Kepergian Bubo, hewan peliharaan tersayangku

Rasanya sedih sekaliii. Cerita ini akan panjang.

Bubo adalah anak parkit yg sebenarnya baru bersama saya 6 hari. Iya,6 hari, tapi kami sudah begitu dekat. Bubo manja sekalii sama saya.



Kalau siang, ngeliat saya rebahan, dia mau keluar dari kandangnya. Saya kira ingin main. Eh, diajak main, dia malah tidur. Mungkin dia ingin tidur sama saya. Dan seringg sekali begitu, hampir setiap tidur siang dan malam.


Bubo sedang tidur siang dengan saya. Dia tertidur begitu saja saya taruh diatas bantal.

Bubo adalah burung parkit yg sangat cerdas. Di hari pertama latihan, Bubo sudah bisa melakukan trik masuk terowongan.

Sebenarnya bentuknya video. Ini kemarin sore. Waktu Bubo makan sore. Dia masih sangat lincah.



Malamnya, Bubo bersikap tidak biasa. Bubo memang selalu ingin tidur sama saya, tapi kalau dia sudah tdur di tangan saya, dan saya pindahkan ke kandangnya, dia tetap lanjut tidur. Tapi malam ini tidak. Dua kali Bubo saya angkat dan kembalikan ke kandang, tetapi maksa ingin keluar untuk tidur di tangan saya. Karena saya ngantuk. Saya abaikan bubo yg minta dikeluarkan dari kandang. Btw kandang bubo di kamar saya.


Ini tadi pagi, sewaktu kami berjemur. Bubo berjemur bersama ikan-ikan cupang saya. Dia sudah terlihat diam saja. Saya mulai curiga. Pupnya mulai mencret. Saya memberi obat teh pahit, saran menurut salah satu pemelihara parkit.

Siangnya bubo kembali ceria. Bubo sempat memanjat tubuh saya sampe naik ke pundak. Lalu saya tinggal tidur siang sebentar. Bubo ingin keluar dari kandangnya lagi, tapi saya abaikan karena saya ngantuk sekali. Sejam kemudian bubo sudah terlihat lemas di sudut kandang.



Bubo mulai tidak kuat berdiri dan membuka mata. Saya sempat sedihh sekali dan memutuskan membeli obat.



Obat Bubo

Setelah diberi obat, Bubo sempat bisa membuka mata dan berkedip. Sempat mencoba untuk bangun, dan melebarkan sayap. Saya kira ini awal kesembuhan Bubo. Tapi takdir berkata lain.

Saya mendekap Bubo diatas tangan saya. Saya melihat bagaimana Bubo berjuang untuk tetap hidup. Ketika saya menangis, Bubo berusahaa untuk bangun. Saya melihat matanya berair. Saya mencoba menenangkan Bubo dengan mengusap-usap kepalanya. Bubo memejamkan mata, dan nafasnya semakin lemah, hingga akhirnya tidak bernafas lagi. Tangis saya dan adik saya yg bungsu pecah melihat kepergian Bubo. Tadi pagi Bubo masih terlihat sehat.



Detik-detik bubo berhenti bernafas.

Saya sudah merawat Bubo sebaik yg saya bisa. Tapi nyawa Bubo tetap milik Tuhan.

Fly in peace, my little Bubo. We love you

Salam sayang, Riza