Itulah peristiwa kelam yang terjadi padaku limabelas tahun silam.

Peristiwa yang meninggalkan trauma mendalam dalam diriku, yang terus terasa, seperti bara api dalam hati. Tak pernah hilang.

Setelah itu, berkat kebaikan seorang teman. Aku pindah menjadi buruh pabrik di daerah Cikarang Bekasi.
Sengaja menjauh untuk melupakan kekejian itu. Kadang aku tertawa, pakdhe War, si Bajingan itu, sering bicara dalam forum majelis pengajian. Berbicara masalah moral dan agama.....hahaha...

Dan aku bertanya, begitukah Tuhan memperlakukan mahlukNYA ?..
Agama dibawa seorang pemerkosa yang ngoceh sampai berbuih-buih mulutnya.
Sedangkan aku, yang biasa ibadah tekun. Diperlakukan sehina ini ?

Sudahlah

Bisa gila, lama-kelamaan diriku dengan hal konyol dan nista seperti ini....

==========

Dan sekarang, aku telah menikah dengan seorang laki-laki dari tanah Pasundan. Dari Ciamis. lebih tepatnya.
Suamiku, Gunawan namanya. Bukan Gunawan mantan suaminya Paramitha Rusadi...haha...tapi dari segi tampang..miriplah sedikit...tapi banyak bedanya..hihihi...
Aku dipersunting semasa masih menjadi buruh pabrik di Cikarang itu. Suamiku bekerja sebagai kontraktor PLN, yang memasang perangkat listrik. Kerjanya secara borongan atau kontrak proyek.

Pada awal pernikahanku. Segala sesuatunya berjalan dengan normal. Baik.
Kontrak kerja dengan PLN berlangsung lancar, dan aku disibukkan dengan kelahiran putra-putriku. Mengurus mereka.
Hingga akhirnya aku memutuskan berhenti bekerja.
dan selanjutnya kami pindah rumah. Jauh sekali. Ke tanah kelahiran suamiku.

Aku bahagia karena mempunyai rumah sendiri. Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Proyek kerja PLN terhenti, karena suamiku dicurangi rekan kerjanya.
Entah bagaimana progressnya, banyak pekerjaan terbengkalai dan komplain yang tak kunjung berhenti.
Dan akhirnya, kontrak PLN diputus total.

Suamiku menganggur
Dan sejak itu perangainya berubah. Tampaklah sifat aslinya.

Bahasanya mulai kasar. Umpatan, caci maki keluar dari mulutnya jika sedang marah. Tak jarang tangannya melayang.



===========

Aku bersimpuh, dalam do'a dan tangis ketika suatu hari selesai pertengkaran dengan suamiku. Yang berakhir dengan caci maki dan umpatan, dan tamparan.
Bahkan anakku pun tak luput dari sasaran kekesalan bapaknya. Anakku dipukul, bahkan ketika anakku memohon ampun supaya bapaknya berhenti memukul, masih terus dipukul...



Hatiku teriris sembilu melihat badan anakku yang memerah dipukul ayahnya tanpa sebab.



Aku termenung dalam do'a

........ssssssstttt........

Mukaku seperti ada yang meniup

"DEGGG...."


"aaaapp...a itu...."