Entah sumpah serapah apalagi yang harus aku ucapkan untuk Pakdhe War.
Orang yang tiap hari memakai peci putih, dan aktif di berbagai majlis pengajian. Tak lain adalah serigala berbulu domba.

PEristiwa itu membuatku trauma yang sangat dalam. Mungkin lebih baik setelah pemerkosaan itu, aku langsung di bunuh. Dicekik, ditusuk atau apalah. Rasanya lebih baik mati daripada hidup harus menanggung kekejian seperti itu.

Rasanya diriku ini kotor sekali. Najis.
Ada gelora api dalam hatiku. Aku ingin jadi setan untuk mencabik-cabik mukanya sampai hancur. Dagingnya untuk pakan anjing. Ah, malah anjing lebih terhormat daripada manusia laknat seperti itu.

Lapor polisi ?..seret ke pengadilan ?...hahaha...
Akibat yang akan kutanggung jauh lebih besar.
Jika keluargaku tahu....orang-orang sekampung tahu....Mereka akan memandang aku seperti memandang kotoran. Sampah yang tak layak hidup.

Derita korban rudapaksaan yang tidak kalian mengerti.

Apalagi orang yang mengatakan "Salah korban rudapaksaan sendiri...."

Rasanya pingin kuludahi saja muka orang yang berkata seperti itu...

Jadi kuputuskan untuk memendam saja gelegak api kemarahan dalam dada ini.

Kadang aku menangis....kadang tertawa sendiri...



Kemudian aku tertawa, menyadari bahwa Tuhan itu mungkin sekarang pura-pura bisu.

.......................



Kadang aku fikir untuk mengakhiri hidup ini

Loncat dari jembatan

Atau menabrakkan diri ke mobil...kereta...

Atau minum racun serangga....

........................

Aku mati rasa.....rasanya ragaku hampa...kosong tanpa nyawa

Takdir yang kejam....