TIMUR TERLARANG (Larilah Kemanapun Selain ke Arah Timur)
TS
User telah dihapus
TIMUR TERLARANG (Larilah Kemanapun Selain ke Arah Timur)
Hai agan dan sista sejagad Kaskus Raya, sudah lama saya menjadi pembaca setia SFTH. Dan pada kesempatan kali ini, saya merasa terpanggil untuk menghangatkan forum ini terutama cerita dengan kategori misteri.
Cerita ini adalah cerita pertama saya di forum Stories From The Heart, kritik dan dukungan gansis semua sangat mendorong saya untuk menyelesaikan cerita yang sudah saya mulai. Dan saya harap toleransi terhadap Hak Cipta dapat kita bangun dengan baik di forum terbaik milik kita ini.
Cerita direkomendasikan untuk 15+ ya gansis
Selamat membaca dan selamat menggelar tikar dengan nyaman gansis!
Pukul 2.30 pagi kami sudah memasuki daerah yang kami tuju.
Karena aku sudah bergantian menyetir dengan Yuka, maka tinggal aku yang terjaga dengan menyetir pelan mobil yang mulai memasuki sebuah desa yang cukup gelap dengan minimnya penerangan di sepanjang jalan yang kami lalui.
Aku menghentikan mobil di depan sebuah bangunan yang memiliki tembok tinggi menjulang.
Bangunan ini terlihat seperti sebuah pabrik yang sudah tua tetapi masih beroperasi.
"Yuk, Yuka, Yuka, bangun bangun! udah sampe nih kayaknya", aku mencoba membangunkan Yuka yang tertidur di jok sebelahku.
"Udah sampe mana ga?”, sahut Rena dari jok belakang.
"Kayaknya ini deh pabriknya, soalnya di pengkolan sana aku liat ada spanduk dengan nama perusahaan kita", sahutku dengan mencari petunjuk ke sekitar bangunan.
Tiba-tiba saja kaca mobil di sebelahku diketuk oleh seorang Pria Tua yang memakai jaket tebal.
"Tok-tok", ketukan pelan mengagetkan kami bertiga, sementara Yuka masih tertidur pulas disampingku.
Dengan panik aku membuka kaca jendela mobil dan seketika terlihat wajah dari Pria Tua tersebut.
“Golet apa mas? (cari apa mas?)”, tanya Pak Tua tadi menggunakan bahasa jawa khas daerah perbatasan.
Aku yang sudah siap dengan ribuan jawaban akhirnya menjelaskan siapa kami dan apa tujuan kami kesini.
Setelah aku menjelaskan semuanya dengan rinci, Pria Tua yang kami ketahui bernama Pak Jum itu terlihat kebingungan sampai mundur beberapa langkah ke belakang.
Pak Jum terdiam beberapa saat, sampai akhirnya dia kembali memperhatikan kami yang masih berada di dalam mobil dengan muka penuh tanda tanya.
Aku menoleh ke jok belakang, pandanganku bertabrakan dengan kedua teman perempuanku yang melihatku dengan rasa penasaran kenapa Pak Jum bertingkah aneh seperti itu.
Untuk mencairkan suasana, aku segera membuka pintu dan turun dari mobil dengan segera.
Aku langsung mendekat ke arah Pak Jum yang masih terdiam di tempatnya yang kira-kira berjarak 3 meter dari mobil kami.
"Pak! Pak! Ada apa ya? Kami benar dari Bandung, maaf kami datang jam segini", aku mencoba menyambung obrolan.
"Gapapa mas, saya cuma heran saja kenapa rombongan kedua datang telat sekali, padahal yang di depan udah dateng jam 12 tadi", timpal Pak Jum dengan senyum keheranan.
"Rombongan kedua? Sebenarnya apa maksud Pak Jum?", gumamku dalam hati.
Kemudian Pak Jum menjelaskan lagi lebih detail bahwa pada pukul 12 malam tadi, ada rombongan menggunakan bus yang berisi sekitar 12 orang yang mengaku dari Kota Bandung dan akan bekerja disini.
Dan seperti saat kami tiba tadi, Pak Jum menanyakan perihal keperluan rombongan itu datang ke sini.
"Sudah saya antar mereka ke mess mas, sekarang mungkin sedang istirahat", Pak Jum mengkonfirmasi kejanggalan yang terjadi.
Aku yang keheranan dengan cerita Pak Jum hanya bisa berpikir dengan rumit.
Setahuku, tidak ada penambahan karyawan lain dari kantor pusat untuk bekerja disini, dan tentu hanya kami berempat selaku staf kantor yang dikirim ke sini.
Lagi pula, perusahaan kami tidak memiliki kendaraan inventaris berupa bus seperti yang diceritakan Pak Jum.
Perusahaan hanya memiliki kendaraan inventaris berupa sepeda motor, truk dan sejenis mobil pribadi seperti yang kami pakai untuk perjalanan ke sini.
Tapi, aku terus mencari pemikiran yang positif, aku pikir itu adalah bus dari rombongan wisata saja.
Tatapi, mengingat daerah ini bukan wilayah yang banyak terdapat obyek wisata agaknya sedikit aku paksakan pemikiran positifku ini.
Letak pabrik kami memang berada di ujung desa dan sangat jauh jika ingin kembali ke jalan besar.
Akses jalan kesini cukup bagus dengan jalan beraspal, tetapi bukan jalan utama dikarenakan ujung jalan adalah lokasi kawasan industri kami, jadi hanya kendaraan yang berurusan dengan pabrik saja yang melewati jalan ini.
Kemudian Pak Jum yang akhirnya kami tau adalah salah satu petugas keamanan pabrik bersedia mengantar kami ke mess yang akan kami tinggali.