Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321.7K
3.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#1236
Bang Jago







Dalam keadaan lembayung senja, aku terus melangkahkan kakiku dengan penuh kehati-hatian di dalam suasana yang sedikit hening.

Pelet Orang Banten

Kenapa aku bilang sedikit hening?

Itu dikarenakan di dalam kesepian ini, ada terdengar suara-suara seperti jeritan jeritan kecil yang entah dari mana asalnya.

Suara jeritan itu terdengar sangat jauh. Sehingga aku pun tak begitu jelas, apakah ada kalimat atau perkataan yang mereka ucapkan.
emoticon-Takut

Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Saat ini, fokusku adalah bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari tempat ini.

Karena jujur saja, hutan ini sangat tidak nyaman buatku. Seperti ada banyak sosok sosok yang tak terlihat, yang terus-menerus mengawasiku dari balik pepohonan yang rapat ini.

"Huffftt...,"Aku mencoba menghembuskan nafas panjang untuk sekedar melegakan dadaku yang sepertinya sesak karena suasana ini.

Aku berjalan dan terus berjalan.
emoticon-Traveller

Suasana disekitarku, tidaklah seterang tadi. Saat ini, suasananya seperti saat menjelang magrib. Sehingga aku harus lebih awas terhadap sekitar.
emoticon-cystg

Bahkan, beberapa kali aku tersandung oleh akar-akar pepohonan yang muncul dari tanah.

Aku bersumpah serapah di dalam hati. Karena harus merasakan hal seperti ini.

Sambil berjalan, aku pun akhirnya bisa mengambil kesimpulan.

"Kalau memang ini benar seperti yang dikatakan oleh nyai emas, bahwa sukmaku sedang diambil oleh orang. Maka hanya ada dua kemungkinan yang bisa membuatku lolos dari tempat ini. Yang pertama adalah menunggu pertolongan dari Allah agar aku bisa lepas dari sini. Lalu yang kedua, aku harus percaya kepada istriku di rumah ah yang bilamana menemukan keadaanku yang aneh maka dia akan meminta pertolongan kepada orang pintar, dan mudah-mudahan orang pintar itu bisa membawaku pulang kembali ke duniaku," begitu pikirku panjang lebar setelah menganalisa segala sesuatunya.

Saat aku sedang berpikir dan menganalisa keadaan, tiba-tiba bumi seperti terguncang.

"Grrrrrak...!"


Sedikit keras, sehingga membuatku sedikit limbung dan terjatuh.

Dengan dada yang berdebar-debar, aku lalu bangkit berdiri dengan perlahan.

Sambil tanganku berpegangan pada sebatang pohon yang ada di sampingku, aku melihat sekitar. Takut bila nanti ada sesuatu yang mendekat ke arahku.

Tapi, setelah menunggu beberapa saat, keadaan sama seperti tadi. Tapi, suara jeritan jeritan kecil yang tadinya bisa kudengar kini hilang.

Setelah menata perasaan dan hati ku kembali, aku lalu mulai berjalan.
emoticon-Traveller

Saat aku sedang fokus memilih jalur, tiba-tiba aku merasakan ingin sekali menengok ke atas sebelah kananku.

Maka, aku pun menengok ke atas.

Dan betapa terkejutnya aku, bawa di atas sana aku melihat 2 sosok yang yang sepertinya sedang memperhatikanku dari sebuah cabang pohon.

Yang pertama adalah sosok berwujud hitam dengan mata putih. Ukuran tubuhnya mungkin sekitar 2 meteran atau lebih. Lalu untuk sosok yang kedua, aku tak bisa jelas melihatnya karena tidurnya sedikit tertutupi oleh sosok hitam itu.

Aku yang berdiri tegak menatap ke atas, anehnya tidak merasakan adanya ancaman dari kedua sosok itu.

Tapi tetap saja, hal ini membuatku sedikit cemas. Apalagi karena keadaan nyai emas yang masih dalam proses penyembuhan akibat dari pertarungannya dengan tiga serangkai tadi.

Memang, menurut nyai emas, aku masih bisa menggunakan kekuatannya. Tapi entah kenapa, tidak seperti yang sebelum-sebelumnya, kali ini aku merasa sedikit jiper, bila nantinya kami harus bertarung.

Kedua sosok itu masih saja berdiri di atas sana. Mereka tidak melakukan gerakan apapun, selain terus menerus melihat ke arahku.

Aku sendiri kemudian perlahan-lahan mulai kembali berjalan meninggalkan tempat itu. Sambil berharap agar kedua sosok itu tidak mengikutiku.

Setelah berjalan beberapa langkah, untuk memastikan bahwa kedua sosok itu tidak mengikutiku. Aku menoleh kearah mereka dengan tiba-tiba.

Dan...

Keduanya sudah tidak ada.

Hilang.

"Astaghfirullah...semoga itu gak bahaya," ucapku dalam hati.

Aku lalu cepat-cepat berjalan menjauhi tempat itu.

Beberapa saat aku berjalan dikeheningan, tiba-tiba terdengar suara agak aneh yang sayup-sayup kudengar.

Suara itu sangat mirip dengan suara burung hantu yang ditirukan oleh manusia.

"Huuu...huuu...huuu,"

Sontak langkah kakiku terhenti karena suara itu.

Dalam hati aku bertanya-tanya, suara apakah itu.

Lalu, suara aneh yang mirip burung hantu itu kembali terdengar.

"Huuu...huuu...huuu..,"

Suara itu semakin dekat rasanya. Karena suara itu kini terdengar sangat jelas.

Firasatku mengatakan bahwa akan ada hal yang buruk akan terjadi.

Saat itu, sekitar 5 meteran didepanku, ada sebuah semak belukar yang lumayan rimbun. Tadinya, aku akan berjalan kearah kiri. Tapi, karena aku mendengar suara aneh ini, maka langkah kakiku terhenti.

Suara itu tak terdengar lagi.

Entah karena pergi menjauh, atau apa. Yang pasti, aku sedikit lega karena hal ini.

"Hufttt...," lagi-lagi aku menghembuskan nafas lega.


Lalu, karena badanku yang sedari tadi memang terasa pegal. Maka selagi berdiri, aku lalu mencoba untuk beristirahat sejenak.

Karena tak ada pohon besar yang bisa kusandari, maka aku beristirahat dengan sedikit menekuk tubuh. Kedua tanganku kuletakan diatas lutut ku.

Otomatis kepalaku jadi menunduk dan melihat kebawah.

"Sreg!"

Gerakanku berhenti ketika tatapan mataku mengarah kebawah.

Kedua lututku goyah.

Mungkin aku akan terjatuh karena kaget, karena lututku yang goyah andai saja tak ditahan oleh kedua tanganku yang mendadak mencengkram erat kedua lutut ini.

Gemetar aku saat itu.

Antara kaget, takut, dan ngeri dengan sesuatu yang kulihat dibawah sana.

Tepat berada di antara kedua kakiku.
emoticon-Takut

Mendadak nafasku menjadi sesak. Megap-megap aku berusah mencari udara yang seolah tak bisa kuhirup.

Kalian tau apa yang kulihat dibawah sana? Sesuatu yang berada diantara kedua kakiku?

Sebuah wajah!

Pelet Orang Banten

Ya.

Sebuah wajah hitam yang hancur disana-sini.

Pemilik wajah itu menyeringai ketika tatapan mata kami bertemu.

Seluruh bulu halus di tubuhku langsung berdiri. Seketika, rasa merinding menghantam diriku.

Seringai diwajah makhluk itu kulihat semakin lebar. Bisa kulihat deretan giginya yang hitam dan meruncing.

"As...as..astag..astag," aku ingin sekali mengucap istighfar. Tapi mulutku terasa kelu.

Karena jangankan untuk berkata, untuk bernafas saja, rasanya sudah sangat susah sekali.

Disaat genting seperti itu, sesuatu yang ada didalam diriku seperti membetot tubuhku kearah depan. Sehingga akupun jatuh berguling-guling kearah semak-semak.

Apakah itu nyai emas?

Entahlah.
emoticon-Bingung

Karena setelah pertarungan tadi, nyai emas tak bersuara sedikitpun.

Keanehan kembali terjadi.

Setelah aku terlempar kedepan, aku tiba-tiba bisa bernafas dengan normal kembali.

Maka, aku langsung menghambur-hamburkan nafasku. Kuhirup dalam-dalam, lalu kukeluarkan dengan keras.

Demikian hal itu kulakukan berulang-ulang sampai aku lupa dengan sosok tadi.

Setelah merasa cukup puas, aku lalu membuka mata.

Seketika itu juga mataku kembali melotot dan segala kenangan tadi berserabut masuk kedalam otak.

Aku segera memperbaik posisi tubuhku.

Setelah aku bisa berdiri, meskipun dengan sedikit bersusah payah, aku kini bisa melihat keseluruhan dari wujud makhluk itu.

Sosoknya aneh, karena jelas dia sedang berdiri dengan posisi terbalik. Kakinya menghadap keatas, sedangkan kedua tangannya ternyata dijadikan sebagai kaki.



Rambutnya yang awut-awutan jatuh kebawah. Tapi tak sampai menyentuh tanah. Wajahnya masih terlihat menyeringai lebar.

Pakaian yang ia kenakan berwarna putih, tapi sudah lusuh dan kotor disana-sini.

(Padahal bajunya gak nyentuh tanah, tapi kok bisa kotor)


Sesuatu dengan keanehan cara berdiri makhluk itu, bajunya juga aneh, karena baju itu tak mengikuti gaya gravitasi bumi. Tapi melawannya.

Baju itu, ikut jatuh tergerai keatas.

"Kuntilanak?"Krenyitku setelah melihat sosoknya dengan jelas.

"Huuu...huuu...huuu," makhluk terbalik itu berteriak.

Ternyata, pemilik suara burung hantu itu adalah makhluk ini.

Aku sedikit merasa aneh dengan semua hal ini.

Dan itu...

Membuatku lengah.

Aku yang sedang berdiri sambil fokus memperhatikan bentuk dari makhluk ini, tak sadar bahwa makhluk itu sudah bergerak mendekat.

Dengan tangan yang dijadikan sebagai kaki, makhluk terbalik itu berjalan cepat kearahku.

Dan aku, baru menyadarinya ketika makhluk itu sudah berjarak sangat dekat denganku.

Tapi, semuanya sudah terlambat.

Aku tak sempat menghantam makhluk ini dengan pukulan angin milik nyai emas.

Yang aku bisa lakukan ketika itu hanyalah sedikit memejamkan mata. Pasrah dengan apa yang akan terjadi padaku.

Tapi, sebuah kejadian ajaib yang menyelamatkan nyawaku terjadi.

Disaat makhluk itu hendak menghabisi ku, tiba-tiba saja dari balik semak-semak muncul sebuah bayangan hitam.

Bayangan itu dengan cepat melewatiku dan langsung menghajar makhluk terbalik tadi dengan keras.

"Brak!"

Terdengar jelas suara itu ditelingaku.

Aku membuka mata, karena ternyata tak terjadi apa-apa denganku.

Aku bisa melihat makhluk terbalik itu tubuhnya menghantam sebuah pohon agak besar. Sampai pohon itu roboh ketanah.

Disitu aku langsung jatuh duduk saking lemas dan kagetnya.

Nafasku tersengal-sengal disertai debaran jantung yang tak beraturan.

"Hah...hah..hah...," Aku berusah secepat mungkin agar bisa bernafas dengan normal.

Didepanku berdiri sesosok makhluk berwujud hitam dikeseluruhan tubuhnya.

Makhluk hitam ini sangat tinggi. Mungkin sekitar 3 meteran. Bisa kudengar dengus nafas yang kasar keluar dari dirinya.

Makhluk hitam ini tiba-tiba saja menoleh kearahku.

"Ngiiing...," Seketika kedua telingaku berdenging kencang melihat wajah makhluk hitam ini.

Tapi, makhluk itu kembali menghadapkan wajahnya kearah depan. Memperhatikan makhluk terbalik yang secara perlahan mulai bangkit berdiri.

Tentu dengan posisi terbalik bree...
emoticon-Ngakak

Saat aku mulai bisa mengendalikan diri, perlahan-lahan aku mulai berusaha untuk bangun.

Niatnya, aku akan lari sekuat tenaga untuk pergi dari tempat ini.

Tapi, sesuatu atau apapun itu, tiba-tiba saja menyentuh pundakku dari belakang.

Dan...

"Nyesss....,"

Meleleh nyaliku seketika.

Tubuhku sepertinya sudah tidak sanggup lagi menghadapi semua kejadian ini. Berturut-turut, aku terus dan terus dihadapkan dengan segala kejadian diluar akal sehatku.

Dimulai dengan pocong, lalu dikepung puluhan makhluk gaib, kemudian dihadang oleh tiga makhluk raksasa, diikuti dua sosok hitam, diserang makhluk terbalik, sampai saat ini, disentuh oleh sesuatu yang tak kuketahui apa lagi itu.


"Bruk,"

Aku kembali jatuh terduduk diatas tanah.

Dalam hati, aku sempat berharap untuk segera pingsan.

Aku terkejut ketika tiba-tiba saja terdengar suara ketawa dari arah belakang.

Yang membuatku terkejut adalah, suara tertawa itu terasa sangat familiar.

Dan seperti ada kekuatan lain yang tiba-tiba masuk kedalam tubuhku. Aku lantas menoleh dengan cepat kebelakang.

Disana, dibelakangku, aku melihat sesosok makhluk yang sangat kukenal. Tubuhnya yang gempal itu sedikit terguncang-guncang karena tertawa. Kumis tipisnya melebar akibat mulutnya yang tertawa lebar.

Saat itu juga aku langsung menubruk sosok itu sekuat tenagaku akibat dari luapan emosi yang muncul tiba-tiba.

"Waduh...!"

Teriak sosok gempal ini ketika aku menubruknya dan membuat kami jatuh telentang ditanah.

"BAPAK...!" seruku senang bukan alang-kepalang.

"Hahaha....!" bapak tertawa lagi.

"Ampuuunnn dah, bang jago...," Seruku girang.

Pelet Orang Banten
bang jago bree






***
Diubah oleh papahmuda099 28-11-2020 14:31
sulkhan1981
ferist123
ha9xm5
ha9xm5 dan 46 lainnya memberi reputasi
47
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.