Selamat pagi, siang dan malam buat agan dan sista yang membaca tulisan saya ini. Tulisan ini saya buat karena adanya RUU Tentang Minuman beralkohol. RUU minuman beralkohol in bisa saja menyasar minuman beralkohol tradisional yang diproduksi oleh masyarakat. Di negara Indonesia yang kita cintai ini terdapat berbagai macam minuman beralkohol yang dibuat masyarakat secara tradisional dan sudah sejak lama diproduksi dan diminum oleh masyarakat. Minuman beralkohol ini juga digunakan untuk berbagai keperluan seperti sebagai minuman penghangat badan, mencuci luka, dan keperluan adat istiadat.

Salah satu minuman beralkool yang akan kita bahas adalah tuak. Minuman tuak ini berasal dari daerah Sumatera Utara khususnya daerah Tapanuli, Toba, Samosir dan beberapa daerah lainnya

Tuak ini adalah air atau getah yang dihasilkan oleh pohon enau atau aren. Pada saat pohon enau sedang bebuah maka bonggol dari buah enau tersebut akan dipotong atau diiris. Hasil dari sayatan inilah yang menghasilkan getah. Getah atau air ini berwarna putih seperti susu dan berasa manis. Getah ini biasanya ditampung selama 12 jam. Orang yang mengambil getah ini atau lajim disebut sebagai paragat. Orang tersebut akan mengiris pangkal bonggol buah enau pada pagi hari lalu sore harinya akan kembali memanjat pohon enau untuk mengambil getah/air yang sudah terkumpul.

Air nira yang sudah terkumpul akan dibawa pulang dan selanjutnya akan diproses. Air nira yang baru ditampung masih berasa manis. Agar tidak berasa manis maka ditambahkan kulit pohon yaitu ulit pohon raru. Raru ini akan direndam selama satu malam di air getah tuak tersebut. Hal ini berfungsi untuk agar tuak tidak terasa manis dan bisa tahan lama dan tidak mudah untuk basi 

Bagaimana dengan persentase alkohol yang ada didalam tuak?
Belum ada yang bisa menjawab dengan pasti dan belum ada penelitian ilmiah untuk mengetahui persentase alkohol pada miuman tuak tersebut. Kemungkinan kandngan alkoholnya tidak terlalu banyak karena diprses secara alami dan tidak
melalui proses penyulingan seperti arak bali.