Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

iwakbandeng55Avatar border
TS
iwakbandeng55
Aku, Dia & Mereka Yang Pernah (Di)Singgah(i (18+)
Selamat malam Agan & Sista Kaskuser..
Panggil aja ane Ronin. Dan ini adalah cerita ane.
Cerita ini tidak 100% fiksi, tapi juga bukan seluruhnya kenyataan.
Satu hal yang benar-benar nyata adalah: saat ini ane hidup bersama seorang bidadari cantik dan akan menua bersamanya. Ane juga lagi nunggu kedatangan seorang buah hati (kepengen ane sih ntar nambah lagi jadi dua orang) emoticon-Stick Out Tongue

Note: Buat kalian yg nunggu bagian 18+, harap bersabar soalnya ceritanya masih panjang. emoticon-Ngakak

PROLOG -Cinta Simpanse

"Udah, si Ronin biarin aja ikutan jadi anak bawang.." teriak salah seorang temen gue di lapangan olahraga sekolah kami.

Anak bawang. Itu gue. Bocah gendut yg larinya lambat & tidak pintar berolahraga. Yang selalu diberi "dispensasi" karena dianggap "Anak Bawang". Tapi entah kenapa gue ga keberatan dipanggil seperti itu.

"Taaakkk.." suara kayu pemukul kasti beradu dengan bola tenis warna hijau.
Suara itu membuat gue refleks berlari dari Base 3 menuju ke Home tempat awal memukul.

"Ambil bolanya cepetan.. Itu si Ronin mau balik ke markas" sayup-sayup terdengar salah seorang temen gue berteriak diantara ramainya teriakan teman-teman yang lain. Mendengar itu tiba-tiba kaki gue bergerak lebih cepat, secepat rusa yang melarikan diri dari kejaran seekor cheetah (Oke, ga secepat itu juga sih..maklum lah, secepat-cepatnya gue berlari tetep aja lambat bagi temen gue yang lain)


"Sedikit lagi sampai" pikirku dalam hati. Sedetik kemudian...GELAP.

"Ini dimana ya..koq gigi depan sakit banget ya" gue ngomong sendiri sambil belum mencoba mata.

"Ron, sudah sadar? Kamu di UKS." Terdengar suara Pak Yan, guru olahraga yang mukanya kayak mafia Hongkong.

Setelah mata gue terbuka sempurna, gue liat beliau lalu bilang "Eh pak, saya kenapa disini? Perasaan tadi saya lagi main kasti.."

"Iya. Tadi kamu kepeleset keset di Home" jawab beliau dengan muka datar.

Walopun gue msh bocah, tp gue sadar kepeleset keset itu memalukan (kalau bahasa anak sekarang sih: Gak keren).

Lu mungkin bertanya-tanya kenapa ada keset di lapangan olahraga. Jadi begini..berhubung gue tinggal di kota kecil & sekolahan gue adalah sekolahan biasa, Home & tiap Base di permainan kasti itu pakenya keset. Gak ada tuh yang namanya pake bantalan putih kayak yang di permainan baseball jepang di tv. Dan tadi itu gue kepeleset keset karena di bawah kesetnya banyak pasir, jadi pas gue nginjek tuh keset malah licin dan terdorong ke belakang sama kaki gue. Hal itu sukses menyebabkan gue nyungsep muka duluan di atas plasteran semen lapangan olahraga. Kalau lu mau ngebayangin adegan jatuhnya, mungkin kayak adegan jatuh si Nobita.

Oke. Cukup. Kembali ke gue yang terduduk di kasur ruang UKS.

"Tadi itu kamu kepeleset trus muka kamu nyungsep ke tanah" Pak Yanto kembali bercerita. Kali ini beliau berbicara sambil sedikit tersenyum. Senyum ngeledek, tapi dengan muka yang tetep sangar.

"Tanah?? Pak lapangan olahraga itu bawahnya bukan tanah tapi semen" gue ngomel dalam hati.

"Udah sekarang kamu istirahat dulu aja disini, nih minum dulu teh manis hangatnya.. Cyn, kamu disini dulu ya nemenin Ronin." kata Beliau sambil berlalu menuju pintu keluar

"Cyn? Cynthia? Cewek paling cantik di sekolah gue?" seketika itu gue langsung memalingkan kepala ke sudut ruang UKS.

Di sudut itu gue liat dia, seorang Cynthia. Gadis manis berkulit kuning langsat dengan rambut hitam sampai ke bawah pantat (beneran ini sih..rambut dia panjang banget) ngeliatin gue lalu bangkit berdiri dari kursi & nyamperin gue.

"Gigi kamu jadi grepes tuh.." kata dia sambil senyum ngeledek. (Grepes: hilang/potong sebagian kecilnya)

Kalimat dia bikin rasa sakit di gigi depan gue balik lagi. Antara rasa sakit & rasa malu jadi satu, gatau deh yang mana yang lebih parah.

Gue lalu berdiri dari posisi duduk dan langsung menuju cermin yang ada di deket situ sambil nyengir ngeliat gigi gue di cermin itu.

"Sialan..udah jelek, tambah jelek deh gue jadinya.." gue mengumpat lagi dalam hati.

"Bapuuuk..kamu gapapa?" terdengar suara yang sangat gue kenal. Suara si Ninda, cewek dengan badan montok yang sebangku sama gue & juga yang sepertinya bakal dijodohin sama gue karena orangtua kami dekat banget.

"Gapapa koq..cuma agak cenut-cenut aja gigi depan." jawab gue ke Ninda.

"Syukur deh kalau gapapa. Cyn, temenin ke kantin yuk..si Ronin kan ga kenapa-kenapa ini.." ujarnya sambil menggandeng tangan Cynthia & menariknya ke pintu keluar.

"Aku ke kantin dulu ya sama Ninda.." kata Cynthia sambil tersenyum ke arah gue. Senyum termanis yang masih gue inget sampai sekarang.

Melihat senyumnya, gatau kenapa rasanya gigi gue langsung gak sakit lagi. Setelah mereka menghilang di balik pintu, baru deh "bius lokal"nya abis dan sakit di gigi gue kerasa sampe ke ubun-ubun.

"Ah kampret gigi gue sakit banget..lagian ngapain sih dia pake ngajak si Cynthia segala, kan dia lagi nemenin gue.." lagi-lagi gue ngomel dalam hati sambil megangin bibir yang gue baru sadar ternyata bibir gue udah mulai bengkak kayak orang abis ditonjok.

Prolog Cinta Simpanse ini cukup sampai disini dulu ya..soalnya ini cuma cinta simpanse, cuma sekedar rasa naksir bocah2 yang masih belum tau apa-apa soal arti cinta & segala kerumitannya.
Diubah oleh iwakbandeng55 09-04-2020 02:06
tomie210586
OkkyVanessaM
Herisyahrian
Herisyahrian dan 5 lainnya memberi reputasi
4
9.1K
38
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
iwakbandeng55Avatar border
TS
iwakbandeng55
#27
Part XI - Work and College

Setelah malam itu, Stevi kembali ke kotanya. Dan kami tidak bertemu lagi untuk beberapa minggu. Dia benar-benar putus dari Kak Agus.

Kalaupun dia ke Bandung, dia hanya menemui gue. Dan setiap kali kami bertemu, selalu ada sesi dimana kami saling bertukar cairan tubuh. Sampai suatu hari dia berkata bahwa dia mendapatkan pekerjaan di kapal pesiar. Saat itu gue sadar bahwa kami tidak akan bertemu lagi untuk waktu yang lama.

Beberapa bagian ke depan belum akan ada cerita tentang Stevi karena gue sama sekali tidak bertemu dengannya selama lebih dari 2 tahun.

Oya, mengenai Melly..setelah kejadian waktu itu, gue berusaha untuk tidak terlalu dekat dengannya. Lalu suatu hari gue baru mengetahui bahwa dia pindah ke Bali (gue baru tahu setelah hampir seminggu gue tidak melihat Melly). Kalau kata Eno sih dia kerja buka studio kecil-kecilan di Bali. Tapi gak tau juga sih..soalnya dia pergi gak pamitan sama gue.

Gue mempelajari dunia fotografi dengan serius. Beruntungnya, Eno dan teman-teman gue di studio tidak pelit ilmu. Gue pun menjadi fotografer yang dipercaya oleh Eno untuk menghandle event-event besar. Saldo tabungan gue sedikit demi sedikit bertambah dengan pasti.

Sampai suatu hari gue bertemu dengan anak WO magang yang ternyata masih kuliah. Dia kuliah di Jurusan Sastra Inggris di salah satu kampus swasta di Bandung.

Kebetulan pas SMU, gue paling suka mata pelajaran Bahasa Inggris. Nilai gue juga gak jelek-jelek amat di Ijazah, nilainya: 9. (Maaf nih ya.. Gue mau nyombong dikit..hehehe)

Akhirnya gue memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra Inggris di sebuah universitas di Bandung.

Gue kuliah sambil kerja. Pagi gue kuliah sampe siang lalu sorenya gue kerja sebagai editor. Gue masih kerja di tempatnya Eno, tapi gue juga menerima orderan editing dari beberapa studio lain. Eno tidak keberatan dengan hal itu dengan syarat gue hanya boleh menjadi editor dan bukan fotografer di tempat lain.

Kak Agus kembali ke kotanya setelah tidak melanjutkan kuliah, akhirnya mau gak mau gue ngekos. Untuk petualangan di kost gue lampirkan di bagian terpisah karena lebih seru dan menegangkan.

"Ospek? Apaan tuh ospek?" Pikir gue ketika pendaftaran masuk kuliah, gue dikasih tau bakal ada ospek.

Ospek dan Sang Kakak Kelas

Oke. Gue udah mau jadi mahasiswa nih.. emoticon-Cool

Tp sebelumnya gue harus ikut ospek. Waktu jaman gue, ospek dimulai jam 4 subuh. Jadi maba itu harus absen di 2 titik yang ditentuin lalu jalan kaki ke kampus + pake pakaian lucu-lucu. Pasti agan/sista yang pernah ngalamin ospek jaman dulu ngerasain.

Ada satu hal yang lucu sebenernya di ospek gue. Status gue emang maba, tapi karena gue lumayan banyak temen sejak gue kerja di Eno, jadi ada beberapa orang panitia yang gue kenal.

Saat pendaftaran, gue dikasih dokumen-dokumen yang salah satunya berisi informasi bahwa dua hari sebelum ospek akan ada pertemuan perkenalan mahasiswa/i baru. Pertemuan itu diadakan jam 10 pagi di aula kampus gue. Jadi mau gak mau, gue harus izin kerja ke Eno.

"No, tanggal 5 minggu depan gue mau izin besok jam 10 ya.. Sekalian tanggal 8, 9 dan 10 juga." gue membuka omongan ke Eno di siang hari, seminggu sebelum jadwal pertemuan.

"Gelo maneh..ijin lila-lila teuing.. Rek kamana? Rek balik kampung heula nya?" Eno membalas pertanyaan gue dengan pertanyaan lain.

"Teu. Urang rek ospek." Jawab gue tanpa melihat ke arah dia.

"Ospek?? Jirr, maneh rek kuliah? Geuning teu bebeja?" Seru Eno sambil menarik kursi lalu duduk di depan gue.

"Iya, No. Gue mau kuliah. Sorry kalau belum ngasih tau lu. Tapi gue rasa udah waktunya gue kuliah buat nambah gelar." Jawab gue yakin.

"Oke. Bagus itu. Emang lu mau ambil jurusan apa?" Eno kembali menginterogasi gue.

"Sastra Inggris, sesuai dengan passion gue dari sekolah dulu."

"Hah? Sastra Inggris? Emang lu mau jadi guru bahasa inggris? Atau jangan-jangan lu cuma mau cari jodoh?" Kali ini dia memasang tatapan curiga ke arah gue.

"Kalau jadi guru sih gue juga belum tau. Yang pasti gue cuma mengikuti hati aja." Jawab gue santai.

"Ooh berarti bener nya maneh mah rek neangan jodoh hungkul.."

"Maksudnya?? Emang kenapa lu bisa bilang gue cari jodoh doang?" Gue balik bertanya.

"Eeehh..belegug maneh mah.. Emang lu gak tau di Sastra Inggris itu banyak ceweknya?"

"Banyak cewek??" Gue baru tau soal itu dari Eno.

"Gatau gue. Emang enya loba awewena?" Gue bertanya ke Eno dengan nada bingung.

"Ya iya lah.. Kalau yang banyak cowoknya mah jurusan teknik. Jirr si Ronin bisaan euy neangan objekan." Kali ini dia menjawab dengan suara keras sambil tertawa.

"Bodo amat lah banyak cewek atau enggak. Tujuan awal gue sih cuma mau kuliah biar siapa tau nanti bisa dapet kerja kantoran." Gue membalas karena merasa dia memandang sebelah mata keinginan gue untuk kuliah.

"Hahaha..sorry, Ron.. Gue cuma bercanda. Yaudah gue kasih ijin. Eh tapi lu ga akan keluar dari sini dalam waktu dekat kan?"

"Ya sekarang sih belum. Tapi gak tau nanti. Tenang aja, No. Gue juga tau diri." Gue berusaha meyakinkan dia.

"Bagusss.. Itu baru temen gue. Soalnya gue udah cocok kerja sama lu. Trus gue liat juga klien-klien kita cocok sama lu." Kali ini Eno menjawab sembari mengacungkan kedua jempolnya di depan muka gue.

"Oya, ntar kalau lu ada masalah di ospekan, lu cari aja temen-temen gue yang biasa kesini ya. Lu udah kenal semua kan sama anak-anak?"

"Siap, No." Jawab gue sambil memberikan gestur tangan 'oke'

Waktu pertemuan akbar akhirnya tiba. Kami mahasiswa/i baru berkumpul di aula kampus. Setelah perkenalan para pengurus & dekanat, kami diberitahu mengenai susunan acara ospek.

Ospeknya sendiri dimulai pada hari senin tanggal 8. Semua mahasiswa/i baru diwajibkan memakai setelan kemeja putih - celana hitam untuk cowok, serta kemeja putih dan rok hitam untuk cewek. Selain itu kami juga diwajibkan memakai name tag berukuran 30x30 cm berisi nama dan jurusan kami ditambah topi yang terbuat dari besek nasi dan tas yang terbuat dari kantong terigu.

"What?? Apaan tuh? Seinget gue sih gue mau kuliah. Kenapa malah disuruh pake yang gituan?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkecamuk di kepala gue saat mendengar pengumunan dari atas panggung di bagian depan aula kampus.

"Aduuuh..gimana ya. Itu belinya dimana?" Terdengar suara panik cewek yang duduk di sebelah gue.

Gue lalu menatap ke arahnya dengan muka flat.

"Itu belinya dimana sih?" Dia kembali mengulangi pertanyaan tadi.

"..." gue diam seribu bahasa karena jujur gue juga gak tahu barang-barang tersebut beli dimana.

"Ditanya koq malah diem aja?" Cewek tersebut membalas ketus sambil memalingkan mukanya.

"Gue juga gak tahu belinya dimana. Jangan tanya sama gue dong.." kali ini gue menyahut dengan nada yang sama ketusnya.

Selesai pertemuan akbar, gue berjuang keluar dari aula yang dipenuhi manusia. Ya. Gue beneran berjuang soalnya pintu keluar cuma enam dan waktu itu perasaan gue ada ribuan manusia di dalamnya.

"Oooii, Ron..!" Terdengar suara yg tidak asing lagi di telinga gue, suara si Eno. Gue lihat dia sedang berkumpul bersama beberapa orang. Ada sebagian dari mereka yang gue kenal.

"Ron, kenalin nih temen-temen gue yang bakal ospek lu.." lalu dia pun mengenalkan beberapa orang yang belum gue kenal.

"Ini si Ijal, ketua ospeknya. Jal, urang nitip dulur urang si ronin nya.." Ronin mengenalkan gue sambil berbicara ke Ijal.

"Oke siap, No. Ron, lu udah beli alat-alat buat besok pagi belum?" Ijal bertanya ke gue.

"Belum euy..emang belinya dimana?" Gue mencari info ke dia.

"Kalem weh..bentar lagi juga di jalan depan kampus bakal banyak yang jual." Jawab Ijal sambil tertawa.

"Ron, maneh nu baleg nya ospekna. Tong malah neangan awewe.." Eno nyeletuk, disusul tawa teman-temannya.

"Engga lah..kan gue mau kuliah, bukan cari cewek.." gue berusaha ngeles.

"Bohong sia, njir..tadi di dalem juga lu udah langsung ngincer cewek." Jawab Eno.

"Di dalem?? Kapan ya? Ooh cewek yang tadi nanya ke gue.. Lah koq dia bisa tau" pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul di kepala gue.

"Kenapa lu? Kaget karena gue tau? Gue dapet info tadi katanya di dalem tadi lu udah mulai ngobrol agresif sama cewek.." Eno menjawab seakan tahu isi di dalem kepala gue.

"Wah kalau begini sih ga asik ceritanya..banyak mata-mata lu.." gue menimpali yang lalu disambut oleh tawa mereka.

"Sodara maneh parah, No.. Hari pertama langsung menjelajah wae.." Sahut Ijal yang tadi tertawa paling keras.

"Eh ngapain pada ngumpul-ngumpul disini? Buruan atuh ke ruang rapat. Jal, 10 menit lagi kita rapat sama pihak universitas loh.." terdengar suara keras seorang wanita yang tiba-tiba membuat semua orang berhenti tertawa.

"Iyaa iyaa, bentar. Eh iya. Kenalin nih namanya Roni, sodaranya Eno, maba disini." Ijal mengenalkan gue ke cewek yang baru dateng tersebut.

"Ronin.." gue memperkenalkan diri ke cewek tersebut sambil mengulurkan tangan.

"Oh iya." Jawabnya singkat, padat & jelas tanpa menyambut uluran tangan gue.

"Udah yuk ah rapat. Gue sama anak-anak rapat dulu ya. Ntar sore gue ke tempat lu, no" Ijal bangkit berdiri disusul oleh teman-temannya, meninggalkan gue & Eno berdua.

"Tuh cewek galak amat ya.." gue bergumam.

"Dia emang gitu orangnya, Ron. Dingin." Eno menyahut.

"Namanya siapa sih?" Gue bertanya ke arah Eno.

Yoana, itu namanya. Wanita berkulit putih bersih berpotongan rambut hitam sebahu dengan tinggi sekitar 165 cm, bermuka jutek, yang barusan tidak membalas uluran tangan gue.

"Lu kenal dia?" Tanya gue lagi.

"Kenal. Dia temennya Melly tapi gak begitu deket." Jawab Eno.

"Oalah.. Yaudah yuk ah balik. Lu temenin gue beli alat-alat ospek ya, No." Gue menyudahi diskusi singkat barusan sambil mengajak Eno pergi.

"He'euh. Hayu ah balik.." Eno berdiri lalu mengekor di belakang gue.

"Mas..mas.." terdengar suara wanita dari arah belakang.

Gue memalingkan wajah lalu melihat cewek yang tadi duduk di sebelah gue waktu di aula.

"Eh kamu..kenapa?" Jawab gue.

"Tadi kita belum kenalan. Aku Vini." Cewek itu menjawab sambil mengulurkan tangan.

"Ronin." Gue menjabat tangannya sebagai tanda perkenalan.

"Mas, nanti beli alat-alatnya bareng dong..aku gatau jalan Bandung." Vini berkata sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Ga perlu kemana-mana, katanya ntar sore juga ada yang jual di jalanan depan kampus."

"Ooh gitu..yaudah deh. Kalau mas asli Bandung?" Tanya dia lagi.

"Eheeem." Tiba-tiba Eno berdehem seakan kerasa dicuekin.

"Eh iya, vin. Kenalin nih boss aku, Eno." Gue memperkenalkan mereka berdua.

"Emang kamu asli mana?" Eno mendadak jadi agresif.

"Asli jawa, mas. Kalau masnya berdua asli Bandung ya?" Sahut Vini.

"Aku sih asli sini, tapi si Ronin mah bukan. Kamu ngekost dimana?" Kali ini Eno yang seakan gencar melakukan pembicaraan dengan Vini

"Di daerah belakang kampus ini, mas.." Jawab Vini lagi.

"Yaudah, nanti aku main ya ke kost. Eh aku minta nomer hp kamu dong.." Eno kembali melancarkan serangan bertubi-tubi.

"Boleh, mas. Ini nomer aku.. 0815xxxx" Vini memberikan nomer hpnya ke Eno.

"Yaudah, aku pulang dulu ya.."

"Iya, hati-hati di jalan." Jawab Eno dengan nada penuh perhatian.

Setelah Vini menjauh, Eno melihat ke arah gue lalu bertanya "Eta nu tadi di jero ngobrol jeung maneh?"

"Iya. Kenapa gitu?"

"Geulis euy.." jawab Eno lalu kembali memandangi Vini yang berjalan semakin menjauh.

"Eh si dodol..gue gak boleh cari cewek, malah lu yang nyari.." Gue menjawab sambil berlalu.

"Wooii tungguan, Ron. Pan urang nu mawa mobil.." Eno menyusul langkah kaki gue.

Sepulang dari pembekalan tadi, gue langsung ke studio untuk sekedar mengedit kerjaan yang tinggal sedikit lagi beres. Sementara Eno sendiri masuk ke dalam rumahnya.

Tidak terasa sudah hampir maghrib ketika gue mau menutup pintu depan studio.

"Tiiin.." suara klakson motor mengagetkan gue. Terlihat beberapa motor dan wajah-wajah yang gue lihat tadi siang.

"Eh, masuk-masuk.." jawab gue mempersilahkan mereka masuk ke dalam.

"Nih, perlengkapan buat besok." Ijal menyodorkan plastik besar setelah mereka memarkirkan motor.

"Waduh, thank you nih..berapaan?" Gue menerima bungkusan tersebut sambil mengeluarkan dompet untuk mengganti pembelian.

"Gatau tuh, si Joana yang beli." Eno menunjuk Joana yang berada diantara mereka.

"Makasih ya.. Ini berapaan? Biar aku ganti." Gue berkata lembut ke arah Joana yang dari tadi diam.

"Udah gapapa, gausah."

"Eeh jangan dong..ini kan keperluan aku."

"Ga. Udah gausah gapapa. Ga mahal koq.." Joana membalas dengan sedikit senyum.

"Geus lah teu kudu pura-pura, Ron. Eta dibere gratis, terima weh.." salah seorang dari mereka menyeletuk sambil tertawa.

"Ooh yaudah atuh makasih ya.." gue mengucapkan terimakasih ke Joana sambil tersenyum manis.

"Iya. Sama-sama." Kali ini bisa gue lihat senyuman yang lebih lebar di sudut bibirnya

Sore itu kami mengobrol sekitar 1 jam di tempat Eno.

Beberapa kali gue mencuri pandang ke arahnya. Bisa gue lihat kulitnya yang putih bersih bagai pualam, saking putihnya sampai urat-urat di bawahnya terlihat samar.

Setelah selesai bercengkrama, mereka pamit pulang. Katanya mereka harus kembali ke kampus karena masih ada hal yang harus dipersiapkan buat besok.

"Kalian pada pulang jam berapa?" Tanya gue sembari mengantar mereka ke depan.

"Seberesnya persiapan buat besok aja."

"Buset..kalau belum beres belum pada pulang dong?"

"Kalau panitia inti sih banyak yang nginep di kampus.." jawab Ijal santai.

"Nginep di kampus? Emang ada kamarnya?" Gue terheran-heran mendengar jawabn Ijal.

"Ya eweuh kamar, belegug..mereka mah nginep di ruangan kuliah yang dijadiin kamar darurat, pakai alas seadanya atau sleeping bag." jawab Eno sambil menertawakan kalimat gue barusan.

"Ooh.. Padahal mah kalau mau pada nginep di kost gue sok aja. Cukup lah buat 2-3 orang." Gue membalas tanpa maksud apapun.

"Jirr, si Ronin edun euy.. Udah nawarin nginep aja.." Ijal berkata sambil tertawa lalu diikuti tawa yang lainnya.

"Hah? Maksudnya?" Gue bengong karena tidak mengerti arah pembicaraan.

"Eta, maneh ngomong kitu kode ka Si Joana kan?" Eno memberikan penjelasa ke gue.

"Eh engga. Gue sih nawarin nginep ke cowok-cowok." Gue gelagapan lalu melirik ke arah Joana. Bisa gue lihat ekspresi tidak senang di wajahnya.

Seiring mereka pulang, gue juga pamit pulang ke Eno.

Sembari berbaring di dalam kamar kost gue, terbayang wajah Joana yang manis & kulitnya yang putih bersih.

"Aah apaan sih..kenapa gue malah mikirin dia. Udah, tidur tidur.." Gue berkata dalam lalu memejamkan mata dan terlelap.
Diubah oleh iwakbandeng55 23-02-2021 04:25
Anggaekasqputra
blckmmb7
Herisyahrian
Herisyahrian dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.