Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321.6K
3.1K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#1213
Nyai Emas






Tepat saat seluruh asap yang berupa perwujudan dari jin khodam tadi masuk kedalam tubuhku. Aku langsung merasakan tubuhku berubah menjadi sangat enteng.

Kini, keyakinanku serta keberanianku sudah 100%.

Kemudian, dengan mengucap bismillah, aku mulai melangkahkan kakiku. Bersiap untuk bertempur melawan apapun yang ada dibalik pohon tempatku bersembunyi tadi




*




setelah aku memutari pohon tempatku bersembunyi, kini aku sudah berada di area tempat terdengarnya suara makhluk berjalan yang seperti terseret-seret itu.

Sepi.

Tak ada siapapun disana.

Aku hanya melihat kegelapan di depan dan sekitarku.

"Kemana mereka semua pergi?" Tanyaku sambil menggenggam erat kedua tanganku.

Tapi, sepertinya pertanyaanku didengar oleh makhluk-makhluk yang ada di sini.

Karena tiba-tiba saja, entah dari mana datangnya. Bermunculanlah sosok sosok gaib dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Ada pocong, kuntilanak, genderuwo, banaspati, gundul pringis, Wewe gombel, Buto ijo, babi sebesar anakan kerbau, dsb.

Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten
Pelet Orang Banten


Kalau dihitung-hitung, mungkin hampir puluhan jumlah mereka.

Semua makhluk gaib itu mengelilingiku dan membentuk sebuah lingkaran besar.

Aku yang berdiri di tengah-tengah lingkaran besar itu, menatap mereka satu persatu dengan tatapan mata tajam.

Jujur, entah ada angin apa yang masuk ke dalam tubuhku. Karena aku tidak merasakan takut sedikitpun melihat kerumunan itu. Bahkan mataku yang menatap mereka, sedang mencari-cari di mana keberadaan pimpinan semua makhluk itu.

Di dalam hati aku berkata.

"Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini takdir yang sudah digariskan di hidupku. Selamat tidaknya aku, akan ditentukan mulai dari sekarang. Ya Allah, tolong pinjami aku sedikit dari kekuatanmu. Wahai jin khodam yang sekarang berada di dalam diriku, dengan izin Allah, tolong kau pinjami kekuatanmu kepadaku. Agar aku bisa menghadapi mereka."

Setelah berkata seperti itu, aku sejenak memejamkan mata dan berdoa. Meminta perlindungan kepada Allah, tuhan semesta alam.

Seperti ada getaran yang muncul saat aku berdoa barusan.

Kemudian, aku merasakan seperti ada sesuatu yang masuk melalui ubun-ubunku dan langsung merembes masuk, ke dalam tubuh lalu menyebar ke semua penjuru ditubuhku.

Begitu sesuatu yang tak tampak jelas itu menyebar, mendadak aku merasakan merinding yang sangat.

Bukan merinding karena takut, tapi aku waktu itu merasakan merinding karena aku yakin, sangat yakin, bahwa aku bisa mengalahkan mereka semua.


Bahkan karena perasaan merinding itu, aku sampai meneteskan air mata.

Apabila kalian ingin membayangkan perasaan merinding ku waktu itu. Itu seperti kalian mendapatkan kabar gembira diwaktu yang tepat. Atau seperti saat kalian sedang salat selalu berdoa dengan sangat khusyuk, sampai kalian secara tidak sadar mengeluarkan air mata. Dan air mata itu bukan karena kesedihan, tapi karena bahagia.

Ya pokoknya seperti itulah perasaanku waktu itu.

Lanjut...

Setelah perasaan merinding itu memudar, perlahan-lahan aku mulai membuka mata.

Aneh dan ajaib.

Ketika aku membuka mata, bukan lagi kegelapan malam yang kulihat. Tapi, saat itu aku seperti melihat di waktu siang saja. Karena pandangan mataku sangat jelas dan terang, maka aku bisa melihat mereka dengan jelas.

Kedua tangan yang sedari tadi ku genggam, mulai kurasakan memanas.

Di dalam dadaku, ada sesuatu yang bergejolak.

Aku menyadari apa arti dari itu semua.

Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, sebelum mereka semua bergerak, aku melakukan gerakan secara tiba-tiba.

Tanpa foreplay ataupun pemanasan terlebih dahulu. Aku secara tiba-tiba menghantamkan kedua tanganku secara cepat ke semua arah.

Bertubi-tubi dan beruntun.

Dan kalau dipikir-pikir lagi, juga kalau kalian ingin membayangkan. Gerakan ku saat itu sangat mirip dengan gerakan salah satu tokoh kartun di serial Naruto.

Mighty Guy!


Bagai kalian yang familiar dengan serial Naruto, pasti kalian akan bisa membayangkan gerakan guru Guy saat melawan kisame, salah satu anggota Akatsuki. Saat itu, Guy menggunakan jurus Hachimon tonko, gerbang ke 6. Asakujaku alias burung merak.

Ya, aku melakukan gerakan itu secara spontan dan tiba-tiba.

Dan berhubung aku dikepung, maka serangan acak ku berhasil mengenai sebagian besar dari mereka.

Setiap aku melakukan gerakan meninju ke sebuah arah, maka aku merasakan bahwa angin yang aku tinju itu seperti memadat dan meluncur cepat ke arah yang aku tuju.

Dan karena itu, aku menamainya dengan tinju angin!

Terus dan terus aku melakukan gerakan tinju angin ke segala arah secara acak.

Setelah kurang lebih 3 atau 5 menit aku terus-menerus melakukan gerakan tinju angin. Aku mulai kelelahan.

Dan secara perlahan, aku lalu menghentikan gerakanku.

Debu-debu yang yang sedikit menghalangi pandangan mataku mulai memudar.

Dan mataku sedikit melotot demi melihat pemandangan yang tersaji di depan mata.

Hutan tempatku berdiri, seperti terkena bencana angin pentil muter (puting beliung) di beberapa tempat di sekitarku.

Di beberapa tempat pohon-pohon besar bertumbangan saling menimpa satu sama lain.

Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat beberapa makhluk yang bergelimpangan dengan bentuk yang tak karuan akibat dari tinju angin yang aku keluarkan tadi.

Makhluk-makhluk hidup berwujud tak karuan, ada yang kepalanya lepas, badannya copot, kaki terpisah dan sebagainya.

Bahkan ada satu yang sedikit ganjil di mataku, yaitu ketika aku melihat sosok Wewe gombel, yang memiliki payudara besar itu jatuh tertimpa sesosok pocong.

Kenapa ganjil?

Itu dikarenakan pocong itu, jatuhnya tepat di sela-sela payudara Wewe tadi.
emoticon-Ngakak

Wewe tadi mungkin sudah terluka parah, sehingga ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Tapi, si pocong mesum itu kayaknya masih punya sedikit tenaga untuk bergerak-gerak.

Itu terlihat dari gerakan tubuhnya yang maju mundur.

Mungkin saja ia ingin keluar dari jepitan lembut itu. Atau mungkin karena sebab lain.
emoticon-Malu

Kalian mungkin bisa membayangkan posisi seperti apa mereka saat itu.

Lanjut ke topik utama...

Aku melihat ke sekeliling tempatku berdiri dengan nafas sedikit tersengal-sengal.

Kedua tanganku lemas terkulai di samping kiri dan kanan. Tak bisaku gerakan sama sekali. Seolah-olah kedua tangan itu tidak memiliki sambungan dengan tubuhku.

Setelah aku teliti baik-baik, tidak ada satupun yang masih berdiri dari sosok-sosok yang yang mengepung ku tadi.

"Hufttt...,"

Aku menundukkan kepala dan menghela nafas lega.

Tapi, entah kenapa seperti ada sesuatu yang kurang sreg dihari ini.

Seperti, ada sesuatu yang belum selesai.

"Aneh...," Gumamku sendiri.

Untuk memastikan apa yang mengganjal itu, aku sekali lagi mengedarkan pandangan mataku ke sekelilingku.

Sontak mata ini melebar.

Karena ternyata, semua makhluk gaib yang barusan aku kalahkan menghilang!

"Gila!" Seruku tertahan ketika melihat hal ini.

Aku tak merasa takut, hanya saja heran dengan pemandangan ini.
emoticon-Bingung

Tapi, aku sesegera mungkin berusaha untuk berpikiran jernih.

"Ini alam gaib, jadi semua ini adalah hal yang wajar di alam ini. Jangan samakan semua yang ada disini dengan alam manusia,"

Tiba-tiba saja terdengar suara perempuan ditelingaku.

Suara itu adalah suara milik jin perempuan milik bapak yang saat ini sedang berada di dalam diriku.

"Baik," kataku pelan.

"Sekarang, harap tuan hati-hati. Karena saya bisa merasakan, bahwa akan ada serangan gelombang kedua disini," ucap jin perempuan itu (mulai saat ini akan saya sebut sebagai nyai emas, karena tempat tinggalnya adalah keris emas).

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku sambil memandang sekeliling.

"Tuan tidak akan bisa menghindari hal ini. Karena sebenarnya tuan sudah terperangkap dialam kekuasaan penjemput roh tuan," jawab nyai emas.

Aku sedikit bingung dengan ucapan nyai emas itu.

"Apa? Gimana maksudnya tadi? Rohku dijemput? Oleh siapa dan bagaimana caranya?" Tanyaku bertubi-tubi.

"Biar saya jelaskan, tuan. Jadi, saat ini, roh tuan ada disebuah alam gaib yang dikuasai oleh seseorang. Roh tuan diambil adalah saat tuan sedang tertidur. Pelet Orang Banten Tuan sendiri juga sudah merasakan bahwa tubuh tuan kurang enak badan bukan dari siang?" Balik bertanya nyai emas.

Aku mengangguk.

Aku tak sempat berpikir, apakah nyai emas ini bisa melihatnya atau tidak.

"Nah, hal itu sesungguhnya merupakan salah satu cara untuk melemahkan fisik jasmani dan rohani tuan. Orang tersebut, memang sedari awal sudah mengincar tuan untuk dibawa ke alam ini,"

Aku mengangguk-angguk tanda mengerti, meskipun baru sedikit mendengar penjelasan dari nyai emas. Tapi aku sudah melihat garis besar dari seluruh kejadian ini.

Dan aku juga sudah menduga siapa pelakunya.

"Apakah iya sehebat ini?" Tanyaku dalam hati.

Lamunanku sedikit terganggu ketika nyai emas bersuara.

"Tuan, harap waspada. karena sebentar lagi akan bermunculan makhluk-makhluk yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada makhluk yang tadi Tuan kalahkan."

Aku bersiaga.

Tapi, ternyata kedua tanganku masih belum bisa aku gerakan dengan benar. Rasanya masih sedikit ngilu saat aku menggerakkannya.

"Aduh, bagaimana ini nyai. Tanganku tak bisa aku gerakan," kataku berusaha berkonsultasi dengan nyai emas.

Tidak ada jawaban.

"Kampret, jangan-jangan ini jin kabur lagi," kataku pelan setengah mengumpat.

"Tidak tuan, saya tidak kemana-mana. karena saya memang sudah ditugaskan oleh bos untuk menjaga tuan. saya saat ini sedang berkonsentrasi, untuk membantu memulihkan keadaan kedua tangan Tuan."

"Oh..., Maaf. Aku sudah berburuk sangka," ujarku sedikit malu.
emoticon-Betty

"Tidak mengapa Tuan. Karena memang seperti itulah sifat dasar dari manusia. Selalu gampang berpikiran buruk," ucap nyai emas.

Dari nada suaranya memang tak terlihat adanya kejengkelan ataupun rasa marah. Suaranya masih tetap halus dan lembut. Tapi, siapa yang tahu hati seorang orang perempuan.

Aku memilih untuk diam.

Tapi memang benar apa yang nyai emas katakan tadi. Kedua tanganku tiba-tiba saja sedikit hangat, lalu rasa nyeri dan pegal yang tadi kurasakan sedikit demi sedikit mulai menghilang. Lalu, kedua tanganku bisaku gerakan seperti semula lagi.

"Hehehe..., Terima kasih banyak nyai, atas bantuannya. Dan aku meminta maaf kalau tadi sudah menyinggung perasaanmu," kataku berusaha untuk menunjukkan penyesalan.

Nyai emas tertawa kecil.

"Tidak mengapa, tuan. Saya sudah sering diomeli oleh si bos kok," katanya.

"Eehh...!" Ujarku terkejut.
emoticon-Wow

"Tapi itu sudah lama tuan. Saat bos masih muda," jelas nyai emas.

Aku manggut-manggut.

Lalu, aku mencoba untuk menggerakkan kedua tanganku serta jari-jarinya.

Bisa!

"Alhamdulillah," kataku pelan seraya tersenyum.

"Tuan, mereka akan datang. Bersiaplah," kata nyai emas memperingatkan.

"Baik, nyai,"

Kemudian, dengan jantung yang berdebar-debar, aku berdiri sambil menanti kedatangan serangan kedua.

"Hufttt... hufttt...," Aku mencoba mengatur jalannya pernafasan ku. Kucoba untuk se-rileks mungkin dengan pernafasan yang diajarkan oleh guruku.

Suara desau angin malam tiba-tiba menghilang.

Sepi dan sunyi melanda tempatku berdiri.

Dan tak menunggu waktu lama, tanah tempatku berdiri seperti dilanda gempa hingga membuatku hampir saja kehilangan keseimbangan.

Saat aku sudah memperbaiki posisi tubuh, pandangan mataku tiba-tiba seperti terhalang oleh sesuatu. Sehingga keadaan menjadi sedikit gelap.

Padahal, saat itu pandangan mataku menjadi sangat baik, akibat ada sesuatu yang merasuki diriku.

Dikarenakan penasaran tentang apa yang menghalangi pandangan mataku sampai jadi agak gelap, aku spontan mendongakkan wajah keatas.

"Deg!"

Jantungku hampir copot ketika aku melihat apa yang sudah menutupi indra penglihatanku itu.

Ternyata, ada 3 sosok tinggi besar yang saat ini sudah berdiri dihadapanku!
Pelet Orang Banten

Tinggi masing-masing dari mereka mungkin setinggi pohon kelapa. Bulu-bulu tebal menyelimuti seluruh tubuh mereka.

Aku tak bisa melihat secara jelas wajah mereka. Tapi, aku bisa melihat kedua bola matanya yang berwarna putih terang.

"Awas, tuan!"

Tiba-tiba saja nyai emas berteriak kencang dari dalam tubuhku.

Aku yang tengah memperhatikan bentuk makhluk didepanku ini, terkejut dengan teriakan itu.

Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi aku bisa merasakan, ada sesuatu yang besar menghajarku dari arah depan.

"Buk!"

"Srak!"

Aku terpental dan berguling-guling.

Sakit.

Sangat sakit rasanya seluruh tubuhku saat itu.

Normalnya, saat itu harusnya tubuhku sudah hancur akibat dari hantaman benda tadi. Karena setelah kupikir-pikir, rasanya kaya kita ditabrak mobil saja.

Tapi, Alhamdulillah...

Meskipun sangat sakit, tapi aku masih diberikan hidup oleh sang maha pencipta.

Tidak ada darah yang keluar dari anggota badanku.

"Aneh," ucapku saat itu begitu menyadari bahwa aku masih baik-baik saja.

Ya... meskipun sakit banget sih.

Aku perlahan-lahan bangkit berdiri.

"Tuan tenang saja, selama ada saya disini, tuan tidak akan mengalami luka parah, kok," tiba-tiba nyai emas berkata.

"Oh, terima kasih nyai, atas bantuannya," jawabku sambil bersiap menghadapi ketiga makhluk tinggi itu.

Aku harus sedikit mendongak ketas guna melihat posisi mereka.

Ketiga makhluk itu masih tetap berdiri ditempatnya muncul. Mereka berdiri saling berdampingan. Jadi, aku tak tahu, makhluk yang manakah yang tadi menghajarku.

"Alah...bodo amatlah. Hajar balik aja," kataku tak mau ambil pusing.

Maka, aku kembali menghimpun tenaga didalam tubuhku, lalu menyalurkannya kearah kedua tanganku. Kali ini dengan porsi lebih besar. Karena aku mengira-ngira bahwa butuh lebih banyak tenaga untuk bisa menyakiti mereka, dibandingkan dengan saat aku melawan pocong, kuntilanak dkk-nya tadi.

Dengan di dahului menghirup nafas panjang, aku lalu menyentakan kedua tanganku kedepan sambil berteriak.

Jreng...gonjreng...gonjreng...jreng

"Inginku teriak... ingin ku menangis...
tapi air mata ku sudah tiada lagi...
walau lelah hatiku, takkan aku mengeluh,
biarlah hanya tuhan yang tahu...,"

(Song : Dewi persik)

Hehehe...selingan dikit bree
emoticon-Ngakakemoticon-Ngakak

Lanjut...

...Sambil berteriak.

"Haaaa!"

Berturut-turut aku mengeluarkan tinju angin kearah ketiga makhluk raksasa itu.

"Bum! Bum! Bum!"

Semua serangan ku tepat mengenai sasaran. Asap tipis mengudara, sedikit menutupi pemandangan.

Kulihat tubuh besar mereka sedikit goyah. Namun, hal ini tak cukup untuk membuat mereka terjatuh.

"Grrrr....,"

Ketiganya menggeram marah.

Aku bersiap-siap.

Lalu, sebuah tangan sebesar batang pohon kelapa tiba-tiba datang untuk menghantam ku.

Secepat mungkin aku menghindar dengan cara melemparkan tubuhku kesamping.

"Brak!"

Suara tanah tempatku tadi berdiri hancur terkena hantaman tangan raksasa itu.

Keringat dingin mengucur di dahiku melihat hal ini.

"Wah, bahaya banget nih. Kalau sampai kena lagi, bisa benjret tubuhku," ucapku ngeri.

Gerakan para makhluk itu agak sedikit lamban. Namun, daya serangnya sungguh luar biasa.

"Bagaimana ini, nyai? Serangan ku tak bisa mengalahkan mereka," tanyaku pada nyai emas.

"Kalau begitu, biarkan saya yang melawan mereka, tuan," jawab nyai emas.

Lalu, tanpa menunggu jawaban dariku. Tiba-tiba saja nyai emas muncul disampingku.

"Wush...,"

Tubuhnya yang tinggi semampai melesat cepat terbang ke udara. Ke arah ketiga makhluk tadi.

Aku sedikit merinding saat melihat nyai emas. Meskipun cantik, tapi aku masih saja ngeri saat melihat kedua tangannya yang berbentuk pedang itu.

Dari jarak yang agak jauh, aku melihat nyai emas berputar-putar diantara mereka dengan gesit.

Bisa kulihat ketiga makhluk itu kewalahan menghadapi serangan nyai emas dengan sepasang pedang dikedua tangannya. Eh, maaf. Sepasang tangan yang berbentuk pedang maksudnya.

Suara teriakan dan geraman dari ketiga makhluk itu saling bersahutan dengan suara teriakan melengking nyai emas.

Dan, nyai emas berhasil mengalahkan ketiga serangkai itu.

Dengan suara geraman yang mungkin, kalau dibahasa manusia berbunyi, "awas lu, gue aduin ke bapak gue lu ya,"

Ketiga serangkai itu bergerak mundur dan perlahan menghilang lenyap.

Aku yang sedari tadi menonton pertarungan antara nyai emas dengan ketiga makhluk raksasa itu dengan sedikit menahan nafas. Kini bisa bernafas dengan normal melihat akhir dari pertarungan itu.

Nyai emas terbang perlahan mendekatiku.

Sambil tersenyum ia lalu berkata.

"Tuan, musuh sudah berhasil saya kalahkan. Tapi, tenaga saya saya juga ikut melemah karena pertarungan tadi. Jadi mulai dari sekarang, saya tidak bisa membantu Tuan lagi menghadapi gangguan-gangguan yang nantinya akan datang. Sekali lagi saya minta maaf, Tuan," kata nyai emas sambil sedikit membungkuk.

Aku lalu berkata cepat.

"Tidak apa-apa nyai. Sekarang nyai bisa beristirahat di dalam tubuhku. Mudah-mudahan, aku bisa melewati semua gangguan yang akan datang."

Nyai emas mengangguk.

Dan wujudnya perlahan menjelma menjadi asap tipis lalu masuk ke dalam tubuhku.

Samar-samar aku masih bisa mendengar nyai emas berkata.

"Meskipun saya sudah tidak bisa membantu Tuan lagi. Tapi kekuatan saya masih bisa tuan gunakan,"

"Baik, nyai. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih," kataku.

Tak ada sahutan dari nyai emas.

"Mungkin dia sudah beristirahat," gumamku.

Aku lalu melihat ke sekeliling.

Pandanganku kini sudah tidak seterang tadi. Kini semuanya sudah berubah menjadi seperti pemandangan di sore hari yang mendung.

"Bisa jadi di sini juga karena efek nyai emas yang kelelahan,"kataku dalam hati setelah melihat hal ini.

"Oke, sekarang ke mana aku harus pergi ya,"

Setelah menengok ke kanan dan ke kiri, aku lalu memutuskan untuk berjalan ke sebuah arah, yang menurut firasatku ini adalah jalan keluarnya.

Aku saat itu masih tidak sadar, bahwa langkah kakiku, ternyata sedang dituntun oleh seseorang.





***
zaenudinaja0024
sulkhan1981
ferist123
ferist123 dan 53 lainnya memberi reputasi
54
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.