- Beranda
- Stories from the Heart
Warisan Cenayang Season 2
...
TS
adnanami
Warisan Cenayang Season 2

Petani Gaib di Coban Rondo
Kisah ini adalah kisah yang terselip dan terlewatkan di season 1, sehingga aku ceitakan di season 2 saja.
***
Usiaku kala itu masih remaja, kira - kira 16 tahun. Aku duduk di bangku SMA. Kebetulan ekstrakulikuler teater tengah mengadakan workshop seni peran yang terbuka untuk seluruh siswa di sekolahku. Acara tersebut dilaksanakan di Coban Rondo Malang.
Aku memutuskan untuk ikut saja, karena tampaknya acara ini akan sangat seru. Disana kita akan menginap selama tiga hari dua malam. Malam pertama kita menginap di tenda yang dibangun di atas rumput hijau area bumi perkemahan Coban Rondo. Beranggotakan 30-an orang lebih, kita tidur dalam satu tenda besar dengan penerangan lampu yang cukup.
Pukul 11 malam, kami dibangunkan oleh suara lelaki yang membuat para peserta workshop terkesiap kaget hingga membuka mata. Ternyata suara itu adalah suara guru kami yang memerintahkan kami melakukan penjelajahan malam menyusuri area Coban. Coban adalah air terjun dalam bahasa Jawa.
Aturan pertama kita dibagi menjadi berkelompok yang masing - masing regu berisikan 8 orang. Kita harus jalan tanpa alas kaki, dengan jarak 2 meter antar anggota kelompok. Pembawa lampu senter haruslah orang yang berada di barisan paling belakang dan depan saja, sedangkan yang di tengah tidak membawa penerangan apapun. Posisiku ada di tengah. Sempat tersisip rasa sesal di hatiku, kenapa ikut acara beginian dengan aturan yang absurd, tanpa tau tujuan yang jelas dari kegiatan ini.
Hujan rintik - rintik turun di tengah malam, membuat jalan aspal yang menanjak menuju arah air terjun digenangi air hujan. Kakiku yang tak memakai alas ini sesekali menginjak kerikil - kerikil tajam dan genangan air kotor, membuat rasa sakit ikut terasa sehingga diriku lebih waspada. Tak ada penerangan lampu disini, suasana amat gelap di tengah hutan rimba yang banyak sekali ditumbuhi pohon - pohon besar disisi kanan dan kiri. Tak bisa kupungkiri ada rasa jika banyak yang memperhatikan kami dari atas bukit di sekeliling regu kami berjalan. Namun aku sengaja untuk tidak menoleh maupun memfokuskan pandanganku pada mereka.
Hal ini wajar, jam sudah menunjukkan angka 12 dan kita memasuki wilayah aktifitas 'mereka'. Pak guru di tempat pemberangkatan tadi melarang semua murid untuk mengarahkan sorot lampu senter ke atas. Aku paham namun hanya diam. Tujuannya pasti agar tidak mengganggu para penghuni hutan dan makhluk yang menjadikan pohon - pohon itu sebagai singgasananya.
Salah satu dari anggota reguku sedang datang bulan. Bau darahnya memancing bangsa 'mereka' untuk memperhatikan gerak - geriknya. Benar saja, di post terakhir sebelum sampai ke Coban kita berkumpul dan dia bercerita bahwa seperti ada orang di belakangnya padahal dia adalah orang di barisan terakhir dan jarak antara regu satu dengan regu lainnya sekitar 1 km. Jadi tidak mungkin ada manusia yang ikut berjalan di belakangnya. Aku yang mendengar itu, tak mau memperkeruh suasana.
Selesai acara yang digelar di dekat air terjun, kita pulang bersama - sama menuju ke tenda tanpa aturan seperti yang tadi. Kita berjalan bebas sambil ngobrol. Tak kusangka, di suasana remang - remang hutan pujon ini, ada makhluk sangat besar. Mungkin ukurannya dua puluh kali lipat ukuran manusia, dia bak raksasa, tingginya hampir menyamai pohon berusia ratusan tahun yang tumbuh di hutan ini, dia memakai topi caping dengan celana pendek dan berkaus seperti petani di dunia manusia. Dia tengah merawat ladangnya (secara gaib) yang secara mata telanjang hanya tampak seperti bukit yang tinggi. Aku terkejut, begitu pun dengan dia. Petani gaib itu melihat ke arah kami yang berjumlah puluhan orang, dia pun berubah menjadi wujud transparan lalu menghilang.
Bersambung
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Polling
0 suara
Mau dibikin kayak apa thread cenayang ini?
Diubah oleh adnanami 26-03-2021 09:02
joyanwoto dan 25 lainnya memberi reputasi
24
9.7K
140
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
adnanami
#71
Rolland dan Mata Ketiganya
Setelah kejadian dimatikannya lampu kamar mandi itu, godaan - godaan mati lampu mulai berkurang. Mereka mendengar apa kataku, tapi sekarang bukan lampu yang dijadikan sarana menggoda, melainkan benda dalam kamar mandi yang seringkali bergoyang sendiri tanpa ada angin yang berhembus menghempasnya. Tanpa ada cicak yang menyenggolnya dan entah siapa yang sengaja menggodaku saat malam jika aku masuk toilet. Kucoba cuek saja, karena mereka akan semakin senang jika aku tanggapi.
Sekarang giliran Rolland yang nampaknya mulai menunjukkan tanda - tanda keaktifan mata ketiganya. Ketika dia menginap di rumah, saat hari mulai gelap. Ada saja yang dia katakan.
Bocah kecil tak berdosa yang masih polos dan tidak sama sekali punya niat berbohong. Dengan tingkah alami yang tak bisa dibuat - buat. Rolland melihat isi kolam ikan di dekat dapur. Kepalanya mendongak ke atas, tampak terkejut. Langkah kaki mungilnya berjalan agak setengah berlari menuju kamarku. Disana ada Ibu. Rolland bilang, "Uti ... ada hantu!"
Tanggapan Ibuku : "Dimana?"
Rolland : "Di dapur, duduk di atas"
Padahal bagian atas dapurku tidak ada apapun, hanya plafon dan lampu yang lama tak pernah menyala karena kabelnya korslet. Memang agak gelap, berdebu dan jarang dipakai. Ibu lebih sering memasak di dekat meja makan ketimbang di dapur. Melihat gelagatnya yang tampak terengah - engah itu, aku meyakini apa yang dia katakan itu benar.
Selama mereka tidak membuat kita semua celaka dan terganggu, it's ok!!
Next chapter
Sekarang giliran Rolland yang nampaknya mulai menunjukkan tanda - tanda keaktifan mata ketiganya. Ketika dia menginap di rumah, saat hari mulai gelap. Ada saja yang dia katakan.
Bocah kecil tak berdosa yang masih polos dan tidak sama sekali punya niat berbohong. Dengan tingkah alami yang tak bisa dibuat - buat. Rolland melihat isi kolam ikan di dekat dapur. Kepalanya mendongak ke atas, tampak terkejut. Langkah kaki mungilnya berjalan agak setengah berlari menuju kamarku. Disana ada Ibu. Rolland bilang, "Uti ... ada hantu!"
Tanggapan Ibuku : "Dimana?"
Rolland : "Di dapur, duduk di atas"
Padahal bagian atas dapurku tidak ada apapun, hanya plafon dan lampu yang lama tak pernah menyala karena kabelnya korslet. Memang agak gelap, berdebu dan jarang dipakai. Ibu lebih sering memasak di dekat meja makan ketimbang di dapur. Melihat gelagatnya yang tampak terengah - engah itu, aku meyakini apa yang dia katakan itu benar.
Selama mereka tidak membuat kita semua celaka dan terganggu, it's ok!!
Next chapter
Diubah oleh adnanami 30-12-2020 17:54
banditos69 dan 3 lainnya memberi reputasi
4