bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
Nyi Ratu "BLORONG" [Based On True Story]
KITA LANJUT UNTUK THREAD SELANJUTNYA, CERITA INI DIKISAHKAN DARI KAWAN LAMA SAYA YANG SEKARANG SUDAH TUA. AMBIL HIKMAHNYA SAJA..

.


INDEX


Part. 1

Part. 2

Part. 3

Part. 4

Part. 5

Part. 6

Part. 7

Part. 8

Part. 9

Part. 10 . END

Diubah oleh bayubiruuuu 20-11-2020 03:48
cheria021
fakhrie...
gendroyono
gendroyono dan 64 lainnya memberi reputasi
61
53.3K
298
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
#275
10. END

"Wes cukup, gak usah diterusno. Iki santriku" (sudah cukup, tidak usah diteruskan. Ini santriku) Kata kiai Sofyan dengan mengarahkan telapak tangannya kedepan rombongan Nyi Blorong.

"Wong tuek iki ...heeeemmm. Awas koen... Awas koen... Awas koen" (orang tua ini, heeemmm. Awas kamu...awas kamu...awas kamu) Jawab Nyi Blorong dengan menggeram marah, dan mengacungkan tangannya kepada kiai Sofyan.

Perlahan Nyi Blorong mundur bersama pasukannya pelan-pelan sampai akhirnya ia menghilang ditelan kegelapan malam. Kiai Sofyan hanya tersenyum melihat kegusaran Nyi Blorong. Moden yang bersembunyi dibalik tubuh kiai Sofyan dibuat heran, ada apa dengan kiai Sofyan yang terkenal melarat ini sampai Nyi Blorong tidak mau berurusan dengan beliau. Moden yang heran dan makin penasaran masih berdiri dibelakangnya kiai Sofyan memberanikan diri untuk bertanya,,,

"Kok saget ngonten kiai"(kok bisa begitu kiai). Tanya Moden dengan menatap sang kiai sepuh

"Wes ora usah dibahas, ayo melbu ngurusi adekmu wae den" (wes ora usah dibahas, ayo melbu ngurusi adekmu wae den). Jawab kiai Sofyan

"Nggih kyai" (iya kiai). Jawab moden yang pelan dan patuh, karena moden sendiri tak berani bertanya lebih jauh lagi.

FYI. Menurut beberapa sumber orang terdekat sang Kiai, disaat kiai Sofyan masih muda pernah berurusan dengan Nyi Blorong, mereka sempat berselisih pada akhirnya mereka berdua bertarung. Sekian lama pertarungan akhirnya dimenangkan kiai Sofyan, selanjutnya mereka berdua membuat perjanjian bahwa kaum Nyi Blorong beserta pengikutnya tak akan menggangu keluarganya ataupun santrinya kiai Sofyan, begitu juga kiai sofyan tidak akan menggangu pekerjaan Nyi Blorong bersama pengikutnya.

Mereka berdua kembali keruang tengah, malam itu juga kiai sofyan memberikan minum dan do'a kepada Udin. Selanjutnya mereka semua diajak ritual bersama kiai Sofyan untuk membersihkan diri mereka, dari tanda tumbal yang sudah disematkan pada semua keluarga Udin. Penyemat dalam keluarga udin tak lain ialah Sarji sendiri, sewaktu masih hidup. Malam itupun Udin beserta keluarganya tidur dirumah kiai Sofyan, moden sendiri ikut menemani keluarga adiknya.

Menjelang subuh sekitar jam tiga dini hari, Udin yang sudah tidur dengan lelap diruang tengah tiba-tiba berteriak histeris dengan mata masih terpejam,...."Ayoo...Ayooo...Jiiiii...jiiiiii....Jiiii...huuu...huuu..huuu!!!"

Semua yang berada dirumah itu bangun dan mendatangi Udin, mereka melihat Udin berteriak dan menangis histeris dalam tidur,"Tangi pak...tangi pak!!!enek opo???" (bangun pak...bangun pak!!! Ada apa??". Tanya istri Udin yang sudah berada disampingnya

Udin yang terbangun seketika dan langsung duduk, moden yang sudah dari siaga disamping udin dengan segera memberikan segelas air putih kepadanya..."diombe sek din" (diminum dulu din). Sehabis minum air putih, kedua mata Udin mulai berkaca-kaca serta bibirnya bergetar. Lalu dengan perlahan ia mulai bercerita...

"Ya allah,,,aku delok Sarji karo Retno podo cancang dirante sikile, tangane, terus gulune. Wong loro iku digiring ngidul lewat dalan gede seng ape melbu istana gede. Arek loro bengok-bengok jaluk tulung, tapi seng nyeret menungso papat tapi ndase ulo kabeh. Wong loro iku yo di pecuti ambi digepuk'i gae godo nek mari bengok-bengok. Rasane koyok nyoto temenan arek loro iku digowo neng istanae Blorong. Tapi pas waktu aku ape narik tangane Sarji wes ora iso... Masya allah....huuu..huuu...huuu" (Ya...allah, aku melihat Sarji sama Retno di ikat, dirantai kakinya, tangannya, terus lehernya. Dua orang itu digiring keselatan lewat jalan besar yang mau masih istana besar. Anak dua itu teriak-teriak minta tolong, tapi yang menarik manusia empat tapi kepalanya ular semua. Dua orang itu ya dicambuk sama dipukuli memakai gada jikalau selesai berteriak-teriak. Rasanya seperti nyata beneran anak dua itu dibawa ke istananya blorong. Tapi waktu aku mau Tarik tangannya Sarji sudah tidak bisa). Terang Udin yang masih duduk dengan meneteskan air mata.

"Bener din ngipimu iku, pancen ngunu nek mari melu pesugihane Blorong. Yo untung awakmu iso slamet, meski awakmu ora melu kancamu" (benar din mimpimu itu, memang begitu kalau habis ikut pesugihane blorong. Yo untung awakmu iso slamet, meski tidak ikut temanmu). Jelas kiai Sofyan yang sudah berada didepan Udin

"Ngonten nggih yai" (begitu ya kiai). Jawab Udin dengan tatapan sedih dan meneteskan air mata

"Mek sitik sing iso slamet soko Blorong Din, akeh – ekehe gak slamet seng melu pesugihane Blorong" (hanya sedikit yang bisa selamat dari blorong Din, kebanyakan tidak selamat yang ikut pesugihane Blorong). Tegas kiai Sofyan lagi

"Wes awakmu gawien sholat bengi sak iki, awakmu wes aman. Iku mau mung tondo nyatane kancamu iku wes melbu nang alame Blorong." (sudah kamu pakai sholat malam sekarang, kamu sudah aman. Itu tadi cuma tanda, nyatanya temanmu itu sudah masuk ke alamnya Blorong). Jelas kia Sofyan.

Pagi hari Udin kembali pulang kerumah, memang benar kata kiai Sofyan saat itu Udin sekeluarga sudah aman. Tapi dirumahnya saat pagi hari itu bau amis yang berasal dari rumah almarhum Sarji mulai menggangu. Begitupun kalau menjelang malam bau busuk dari belakang rumah Udin berhamburan kesegala arah, banyak tetangga awalnya mengira hanya bangkai tikus atau hewan lain. Tapi anehnya bau ini semakin malam semakin menyebar kepenjuru gang dan aroma busuknya semakin kuat.

Disore hari saat Sri memasak didapur iapun sempat melihat bayangan Retno yang sudah menjadi pocong berada dibawah pohon keres, awalnya Sri tidak percaya hal demikian. Tapi semenjak meninggalnya Retno kini ia merasa bisa merasakan kehadiran temannya. Sri sendiri sering kaget serta ketakutan saat ada suara suara menyerupai Retno yang memanggilnya tiba-tiba muncul. Bahkan ketiga anak-anak Udin disore hari saat bermain dibelakang rumah juga sempat melihat sekelebat bayangan sosok Sarji yang berjalan mondar mandir. Malam hari itu juga Sri langsung mengadu kepada suaminya akan keadaan yang dirasakan Sri dan anak-anaknya.

Sejak hari itu kejadian demi kejadian yang menimpa Udin dan keluarganya, gangguan dari keluarga almarhum Sarji dan Retno semakin meningkat. Sering kali penampakan dan aktifitas yang tidak selayaknya dibelakang rumahnya terjadi. Eksistensi Sarji dan Retno membuat Udin serta anak istrinya tidak nyaman lagi berada dirumahnya. Untungnya untuk Nyi Blorong sendiri sudah tidak pernah meneror keluarga Udin lagi.

Dengan keadaan sudah sedemikian rupa, selang tiga hari kemudian Udin memutuskan untuk menjual rumahnya meski dengan harga agak murah. Saat itu Udin tidak berusaha untuk membersihkan rumahnya karena ada beberapa alasan juga. Yang utama Udin ingin menghilangkan kenangan yang buruk bersama keluarga Sarji, lalu ia juga ingin hidup tenang dan membuka lembaran baru ditempat baru.

Sejak Udin pindah, ia tak lagi berurusan lagi dengan kerabat Sarji maupun Ronald. Untuk harta kedua orang temannya ini yang menjadi pemuja Blorong dengan cepat habis entah kemana, Udinpun sudah tak memperdulikan hal itu. Karena sampai saat ini jika terkenang masa lalunya ia akan merasa takut dan sedih kembali.

Setelah terjual rumahnya Udin sendiri, ia pindah ke desa sebelah. Tepatnya dekat rumah kiai Sofyan. Hingga sampai saat ini Udin dan Sri sudah menua, mereka tetap bekerja seadaanya. Untuk anak-anaknya sekarang sudah menikah semua dan tinggal jauh dari Udin dan Sri. Sekarang mereka berdua juga sudah menjadi kakek nenek didesa kiai Sofyan dan bisa hidup dengan tenang. Selama ini juga mereka hidup sederhana, serta mengabdikan diri untuk Mushola kiai Sofyan dan kegiatan keagamaan dilingkungan sekitar tempat tinggalnya.

---TAMAT---
Diubah oleh bayubiruuuu 20-11-2020 03:42
mincli69
anwaranwar93
eni050885
eni050885 dan 6 lainnya memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.