Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

perojolan13Avatar border
TS
perojolan13
Warga Turki "Buang" Lira dan Borong Emas, Ini Pertanda Apa?
 Warga Turki "Buang" Lira dan Borong Emas, Ini Pertanda Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemerosotan mata uang lira Turki sepertinya masih belum berhenti. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat perekonomian Turki mengalami resesi hanya memperburuk kondisi lira yang sudah terpuruk sejak lama.

Krisis yang dialami mata uang lira sudah terjadi sejak 2018. Dari sisi politik, sikap Turki yang sering berseberangan dengan Amerika Serikat (AS) membuat kerap mendapatkan sanksi ekonomi.

Kondisi lira semakin memburuk di tahun ini. Melansir data Refinitiv, lira Turki pada pukul 15:40 WIB melemah 0,69% melawan dolar AS ke 8,4782/US$ di pasar spot. Level tersebut tidak jauh dari rekor terlemah sepanjang masa 8,5457/US$ yang disentuh pada Selasa 3 November lalu. Sepanjang tahun ini, atau secara year-to-date, lira sudah ambrol lebih dari 40%.

Kemerosotan kurs lira tersebut sepertinya membuat warga Turki beralih ke aset lain, seperti emas dan valuta asing (valas). Bank sentral Turki (TCMB) Kamis kemarin, kepemilikan aset emas dan valas warga Turki mengalami peningkatan menjadi US$ 221,04 miliar, pada pekan yang berakhir 30 Oktober, sebagaimana dilansir Reuters.

Nilai tersebut merupakan rekor terbesar sepanjang sejarah. TCMB melaporkan dalam 10 bulan tahun ini, kepemilikan valas warga Turki meningkat lebih dari 12%.

Meningkatnya kepemilikan valas tersebut tidak lepas dari ambrolnya kurs lira yang terus mencetak rekor terlemah sepanjang sejarah melawan dolar AS. Salah satu penyebabnya, adalah keenganan TCMB untuk menaikkan suku bunga, padahal berada di bawah inflasi.

Sejak Januari 2020, atau sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, suku bunga acuan TCMB sudah negatif jika disesuaikan dengan inflasi. Melansir data Refinitiv, pada bulan Januari suku bunga acuan one-week repo rate TCMB sebesar 11,25%, sementara inflasi sebesar 12,15% year-on-year (YoY). Sejak saat itu one-week repo rate TCMB selalu di bawah inflasi.

Wajar saja, suku bunga acuan tersebut terus diturunkan hingga mencapai 8,25% pada bulan Mei lalu, sementara inflasi berada di kisaran 12%.

Pada Juli 2019, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ready viewed memecat Gubernur TCMB Murat Cetinkaya dan menggantinya dengan Murat Uysal. Sejak saat itu suku bunga terus dipangkas dari 24% hingga menjadi 8,25%.

Suku bunga yang lebih rendah dari inflasi tentunya membuat kurs lira tak menarik, dan dilepas oleh investor. Akibatnya, nilainya semakin merosot, dan tingkat kepercayaan terhadap lira oleh warga Turki sendiri semakin menurun.

Intervensi Politik TCMB Perburuk Kinerja Lira



Terus merosotnya nilai tukar lira memaksa TCMB menaikkan one-week repo rate menjadi 10,25%. Para Analis memprediksi pada bulan lalu kenaikan akan kembali dilakukan, nyatanya TCMB bergeming, suku bunga tetap 10,25%, alhasil kurs lira kembali ambrol.

Independensi TCMB memang sering dipertanyakan setelah terus memangkas suku bunga dan keengganannya untuk menaikkan suku bunga saat kurs lira ambrol. Presiden Erdogan tidak menyukai suku bunga tinggi bahkan pernah menyebut sebagai biangnya setan.

"Suku bunga tinggi adalah biangnya setan," tegas Erdoga, seperti diberitakan Reuters.

Oleh karena itu sejak Uysal menjabat Gubernur TCMB, suku bunga terus diturunkan. Guna meredam pelemahan lira, TCMB melakukan intervensi, alhasil cadangan devisanya tergerus tajam di tahun ini.

Baca: Saat Istri Erdogan Hobi Tas Mewah Prancis yang Diboikot Suami

Data dari Refinitiv menunjukkan per 30 Oktober cadangan devisa Turki sebesar US$ 42,25 miliar, menyusut nyaris 50% dari posisi akhir 2019, dan berada di level terendah sejak tahun 2005.

Mantan menteri ekonomi Turki, Ali Babacan, mengatakan keengganan TCMB menaikkan suku bunga di bulan Oktober lalu akan membuat kurs lira terus merosot, sebab akan memicu capital outflow.

"Mereka (investor asing) sedang menunggu apakah akan ada keputusan rasional yang akan dibuat, tetapi saat suku bunga tidak dinaikkan di bulan Oktober, mereka mulai berkata 'tidak ada yang berubah lebih baik disini, kita harus mengambil apa yang kita miliki dan pergi'," kata Babacan sebagaimana dilansir Ahval News.

Babacan menambahkan ketika tidak ada lagi kepercayaan terhadap bank sentral, tidak peduli investor asing ataupun lokal, mereka akan pergi.

link

Krisis yang dialami mata uang lira sudah terjadi sejak 2018. Dari sisi politik, sikap Turki yang sering berseberangan dengan Amerika Serikat (AS) membuat kerap mendapatkan sanksi ekonomi.


"Suku bunga tinggi adalah biangnya setan," tegas Erdoga, seperti diberitakan Reuters.
tepsuzot
tepsuzot memberi reputasi
1
1.4K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Tampilkan semua post
dungdungpretsAvatar border
dungdungprets
#10
Tentu saja bangkrut,, lha devisa negaranya dihambur2kan utk hal2 yg sifatnya ga penting,, mjd donatur isis misalnya,,


emoticon-Ngakak
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.