- Beranda
- Berita dan Politik
Media Inggris Beritakan Batu Meteor Jatuh di Tapteng Laku Rp 26 M, Benarkah?
...
TS
rs2006
Media Inggris Beritakan Batu Meteor Jatuh di Tapteng Laku Rp 26 M, Benarkah?

Batu yang menimpa rumah Josua Hutagalung. (Abdi Somat Hutabarat/detikcom)
Jakarta -
Masih ingat dengan berita seorang warga Sumatera Utara yang membuat heboh karena menyebut rumahnya ditimpa meteor? Pria itu kini dilaporkan kaya mendadak setelah batu meteor yang menimpa rumahnya pada Agustus lalu, telah dibeli dengan harga fantastis oleh seorang kolektor asal Amerika Serikat.
(Update: Saat dihubungi detikcom, Joshua membantah pemberitaan yang menyebut batu tersebut laku Rp 26 miliar. Dia menyatakan batu itu laku Rp 200 juta, dan pembelinya adalah seorang bule yang sedang berada di Bali)
Pria itu bernama Josua Hutagalung. Dia menyatakan rumahnya yang terletak di Dusun Sitambarat, Kolang, Tapanuli Tengah (Tapteng), ditimpa batu meteor pada Sabtu, 1 Agustus lalu, pukul 16.30 WIB.
"Iya benar, kejadiannya ada meteor jatuh," kata Josua kepada wartawan saat itu.
Pemilik usaha peti mati ini mengungkapkan awalnya ia mendengar suara riuh di langit saat ia berada di belakang rumahnya. Tidak berselang lama, dentuman keras pun terdengar tepat di samping rumahnya. Saat dicek, atap rumahnya antara ruang tengah dan dapur sudah bolong.
Setelah dicek, dia mendapati tanah di rumahnya sudah berlubang sedalam lebih-kurang 15 sentimeter atau seukuran sejengkal orang dewasa. Tanah sekitar lubang itu, menurutnya, juga tampak mengering.
Sejumlah media Inggris seperti The Sun memberitakan pada Selasa (17/11) bahwa batu meteor itu dibeli seorang kolektor dari Amerika Serikat dengan harga 1,4 juta poundsterling (sekitar Rp 26 miliar). Menurut The Sun, setelah analisis, meteorit tersebut diklasifikasikan sebagai CM1/2 karbonan Chondrite, varietas yang sangat langka yang diyakini para ilmuwan mengandung asam amino unik dan elemen primordial lain yang diyakini menjadi benih kehidupan di awal tata surya.
Seperti diberitakan The Sun dalam artikelnya yang berjudul"DEAD LUCKY Indonesian coffin maker becomes instant millionaire after £1.4million SPACE ROCK crashes through his roof", seorang ahli meteorit Jared Collins, yang berbasis di Bali, dikirim oleh kolektor AS bernama Jay Piatek untuk mengamankan meteorit langka tersebut, sekaligus melakukan negosiasi harga.
"Ponsel saya menyala dengan tawaran gila bagi saya untuk naik pesawat dan membeli meteorit itu," ujar Collins.
"Itu terjadi di tengah-tengah krisis COVID dan terus terang itu terjadi antara membeli batu untuk diri saya sendiri atau bekerja dengan ilmuwan dan kolektor di AS," imbuhnya.
"Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Josua, yang ternyata adalah negosiator yang cerdik," tuturnya.
Collins kemudian mengirimkan batu luar angkasa itu ke Amerika Serikat, yang dibeli oleh seorang kolektor AS yang menyimpannya dalam nitrogen cair di Pusat Studi Meteorit di Arizona State University.
Media Inggris lainnya, Daily Mail juga memberitakan terjualnya batu meteor tersebut dalam artikel bertajuk "Indonesian man becomes an instant millionaire as meteorite worth £1.4m crashes through his roof".
https://news.detik.com/internasional...-26-m-benarkah
font merah :
mana yang bener? laku 200 juta atau laku 26m?
atau jangan2.. batunya dibeli sama bule 200jt di inggris... lalu oleh bule itu dijual lagi 26m..
wkoakokaokwoak si bule menang banyak
lanjutan kisah meteor di post #25
https://www.kaskus.co.id/show_post/5fb60e89facb954e9520fb1c/25/-
Diubah oleh rs2006 19-11-2020 13:21
User telah dihapus dan nomorelies memberi reputasi
2
1.8K
43
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
691.4KThread•56.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rs2006
#25
Lanjutan kisah meteor 200juta
Meteorit Jatuh di Sumut hingga Dijual Rp 200 Juta, Kok Lapan Nggak Tahu?
Tim detikcom - detikNews
Kamis, 19 Nov 2020 12:18 WIB
Josua Hutagalung, penemu batu meteor asal Sumatera Utara. (BBC Magazine)
Jakarta - Seorang warga bernama Josua Hutagalung mengaku menjual meteorit yang menimpa rumahnya seharga Rp 200 juta. Batu dari langit itu dijual Josua kepada seorang warga negara asing (WNA). Apa kata Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)?
"Kita tidak dapat informasi, kan tidak tahu informasi, jadi kalau warga menyimpan sesuatu setelah itu melakukan transaksi kan kita nggak tahu. Tapi kalau mereka melaporkan baru, kita kan nggak tahu, harus ada yang ngomong menginformasikan kita dapat ini, kita sarankan laporkan ke instansi terkait," ujar Koordinator Bidang Kehumasan Lapan, Jasyanto, kepada wartawan, Kamis (19/11/2020).
Jasyanto mengatakan Lapan hanya bisa memantau perlintasan antariksa. Namun, untuk melakukan penelitian, menurut dia, ada lembaga lain yang memang memiliki alat untuk meneliti jenis-jenis bebatuan.
"Kita melihat meteornya mengamati perlintasan benda jatuh, kita kan punya aplikasi mengamati benda jatuh antariksa. Cuma pergerakan meteor ini ada juga kita kasih info bahwa akan terjadi hujan meteor, itu dari peneliti astronomi kita," ucapnya.
Lantas bagaimana pemantauan meteor yang jatuh di rumah Josua di Tapanuli Tengah, Sumut?
"Kan kita menginformasikan ke masyarakat kan kita nggak tahu, hujan meteor nih sekarang, kan kadang jatuhnya ke laut kita nggak bisa tahu kan, kebetulan ini jatuhnya di darat kan jadi bisa diambil. Sepanjang yang namanya benda jatuh kita hanya lintasannya yang kita informasikan," paparnya.
Jasyanto mengingatkan, jika ada warga yang menemukan benda-benda asing, sebaiknya melapor ke pihak terkait sehingga ada tindak lanjut penelitian yang diambil pihak berwenang.
"Yang kita sarankan memang kalau warga dapat begitu sebaiknya menghubungi instansi terkait, instansi terkait itu bisa aja kepolisian, nanti polisi kan akan menghubungi, misalnya instansi yang di Bandung itu, nanti kan perlu tes atau apa kan dari mereka yang punya ada tes kebatuan. Itu sudah kita sarankan seperti itu ke masyarakat karena kita kan kalau ada aneh-aneh kan terkait antariksa dugaan, sampaikan ke pihak terkait supaya bisa diantisipasi. Tapi mereka kan menyimpan, kalau menyimpan kan kita nggak tahu, tahu-tahu munculnya setelah ada deal," jelas dia.
Sebelumnya, batu meteorit tersebut jatuh menimpa rumah Josua di Kolang, Tapanuli Tengah, Sabtu (1/8) sore. Saat itu, Josua mengaku mendengar suara riuh dari langit.
Dia kemudian mendengar suara dentuman keras. Saat dicek, atap rumahnya antara ruang tengah dan dapur sudah bolong.
Dia juga menemukan tanah di rumahnya sudah berlubang sekitar 15 cm. Tanah di sekitar lubang itu terlihat mengering. Josua mengatakan batu meteorit itu awalnya terasa panas saat baru ditemukan.
detikcom saat itu telah menghubungi Lapan untuk mengkonfirmasi kabar ada batu meteor jatuh di Tapteng. Koordinator Bidang Kehumasan Lapan, Jasyanto, saat itu mengatakan belum bisa menyebut batu itu meteor. Dia mengatakan tak bisa mengidentifikasi batu tersebut lewat foto.
"Kami belum bisa identifikasi karena belum lihat langsung," kata Jasyanto seraya meminta mengecek ke situs lapan.go.id soal informasi ada-tidaknya benda langit jatuh di wilayah Indonesia.
https://news.detik.com/berita/d-5261285/meteorit-jatuh-di-sumut-hingga-dijual-rp-200-juta-kok-lapan-nggak-tahu
Meteorit Jatuh di Sumut hingga Dijual Rp 200 Juta, Kok Lapan Nggak Tahu?
Tim detikcom - detikNews
Kamis, 19 Nov 2020 12:18 WIB
Josua Hutagalung, penemu batu meteor asal Sumatera Utara. (BBC Magazine)
Jakarta - Seorang warga bernama Josua Hutagalung mengaku menjual meteorit yang menimpa rumahnya seharga Rp 200 juta. Batu dari langit itu dijual Josua kepada seorang warga negara asing (WNA). Apa kata Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)?
"Kita tidak dapat informasi, kan tidak tahu informasi, jadi kalau warga menyimpan sesuatu setelah itu melakukan transaksi kan kita nggak tahu. Tapi kalau mereka melaporkan baru, kita kan nggak tahu, harus ada yang ngomong menginformasikan kita dapat ini, kita sarankan laporkan ke instansi terkait," ujar Koordinator Bidang Kehumasan Lapan, Jasyanto, kepada wartawan, Kamis (19/11/2020).
Jasyanto mengatakan Lapan hanya bisa memantau perlintasan antariksa. Namun, untuk melakukan penelitian, menurut dia, ada lembaga lain yang memang memiliki alat untuk meneliti jenis-jenis bebatuan.
"Kita melihat meteornya mengamati perlintasan benda jatuh, kita kan punya aplikasi mengamati benda jatuh antariksa. Cuma pergerakan meteor ini ada juga kita kasih info bahwa akan terjadi hujan meteor, itu dari peneliti astronomi kita," ucapnya.
Lantas bagaimana pemantauan meteor yang jatuh di rumah Josua di Tapanuli Tengah, Sumut?
"Kan kita menginformasikan ke masyarakat kan kita nggak tahu, hujan meteor nih sekarang, kan kadang jatuhnya ke laut kita nggak bisa tahu kan, kebetulan ini jatuhnya di darat kan jadi bisa diambil. Sepanjang yang namanya benda jatuh kita hanya lintasannya yang kita informasikan," paparnya.
Jasyanto mengingatkan, jika ada warga yang menemukan benda-benda asing, sebaiknya melapor ke pihak terkait sehingga ada tindak lanjut penelitian yang diambil pihak berwenang.
"Yang kita sarankan memang kalau warga dapat begitu sebaiknya menghubungi instansi terkait, instansi terkait itu bisa aja kepolisian, nanti polisi kan akan menghubungi, misalnya instansi yang di Bandung itu, nanti kan perlu tes atau apa kan dari mereka yang punya ada tes kebatuan. Itu sudah kita sarankan seperti itu ke masyarakat karena kita kan kalau ada aneh-aneh kan terkait antariksa dugaan, sampaikan ke pihak terkait supaya bisa diantisipasi. Tapi mereka kan menyimpan, kalau menyimpan kan kita nggak tahu, tahu-tahu munculnya setelah ada deal," jelas dia.
Sebelumnya, batu meteorit tersebut jatuh menimpa rumah Josua di Kolang, Tapanuli Tengah, Sabtu (1/8) sore. Saat itu, Josua mengaku mendengar suara riuh dari langit.
Dia kemudian mendengar suara dentuman keras. Saat dicek, atap rumahnya antara ruang tengah dan dapur sudah bolong.
Dia juga menemukan tanah di rumahnya sudah berlubang sekitar 15 cm. Tanah di sekitar lubang itu terlihat mengering. Josua mengatakan batu meteorit itu awalnya terasa panas saat baru ditemukan.
detikcom saat itu telah menghubungi Lapan untuk mengkonfirmasi kabar ada batu meteor jatuh di Tapteng. Koordinator Bidang Kehumasan Lapan, Jasyanto, saat itu mengatakan belum bisa menyebut batu itu meteor. Dia mengatakan tak bisa mengidentifikasi batu tersebut lewat foto.
"Kami belum bisa identifikasi karena belum lihat langsung," kata Jasyanto seraya meminta mengecek ke situs lapan.go.id soal informasi ada-tidaknya benda langit jatuh di wilayah Indonesia.
https://news.detik.com/berita/d-5261285/meteorit-jatuh-di-sumut-hingga-dijual-rp-200-juta-kok-lapan-nggak-tahu
0