Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
[SFTH] kimpoi Kontrak : Cinta Selamat Tinggal
Dua bulan telah berlalu. Awan dan Gita kembali berbaikan, meski mereka tidak berpacaran lagi dan hanya berteman saja. Namun, bukan berarti Gita menyerah.

"Kau masih marah?" tanya Awan yang ditemani Gita pada Ira.

"Tidak." Ira kembali menyeruput minumannya. Kini mereka berada di cafe tak jauh dari sekolah.

"Kenapa nggak pulang?"

"Harus, ya, bertanya lagi?" 

"Ra, kamu nggak kasihan sama tante Oliv?" Gita bertanya. Membuat Ira memicingkan matanya.

"Sudahlah! Aku capek dengan kalian berdua! Bisa nggak, sih, untuk berhenti datang dan menanyakan pulang lagi?" Ira segera meninggalkan cafe dan kembali ke kosannnya.

"Wan." Awan tak menjawab dan langsung pergi. Ia memang memaafkan gadis itu, tapi, dia tak bisa menjadi baik seperti dulu.

Awan berlari mengejar Ira. Ia tarik tangan gadis itu hingga menghadap ke arahnya. Meski, ada penolakan.

"Sampai kapan kamu akan marah? Sehari lagi? Dua hari lagi? Tiga hari lagi? Seminggu? Sebulan? Setahun? Tidak masalah. Kapan kamu mau pulang, aku akan menjemputmu. Kami akan menunggu sampai marahmu reda." Awan melepas tangan itu dan pergi. Ia sendiri tak tahu, apa yang salah pada dirinya.

000

Tiga hari setelah hari itu. Tepatnya hari sabtu sore. Ira mengendarai sepeda ke arah rumah Awan. Dan, tanpa sadar diikuti oleh kakak angkatnya itu.

Wajah Awan langsung ceria. Karena, sudah lama dia mengikuti gadis itu. Namun, tak pernah sampai ke rumah.

"Mama!" Ira berteriak dan meninggalkan sepeda di tengah jalan begitu saja. Awan yang melihat itu tidak marah. Dia turun dan motor dan ditaruh sepeda adiknya ke garasi.

"Ira?!" Mama melompat kesenangan. Dipeluknya erat gadis itu, "Anak gadis mama."

"Mama masak apa? Aromanya enak?" Ira mengendus-endus.

"Kamu menghina atau apa ni?" Mama merengut kesal.

"Tidak, tidak. Ira tidak berani yang mulia." Ira membungkukkan badannya.

Awan tersenyum di ambang pintu. Padahal, biasanya, dia akan mengatai mereka menjijikan atau hal lainnya.

"Ganti baju, cuci tangan, baru makan!" Awan menepuk kepala gadis itu sambil berlalu.

"Aneh ...?" Ira memandang Awan dengan tatapan entah, "Kak Awan kesambet apa ma?"

"Kesambet cinta." Mama menggoda Ira.

"Oh! Iya, sih! Hubungan dia dan Gita sudah membaik." Ira melangkah naik ke atas dengan semangat. Ia bergegas untuk bersih-bersih. Untung saja, masih banyak bau yang ia tinggalkan di sini.

"Ira!" Suara panggilan dan ketukan itu, membuatnya bergegas membuka pintu.

"Ada apa?" tanyanya pada Awan yang berdiri di balik pintu.

"Papa manggil di bawah. Makanan juga sudah siap." Awan langsung turun ke bawah.

"Kak Awan!" Awan menghentikan langkahnya, "Kamu kesambet apa?"

Awan membalikkan badan dan menatap Ira. Satu alisnya terangakat. Matanya menelisik pandangan anak itu. Mencoba mencari tahu, apa maksud ucapan gadis itu.

"Apa ada hubungannya dengan Gita?" Ira menepuk tangannya sekali, "tentu saja! Cinta memang merubah segalanya."

Ira pun berjalan turun. Mendahului Awan yang masih terdiam. 

000

Di meja makan. Suasana yang menyedihkan kembali ceria.

"Jadi, kapan kamu mau pindahin barang-barang?" tanya Papa.

"Pa, sebenarnya ... Ira sebenarnya pulang ada yang mau Ira bilang." Semuanya menjadi kecewa, "Ira janji akan pulang setiap sabtu sore dan minggu sore akan di sana lagi. Ira benar-benar menikmati saat-saat ini. Ira bisa belajar banyak selama bertahan di kos. Ira mohon ...." Ira mengedipkan kedua matanya.

"Janji, sabtu minggu harus di sini?!"

"Pa!" Mama tampak protes tak suka.

"Ma, Ira sudah besar. Dia sudah bisa menentukan pilihannya sendiri." Mama diam dan menunduk.

"Ma ... ayolah!" Ira merengek pada mamanya, "gimana, kalau mama ada waktu, mama datang dan nginap di kosan. Ira bakalan ajak mama keliling dan makan jajanan kaki lima yang enak."

"Bener?"

"Beneran!" 

Kemudian, setelah acara makan malam. Ira bercerita keseruannya selama berada di luar. Papa, mama dan Awan mendengarkan dengan penuh semangat. Kehidupan di rumah pun kembali ceria.
 
senja87
pulaukapok
tien212700
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43.1KAnggota
Tampilkan semua post
djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
#2
[SFTH] kimpoi Kontrak : Cinta Selamat Tinggal
Ira datang menyambut tamu. Sedangkan, Bima dan Rifki sibuk mengurus acara di dalam bersama anak-anak.

"Ma, Pa." Ira tersenyum manis.

"Kau sendiri?" Awan yang entah muncul dari mana bertanya dengan nada dingin.

"Tidak. Sebentar lagi ada yang datang membantu."

"Ira!" Gita berlari menghampiri.

"Oh." Awan masuk duluan.

"Kalau gitu, kami ke dalam dulu, ya?" Olivia dan suaminya pamit untuk masuk ke dalam.

"Oh, iya, Ma, Pa." Ira mengangguk dan tersenyum.

Tak lama, Rifki dan Bima berlari keluar.

"Ada apa?" tanya Ira.

"Abi dan Ummi kami sebentar lagi datang." Bima menjawab.

Tak lama, sebuah mobil berhenti di pinggir jalan. Sepasang suami istri turun dari kursi penumpang. Mereka terlihat baik dan ramah.

"Kalian lama menunggu, ya?" perempuan itu bertanya dengan nada lembut. Melihat itu, Ira terkagum-kagum.

"Nggak, Mi." Rifki menggeleng. Ia tuntun uminya ke tempat meja tamu.

"Ini, Nak Citra?!" Sari - nama Umi Rifki - bertanya.

"Iya, Mi. Tapi, sekarang namanya Ira." Rifki menjelaskan.

"Oh ... sudah besar kamu sekarang ya, Nak?"

"Iya, Mi." Ira menunduk malu.

"Gimana kalau kita ngobrol di dalam?"

"Tapi, mi ...?"

"Masalah ini, biar Bima gantiin kamu. Iya 'kan Bim?"

"Iya, Mi."

"Gimana?" Ira pun akhirnya mengangguk. Sari segera memegang tangan Ira dan membawanya masuk.

"Tatanannya benar-benar bagus. Ini, pasti karena, Ira?" Sari bertanya.

"Benar, Mi. Ini ide Ira semua." Rifki menjelaskan.

"Masya Allah! Pintar sekali kamu, Ra."

"Nggak, Mi. Biasa saja." Ira tampak malu-malu. Dan, tanpa di ketahui, Olivia, Hendra - suaminya - dan Awan memerhatikan gerak-geriknya.

"Kamu benar-benar cerdas. Persis dengan mamamu." Sari menoel hidung Ira. Kemudian, mereka duduk di samping meja keluarga Awan.

"Ehm ... Umi kenal mama ...."

"Mama Hani? Tentu saja kenal. Kami berteman sejak masih berseragam putih merah."

"Benarkah?"

"Ehm. Mamamu sangat hebat dan luar biasa. Ummi sangat kagum. Sayangnya, sewaktu ia meninggal, ummi harus di rawat di rumah sakit Singapura. Setelah itu, kami tak tahu akan kabarmu. Tapi ... Rifki bilang, di antara siswa baru yang foto masa kecilnya persis dengan Citra. Ternyata benar, itu kamu."

"Benarkah?"

"Ehm ... benar. Rifki sengaja meminta tugas akhir kalian sebagai siswi baru untuk mengenang memori masa kecil kalian dan membawa foto kalian kecil."

Awan terdiam. Rifki memang mengajukan itu, tapi, tak disangka yang dia lakukan untuk ini.

"Tapi, bagaimana bisa? Apa aku dan kak Rifki pernah bertemu?"

"Tiga bulan, sebelum meninggalnya orang tuamu. Kita masih sering bertemu. Mungkin, Ira nggak ingat. Karena, masih kecil sekali waktu itu. Tapi ... waktu kecil, Ira sering berantem sama Bima. Terus, mengadu dan menangis di pelukan Rifki. Setelah itu, Bima dikejar Rifki. Untuk dihukum, karena ganggu kamu."

"Mi!" Rifki tampak malu.

"Dulu, waktu kecil. Kalian berdua sulit dipisahin. Bahkan, saat bayi pun, kalau Rifki pulang, kamu bakalan nangis." Sari mengeluarkan sebuah foto dari tasnya. "Lihat! Ini Rifki umur dua tahun dan ini kamu saat bayi."

Tampak di sana, Rifki sedang memeluk Ira. Sang bayi tidur sambil tersenyum.

"Jadi, mau tak mau. Rifki menginap di rumahmu. Bahkan, anak ini nggak mau pulang." Sari mencubit pipi Rifki gemas, "Padahal dia punya adik di rumah."

Sari mengeluarkan handphone-nya. Meski keluaran terbaru, tapi, foto-foto di dalamnnya menunjukkan foto lama. Karena, kecerahan dan warna foto masih jelek.

"Ini waktu kamu umur dua tahun. Kamu meluk Rifki yang mau pulang dan nangis minta Rifki untuk tidak pulang."

"Ini waktu kamu umur tiga tahun dan mulai bisa tinggal di rumah ummi. Dan, anehnya, kamu nggak nangis nggak ketemu sama mama dan papamu selama seminggu. Tapi, sehari nggak ketemu Rifki, badanmu langsung panas dan kamu pun sakit."

Sari juga menunjukkan beberapa Video yang masih tersimpan di handphone-nya. Tampak Ira dan Bima sering berkelahi, karena Rifki. Bima selalu marah dan nangis, karena, kakaknya tak pernah membelanya dan tak pernah mau main dengannya.

"Lucu." Ira menonton sambil tertawa, kemudian ada rintik air mata yang jatuh. "Ini, mama Hani?"

"Ehm ... itu papa dan mamamu."

"Kak, kami sudah siap." Anak-anak mendekat. Pertanda acara sudah mau dimulai.

"Iya." Rifki segera beranjak untuk membuka acara.

"Makasih, Mi."

"Sama-sama, Sayang. Asal kamu senang. Ummi bisa ajak kamu ke rumah dan melihat foto-foto lama."

"Bener, Mi?"

"Iya."

"Kalau gitu, Ira nggak akan sungkan main ke tempat ummi. Tapi, Ira izin dulu sama mama Oliv."

"Nggak perlu izin." Oliv pindah tempat duduk.

"Masya Allah! Olivia!"

"Kakak."

"Kakak?" Ira bertanya.

"Iya. Kak Sari iitu, dulunya mantan pacar kakaknya mama. Paman Danial."

"Oh ...."

"Gimana kabar kakak?"

"Alhamdulillah sehat."

"Kamu sendiri?"

"Baik."

"Ma, Mi, Ira ke sana dulu, ya?" Ira menunjuk anak-anak yang memanggilnya.

"Iya, Sayang." Sari dan Olivia menjawab serentak.

"Jadi kamu yang selama ini mengurus dan menjaga CALON MANTU ku? Terima kasih, kalau begitu." Sari mengulu

"Sama-sama. Tapi, sepertinya, Ira nggak akan jadi MANTU kakak." Olivia menatap dengan pandangan menantang.

Rifki dan Bima yang baru duduk di samping uminya, mendengar pembicaraan mereka yang sengit langsung terdiam. Begitu pula dengan Awan. Mereka tak menyangka, dibalik kelembutan malaikat mereka, ada sisi penuh persaingan seperti ini.
pulaukapok
gestan
senja.id
senja.id dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.