarta. Jadi seumpama aku ke Jogja aku masih punya tempat untuk di tinggali, tapi sewa kos ku selesai tahun depan tepatnya awal tahun 2017. Lamaran beberapa bulan lalu sengaja aku tolak, Anggi memang cantik tapi selama ini yang ada untukku adalah Via aku tak bisa menggantikan posisinya, namun aku dan Anggi sepakat untuk terus menjaga persaudaraan, dan kadang bapak dari Anggi sesekali menelfonku hanya sekdar menanyakan kabarnya, sempat juga beberapa kali beliau menawari pekerjaan untuku namun aku tolak, bukan karna apa aku hanya mau bekerja di kota ku sendiri menemani kedua orang tuaku setelah kakaku Bono bekerja dan berkeluarga di Jogja.

Aku menceritakan kejadian tadi kepada Via, bahwa aku kehilangan kunci motorku saat sedang di tempat kerja,

“dek, mas tadi kehilangan kunci di tempat kerja aneh nya padahal mas yakin tadi sudah mas masukin ke kantung jaket tapi siang nya ilang padahal nggak mas pake tuh jaket dari pagi dan posisi masih sama” aku memberi tau Via

“lah kok bisa mas, apa ada yang usil di sana, temen mungkin” tanya Via padaku.

“kalo temen nggak mungkin sih lagian jaket keadaannya masih sama kayak pagi hari pas mas tinggal kerja” jelasku pada Via

“ah ada ada aja mas, kamu lupa paling naruh kuncinya dimana” kata Via padaku

“ih serius mas masih inget di jaket ku kok, eh adek kan bisa nyari lewat jauh coba di cariin dek” pintaku pada Via, Via ini bisa mendeteksi barang yang hilang dengan ilmunya ternyata, dan baru ku ketahui beberapa bulan lalu

“iya coba bentar, ...............[menunggu via bicara] coba besok mas cari di tempat kaya kotak kayu ada besi nya, terus letaknya kalo dari ruangan mas kira kira sepuluh meter lah” terang Via padaku, ya walau tidak di jelaskan sampai detal malah seperti teka teki tapi biasanya tebakan Via selalu benar.

Aku pun melanjutkan obrolan dengan Via di telefon, kami ngobrol dan menanyakan tentang keadaan dan kerjaan kami masing masing, Via katanya sudah mulai mengerjakan skripsi dan ingin cepat cepat selesai biar bisa pulang kerumah, dan ingin mencari kerjaan di Wonosobo saja, aku pun mendukung, dan aku juga berjanji bakal ke Jogja terus setiap empat minggu sekali untuk ketemu dan menemani sidang skripsinya besok kalo sudah selesai.

Obrolan demi obrolan berlalu jam pun sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, aku kemudian menyuruhnya untuk tidur supaya tidak kelelahan, karna minggu dia masih tetap bekerja lembur, katanya target di pabrik belum mencukupi makanya semua karyawan diwajibkan untuk lembur dan berangkat di hari minggu nya, Via menuruti perintahku untuk segera istirahat dan tidur. Dan obrolan malam hari ini pun kita selesaikan dengan ucapan selamat tidur dan salam.

Seusai telefon aku belum merasakan kantuk, aku teringat apa yang di katakan mbah Margono untuk mencoba mengendalikan diri dan mereleks kan tubuh, aku pun mencoba untuk melatih tubuh ini untuk merasakan tenang, aku mematikan lampu kamarku, aku matikan juga telefonku supaya nanti tidak ada gangguan saat aku sedang mencoba menenangkan diri ini dan membuatnya releks.

Setelah aku mematikan lampu kamar dan HP ku, kemudian aku berbaring di atas tempat tidurku, lampu dari ruang tengah masih menerobos masuk kedalam melalui cela cela lubang fentilasi, bapak masih di ruang tengah bermain Laptop dan mengedit gambar seperti biasanya, adanya sedikit cahaya yang menerobos masuk membuatku sedikit nyaman walau rasanya aneh, di dalam kamar dalam keadaan gelap seperti ini.

Aku baringkan badan di atas kasur dan aku mencoba menutup mata dan berusaha membuat diri ini setenang mungkin, awalnya beberapa pikiran tentang hal hal aneh berputar putar di kepalaku dari bayangan makhluk yang mau menggangguku, sesuatu yang muncul dari kolong tempat tidurku dan lain lain tapi itu hanya ada di dalam fikiran ku saja yang menunjukan diriku masih belum bisa dikuasai oleh ku dan fikiranku masih belum releks seperti yang di minta mbah Margono, dan setelah beberapa menit menunggu aku merasakan ada hembusan angin dan setelah beberapa menit itu kemudian aku merasa ......
itkgid
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 50 lainnya memberi reputasi
51
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.