aulieaAvatar border
TS
auliea
Kotak Amal Diduga Mengalir ke Teroris, Mantan NII: Ada Target Per Hari


Humas Mabes Polri menyampaikan informasi terkait 13.000 kotak amal yang beredar di sejumlah provinsi di Indonesia, diduga untuk menggalangan dana kelompok radikal dan teroris.

Kotak amal itu tersebar di tempat ibadah, minimarket dan sejumlah rumah makan. Berdasarkan data tersebut, ada 4.000 kotak amal yang beredar di Provinsi Lampung.

1. Kotak amal tidak tersebar di masjid

Dewan Masjid Indonesia Provinsi Lampung, Ahmad Dimyathi, membenarkan 4.000 kotak amal di Lampung yang diduga digunakan untuk pendanaan terorisme. Pihaknya sudah konfirmasi dengan Densus 88 dan tidak ada satu pun kotak amal yang tersebar di masjid. Menurutnya ini merupakan lanjutan dari temuan di Riau.

“Tidak ada satu pun kotak amal di masjid, tapi kotak amal itu ada di Alfamart atau Indomaret. Kotak amal itu hanya tersebar di Bandar Lampung, Lampung Tengah, Pringsewu, Lampung Timur, dan Metro,” ujarnya.

Direktur Intelkam Polda Lampung, Kombes Pol. Amran Ampulembang mengatakan, pihaknya masih melakukan pendalam kasus dugaan kotak amal yang dijadikan sumber dana teroris.

“Hal itu belum kita lidik ya, lagi menunggu informasi. Karena yang tahu itu penyidiknya. Kita masih mencari keterangan lebih lanjut tentang itu. Kita masih melakukan proses pendalaman," ungkapanya.

2. Sulit dicurgai karena memiliki biodata lengkap

Ken Setiawan mantan aktivis Negara Islam Indonesia (NII) yang kini mendirikan NII Crisis Center mengatakan, penggalangan dana di Lampung untuk kelompok radikal bisa lebih dari 4.000 kotak. Sebab kegiatannya berkedok sosial dan meyakinkan masyarakat dengan penampilan yang rapi, serta biodata yang cukup lengkap.

“Mulai dari nama yayasan, surat tugas, dan kartu nama, semuanya mereka lengkap. Bahkan mereka berani turun dari rumah ke rumah. Kalau ada bencana mereka panen.

Mereka orang-orang yang profesional dalam organisasi, kadang orang tidak curiga bahwa ini adalah penggalangan dana yang digunakan untuk kelompok radikal,” ungkap Ken saat dihubungi via telepon, Jumat (11/12/2020).

Menurutnya, kotak amal itu tersebar di masjid dan minimarket. Biasanya kalau dimasjid bukan kotak amal, tapi amplop yang dibagikan pada saat kegiatan, misalnya sholat jumat, setelah sholat jumat amplop di ambil lagi oleh mereka.

Namun kotak amal terbanyak berada di rumah makan. Biasanya deketbkasir. Dalam satu rumah makan saja, biasanya ada 7 sampai 10 kotak amal berjejer dari organisasi yang berbeda dan sulit diketahui kalau itu milik jaringan radikal.

3. Yayasan yang digunakan untuk penggalangan dana sudah terdaftar resmi

Sekitar lima bulan yang lalu, Ken mengaku beberapa kali pernah bertemu dengan jaringan yang meminta donasi tersebut di sekitar ATM, kios bensin, dan tempat makan di Bandar Lampung. Melihat dari alamat yang ada di amplop mereka, Ken memastikan bahwa mereka adalah jaringan kelompok radikal.

“Biasanya kalau di masjid ada yang ngasih amplop mengatasnamakan yayasan. Nanti setelah salat Jumat mereka ambil lagi amplopnya. Mereka katakan itu harta milik Allah. Yayasan itu secara administratif terdaftar, tapi ada yang mengelola lagi dan diarahkan untuk dana radikal,” paparnya.

Menurut Ken, ada juga yang sampai menjadi donatur tetap karena percaya begitu saja dengan penampilan dan cara presentasi yang meyakinkan. “Kalau orang awam susah melihatnya, mereka rapi dan pintar presentasi. Kalau sudah mendapat nomor si donatur, mereka pasti mengirim pesan-pesan tentang kegiatan mereka. Sampai akhirnya si donatur ini simpati dan memberikan donasi rutin tiap bulan," ungkapnya.

4. Uang yang terkumpul langsung diserahkan kepada pimpinan

Menurut Ken, para anggota kelompok radikal yang mencari dana tersebut mendapatkan 20 persen atau sebagai biaya perjalanan dan makan. Ken mengaku sudah pernah mendapat ratusan bahkan miliaran, namun dirinya menegaskan tidak pernah menikmati karena langsung diserahkan kepada pimpinan yang sudah terstruktur.

“Kalau yang sudah bergabung dan baiat, mereka ada target tapi kalau yang simpatisan mereka hanya menyebar saja kayanya. Ketika dulu saya bergabung dalam satu bulan, harus mendapat Rp500 juta. Kita harus dapat itu. Kalau cuma di bawah Rp50 juta, kita tak berani pulang, bisa digebukin, dicambuk sampai berdarah,” ujarnya.

5. Modus penggalangan dana diubah lebih aman

Pada saat Ken bergabung ke kelompok radikal tersebut, modus yang sering dilakukan dalam mencari dana adalah merampok, atau membobol mesin ATM. Namun saat ini sudah lebih teroganisir dan mementingkan keamanan agar tidak tertangkap oleh aparat. Sebab jika salah satu tertangkap maka akan membahayakan anggota yang lainnya.

“Dulu saya pernah mendapat satu miliar dalam satu hari. Caranya, saya siapkan lima orang tim perempuan lalu cari banyak lowongan pembantu. Dia monitor keadaan di rumah majikannya seperti apa. Gak usah tunggu satu minggu, cukup satu hari dia laporan. Kkalau rumah kosong, kita datang bawa mobil. Kalau perlu bawa truk. Waktu itu saya pikir ini harta orang kafir, kita ambil gak apa,” bila barita pembantu baru kerja satu hari kerja lalu gasak harta majikan, ya dulu pelakunya kita kawan kawan. jelasnya.

Menurut Ken, pemerintah harus tegas jika ada informasi terkait organisasi atau perseorangan yang mengarah ke paham radikal untuk ditindak.

“Ini penyakit dan akan menjadi bom waktu. Ini yang akhirnya mencoreng organisasi yang betul-betul membantu menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat,” tandasnya.

Sumber https://lampung.idntimes.com/news/la...arget-per-hari

Komenk: BILA DIBIARKAN MAKIN EKSIS MEREKA.
Diubah oleh auliea 12-12-2020 01:55
Proloque
Syaakira
tien212700
tien212700 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.9K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.6KThread40.7KAnggota
Tampilkan semua post
koko.incAvatar border
koko.inc
#15
Mantabh... Beramal yang banyak gaeesss... Biar "Pahala"nya banyak...
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.