• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Mengenal Luthfi, Bassist Band ALI Pengisi Soundtrack Anime Jujutsu Kaisen

ideotlogiAvatar border
TS
ideotlogi
Mengenal Luthfi, Bassist Band ALI Pengisi Soundtrack Anime Jujutsu Kaisen


"Tokyo prison

I’m going to relight your feeling

When time gets rough

Night and day are fading

I’m going to relight your feeling

There’s no time to explain"


Begitulah bait chrous lagu "Lost in Paradise" yang dibawakan oleh ALI, band asal Jepang yang dibuat khusus untuk lagu penutup anime Jujutsu Kaisen.

Video klip lagunya sudah ditonton 3 juta kali saat tulisan ini dibuat.
Yang paling mengagumkan ialah ada peran bassist dari Indonesia yang tergabung dalam band ini.



Urang asli Bandung yang berkelana ke Negeri Matahari Terbit

Ia adalah Luthfi Rizki Kusumah atau biasa dipanggil Rufi oleh kawan-kawannya di Jepang. Maklum, namanya memang relatif sulit untuk dilafalkan oleh lidah orang sana.Ia lahir dan tinggal di Bandung, Jawa Barat sampai lulus SMA. Pria kelahiran tahun 1990 itu menjelaskan secara singkat latar belakangnya.


Luthfi menuturkan bahwa pertama kali ia megang alat musik ketika SD, pelajaran kesenian dan pianika adalah instrumen yang dipakai.

Masuk ke jenjang SMP , ia mulai belajar gitar demi memperoleh nilai yang bagus di pelajaran kesenian.

"Setelah lulus SMA saya mulai belajar bass karena diajak nge-band sama temen. Momen itu kayaknya yang bikin saya terus bermusik," tambahnya.

Alasan memilih menjadi bassist

Luthfi memilih jadi bassistkarena ia tidak mahir memainkan alat musik lain. Waktu SMA dirinya termasuk anggota sebuah dance group yang aktif di event Jejepangan. Ia bertemu dengan banyak teman di sana. Salah

satunya yang mengajaknya untuk nge-band, kebetulan personil yang dibutuhkan adalah bassist.

"Saat itu umur saya sekitar 18 tahun, termasuk telat untuk mulai bermusik, tapi saya coba dan ternyata asik menjadi Bassist dan seru saat manggung."

Pernah bermimpi menjadi peneliti di negeri orang

Sebelum bermusik, Luthfi belajar di banyak bidang mulai dari bahasa, sains, komputer, hingga mesin.

Malah mimpinya ke Jepang adalah menjadi penemu atau scientist di bidang mesin. Musik saat itu hanya hobi.

"Sekarang saya kerja sebagai penerjemah bahasa jepang ke bahasa inggris (kursus

bahasa inggris waktu SMP gak sia sia) sambil jadi Bassist di ALI," pungkasnya.



Keunikan ALI dibandingkan band-band Jepang lain

"ALI itu unik. Anggotanya gak ada yang asli orang Jepang, semuanya berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda: beda ras, beda agama, beda makanan, dengar lagu yang berbeda, tetapi satu tujuan, ingin menunjukan bahwa dengan lagu kita semua manusia bisa bersatu."

Awal mula Luthfi diajak bergabung dengan ALI
[bagian ini sengaja tidak ane edit karena sangat menarik]


"Saya dan Zeru (Ex-Gitarisnya ALI) dulu satu band selama 2 tahun. Kita udah sering manggung bareng, tetapi karena ada gak klop sama anggota lainnya, band kita bubar."

"2015, 2 tahun setelah bubar, Zeru ngajak saya untuk ketemu Leo (Vokalis ALI saat ini) yang mau bikin Funk Band yang semua anggotanya wajah orang asing. Kita ketemuan di Bar di daerah Shibuya. Saya langsung keterima tanpa ngobrol

atau tes skill. Leo milih anggotanya pakai insting. Hahahaha. Dari situ langsung ngorol kapan bisa latihan dan manggung."



Tantangan bertahan hidup sekaligus berkarier di Jepang

"Saya di jepang dari April 2010, sudah 10 tahun dan rencana bakal di sini terus kayaknya."

Kendala paling sulit yang ia rasakan sampai saat ini adalah menjalin persahabatan. Di Jepang sahabat itu banyak yang dari kecil, SD, SMP, SMA, atau Kuliah. Setelah itu mereka sulit untuk percaya orang baru.

Di ALI biasanya anggota band ngobrol dengan bahasa Jepang termasuk dengan kru dan manajer. Untuk beberapa anggota atau terkadang support member yang bisa bahasa inggris. Tergantung suasana.

Diskografi ALI

Sekarang kira-kira ada 13 lagu yang sudah rilis. Untuk lagu, mulai tahun 2020 Luthfi membantu menulis lirik. Untuk buat musiknya, biasanya satu orang bawa basic-nya, dan kita mulai main pakai gaya dan teknik masing-masing.

Kadang ada yang bawa basic-nya sudah full semua instrumen. Kalau oke, semua anggota sepakat untuk rekam dan rilis.

Prinsip hidup yang ditanamkan di bidang musik. Pendidikan formal atau otodidak?

Prisip hidup Luthfi cukup sederhana: maksimalkan hal yang bisa lebih cepat aplikasinya dari pada berjuang untuk hal yang baru diinginkan. Step by stepintinya mah.


"Saya awalnya belajar musik otodidak. Bisa manggung sampai bikin penonton joget. Saya belajar banyak hal dari otodidak. Hal tentang menikmati musik. Tapi dengan skill dari otodidak gak bakal dapet kerjaan dari musik."

"Saya pernah ngambil sekolah kejuruan (D3 kayaknya) bidang musik dan sekarang saya juga ngambil kursus dari profesional. Belajar banyak teknik, skill, cara baca dan tulis, denger lagu jadul, setting equalizer, dll. Memahami musik, sama seperti bahasa."

Otodidak perlu, formal juga perlu, ada yang awalnya otodidak terus belajar formal, ada yang formal dulu terus dia ngulik sendiri kayak otodidak. Maksimalkan yang sudah bisa aja dulu.

"Orang tua saya awalnya hanya mengira musik untuk hobi saja, sampai saya muncul di musik video. Hahahaha. Sekarang sih mereka mendukung."

Baginya, untuk menjadi musisi jalan paling mudah adalah masuk Universitas musik, dari situ kerjaan musik banyak bisa didapet. Tapi mahal.

Untuk menjadi artis di jepang sangat sulit. Masuk dunia musik nya aja sudah sulit, bertahan di dalam dunia musiknya juga sulit. Kerja keras intinya.

Nah tapi kalau kita bisa bahasa jepang, kenali budaya, adaptasi dengan lingkungan, kita bisa kenal dengan banyak orang. Dari situ kesempatan bisa muncul. Sering keluar rumah untuk ketemu orang baru. 

ALI (ALIEN LIBERTY INTERNATIONAL)




Diubah oleh ideotlogi 23-11-2020 12:36
mr.zen204...
ponsinata
Falri
Falri dan 3 lainnya memberi reputasi
4
8.2K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
aciiimAvatar border
aciiim
#4
Nah ini baru berkarya internasional, gak perlu embel-embel nasionalisme.
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.