Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321K
3.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#1143
Kabar Buruk




Maaf sebelumnya karena saya terlambat posting emoticon-Nyepi. Alhamdulillah kitab jelek udah ketemu. Keselip ternyata emoticon-Ngakaksesuai janji, minggu ini saya akan dobel update. Ini yang pertama, untuk yang kedua biasa, malam minggu. Tanpa berlama-lama lagi, silahkan dinikmati kelanjutan ceritanya


*





"kriing...kriing...kriing!"



Suara bunyi handphone yang berisik cukup untuk membuatku terbangun dari "tidur" lelapku.

Untuk beberapa saat, aku masih seperti orang yang sedikit linglung. Tak ingat sama sekali dengan kejadian tadi malam.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Kemudian dengan setengah malas, aku mengambil handphone yang berada di atas laci kamar dengan cara menggeser posisi badan.

Kulihat, nama istriku tertera di layar handphone.

"Halo, assalamualaikum," kataku setelah menekan tombol hijau.

"Wa'alaikumsalam yah, dari tadi bunda telponin kok gak diangkat-angkat sih? Pasti gak solat subuh," kata istriku diseberang sana sedikit bernada marah.

Aku lalu mencoba untuk duduk dipinggir kasur. Sambil tanganku mengusap-usap leher juga pundak, aku lalu berkata.

"Iya, maaf. Ayah ketiduran, Bun...,"

Dan begitu aku sampai di kalimat itu, tiba-tiba saja terlintas apa yang terjadi kepadaku semalam.

Bayangan wajah terbakar dari sosok pocong itu kembali muncul.

Dan hal itu langsung membuatku secara refleks menoleh kebelakang. Ketempat kejadian perkara.

Kosong.

Tidak ada apapun disana.

Tapi, karena aku mengingat kejadian itu kembali. Membuatku merasa takut berada didalam kamar ini.
emoticon-Takut

Aku segera berdiri dan berjalan cepat keluar rumah.

Sinar matahari pagi langsung bisa kurasakan ketika aku membuka pintu. Ketakutan yang tadi sempat hinggap, langsung lenyap ketika aku sudah berada diluar rumah.

Aku lalu duduk dikursi depan.

"Yah..ayah...," Suara istriku terdengar.

Aku langsung kembali menempelkan handphone kepipiku.

"Iya, halo, bun," jawabku.

"Kemana sih?" Tanya istriku sedikit kesal dari nada suaranya.

"Maaf, maaf. Tadi malem ada kejadian yang gak enak. Dan ayah baru sadar barusan. Makanya ayah langsung pergi kedepan rumah," kataku menjelaskan kepadanya.

Istriku terdiam begitu mendengar perkataanku.

"Memang ada kejadian apa, yah?" Tanyanya.

Aku lalu menjelaskan kejadian tadi malam secara singkat.

"Iih...ngeri banget, yah. Terus sekarang gimana?" Tanya istriku begitu aku selesai menjelaskan kejadian semalam kepadanya.

"Alhamdulillah, sekarang udah gak ada. Dan kayaknya sih, udah gak ada lagi dirumah kita. Soalnya hawanya udah kaya biasa lagi," jawabku.

"Ya syukur kalau gitu. Terus ayah gimana keadaannya?" Tanya istriku.

"Udah mendingan, Bun. Cuman ya...ayah jadi ngerasain gimana rasanya pingsan itu. Hehehehe...," Jawabku sambil tertawa.

"Huu...dasar," lalu katanya kemudian, "Oya, bunda kayaknya pulang agak maleman deh, yah. Soalnya kata Bu Sinta banyak yang harus dilakukan disini. Sekalian mau ngelobi masalah orderan buat bulan depan."

Mendengar hal itu, sebenarnya aku jadi agak sedikit was-was juga membayangkan bahwa nanti malam aku masih sendiri. Ya meskipun kata istriku dia pasti pulang malam ini, tapi, tetap saja ada beberapa waktu aku akan sendirian didalam rumah.

Namun, perasaan itu aku simpan dalam hati.

"Oh ya udah, hati-hati ya sayang kerjanya. Kalau ada apa-apa kabarin ayah, ya," kataku kemudian.

Setelah kami memutuskan obrolan telpon. Aku lalu masuk kedalam rumah dengan membaca bismillah.

Aku lalu duduk diruang depan. Belum berani masuk kedalam kamar tempat kejadian semalam aku hampir berciuman dengan poci.

Kunyalakan tv agar suasana sedikit hidup.

Tapi, meskipun tv didepanku menyala, pikiranku melayang memikirkan kejadian semalam. Padahal, aku sudah berusaha untuk mengenyahkan perasaan tentang kejadian itu. Namun, semakin aku mencoba untuk tidak mengingatnya, kejadian itu malah semakin sering terbayang.

Menghadapi pro dan kontra dipikiran, membuat kepalaku menjadi pening. Sambil memijit-mijit kepalaku, aku melihat kearah jam di handphoneku.

"Baru jam setengah delapan," desisku.

"Mandi ajalah, siap-siap," pikirku.

Padahal, biasanya aku baru mandi dan bersiap kerja kalau jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

Saat aku masuk kedalam kamar mandi, mataku seolah-olah ditarik untuk melihat ke pojokan atas, ditempat dimana aku ernah melihat perwujudan sesosok makhluk halus berjenis kelamin perempuan.

Kosong.

"Fiuh..," aku menarik nafas lega.


Meskipun demikian, disaat aku tengah mandi, aku bisa merasakan bahwa disekitarku, ada mata-mata gaib yang tak bisa kulihat, tengah memperhatikanku.

"Masa bodo ah," kataku dalam hati.

Aku lalu mandi secepat-cepatnya.

Selesai mandi, aku segera ganti baju dikamar.

Saat aku sedang berpakaian, kembali kenangan indah semalam muncul.

Saat-saat penuh dengan debaran jantung yang menggelora. Saat dimana poci itu dengan genit menyentuh pelan tubuhku. Dan akibat dari sentuhannya, tubuhku langsung terasa sangat "hot and cool". Membuatku meriang sejadi-jadinya. Sehingga aku, yang sudah sangat terdesak oleh perasaan ingin bercinta, langsung memutuskan untuk membalikan badanku kebelakang demi berhadapan langsung dengannya. Tapi apa daya, akibat persona indahnya, mata awamku terpaksa harus menutup. Dan...pingsan. suatu hal yang pertama kali kualami dalam hidupku yang sudah 30 tahun ini.



*




Sorenya...

Dikantor, aku merasakan bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Rasanya seperti menggigil dan kepalaku terasa cenat-cenut.

"Wah, kayaknya sakit nih,"kataku dalam hati begitu aku merasakan hal itu.

Aku lalu memilih untuk duduk saja seharian didepan kantorku. Karena untuk berdiri, rasanya tubuh dan kepalaku terasa berat.

Sore hari, setelah aku melaksanakan solat ashar di masjid mall. Aku memilih untuk izin kepada atasanku dan berharap agar bisa pulang cepat.

Dengan tubuh sedikit sempoyongan, aku lalu menghadap pak Vincent, bosku.

"Maaf, pak. Saya mau minta izin untuk pulang cepat," kataku dihadapannya.

"Lho, kenapa memang?" Tanya pak Vincent sedikit heran.

Aku lalu menjelaskan kondisi tubuhku.

Pak Vincent memegang lenganku.

"Wah, kok panas banget. Ya udah kalau gitu, hati-hati ya dijalan," ucapnya mengizinkanku untuk pulang cepat.

Setelah aku mendapatkan izin dari atasanku, aku segera berpamitan dan langsung bergegas untuk pulang.

Butuh perjuangan keras bagiku agar bisa tetap mengendalikan laju motorku ini. Dan, setelah melewati satu jam penuh perjuangan, aku akhirnya sampai juga dirumah kontrakanku.

Sesampainya dikontrakkan, aku langsung membaringkan tubuhku diatas kasur.


Rasa pening dikepala dan juga rasa sakit disekujur tubuhku malah semakin menjadi, begitu aku merebahkan tubuhku diatas kasur.

Saking tak kuat menahan rasa sakit, aku bahkan sampai membenturkan kepala ke dinding kamar beberapa kali.

"Aduuh...ya Allah, sakit banget...," Keluhku ketika itu.

Aku lalu berusaha untuk tidak mengindahkan segala perasaan sakit ini.

Aku lalu mencoba untuk menenangkan diri dan merilekskan tubuh.

Berangsur-angsur rasa sakit ditubuhku mulai bisa kuredam. Meskipun rasa sakit ini tetaplah ada.

Dan...akupun jatuh tertidur di atas kasur.



*




Entah pukul berapa kala itu.

Aku terbangun kaget mendengar ada seseorang yang menggedor-gedor pintu kontrakanku dengan keras.

Aku langsung bangun dari posisiku tertidur.

Gelap.

"apakah hari sudah malam?"tanyaku dalam hati melihat susana yang agak gelap ini.

Tapi, aku merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi atas tubuhku.

"Badanku kok jadi enakan sekarang," desisku sambil meraba-raba sekujur tubuh.

Ya, saat aku terbangun dari tidurku, aku sudah merasakan bahwa aku sudah sembuh dari sakit yang tadi kualami.

Tubuhku sudah sehat. Bahkan menjadi sangat enteng, seolah-olah aku bisa melompat menggapai atap plafon kamarku.

"Alhamdulillah," ucapku bersyukur.

"Dug...dug...dug!"

Suara gedoran seseorang kembali menyadarkanku dari lamunan.

Aku setengah menggerutu segera bangkit dan berjalan kedepan, guna melihat, siapa yang berani-beraninya mengganggu tidurku.

Saat aku melewati ruang depan, aku masih sempat melirik kearah jam di dinding diwaktu aku menyalakan saklar lampu.

Disana kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Waduh, nyenyak banget berarti tidurku tadi," ucapku dalam hati.

"Iya...iya, sebentar!" kataku sedikit kencang guna mengimbangi suara kerasnya gedoran dipintu.

Saat kubuka pintu rumah, kulihat didepanku sudah berdiri menunggu 2 laki-laki berperawakan dan memiliki badan yang cukup kekar. Keduanya mengenakan topi, sehingga sedikit menyulitkanku untuk mengenali wajah mereka.

"Ada apa, ya?" Tanyaku langsung.

Keduanya diam sejenak.

Lalu, salah satu dari kedua laki-laki tadi menjawab.

"Saya tidak lama. Hanya ingin menyampaikan pesan saja. Dan ini pesan yang cukup tak menyenangkan,"

Aku memandang wajah laki-laki yang berkata tadi.

"Deg,"

Tiba-tiba sebuah firasat buruk masuk kedalam pikiranku. Dan firasatku ternyata benar.

"Saya hanya menyampaikan pesan, bahwa istri bapak mengalami kecelakaan kerja,"

"Jreeng!"

Kaget aku mendengar pesan yang disampaikan oleh laki-laki itu.

Meskipun aku memang sudah menduga bahwa hal inilah yang akan laki-laki itu sampaikan, tapi mendengar hal itu keluar langsung dari mulutnya, cukup untuk membuatku tetap terkejut.

"Beneran, pak?!" Tanyaku sedikit keras.

Mereka berdua mengangguk.

"Terus, sekarang gimana keadaan istri saya, pak?" Tanyaku lagi mulai khawatir.

"Bisa dibilang agak gawat sih, pak. Makanya kami berdua disuruh cepat-cepat kesini buat jemput bapak, suaminya," jawab laki-laki yang satunya lagi.

Tanpa pikir panjang lagi, aku segera meng-iyakan ketika mereka berdua memberiku isyarat agar aku mengikutinya.

Tanpa ganti baju atau apapun, aku bergegas mengikuti langkah kaki keduanya.

Ternyata, disamping kontrakanku, sudah ada sebuah mobil yang terparkir.

"Masuk, pak," kata mereka.

Aku sedikit ragu-ragu, tapi, saat aku kembali memikirkan tentang keadaan istriku yang katanya terkena musibah, aku lalu tanpa ragu-ragu segera masuk kedalam mobil disusul oleh kedua laki-laki itu.

Salah satu dari keduanya bertindak sebagai sopir. Dan temannya berada disampingnya. Aku duduk dikursi tengah sendirian.

Dengan rasa cemas yang menggelayuti diri, aku duduk sambil sedikit melamun. Tak sempat aku menoleh kejendela mobil untuk melihat kemana aku dibawa pergi.

Disaat aku masih melamun, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang sedikit ganjil.

Sesuatu yang ganjil itu adalah, mobil yang kunaiki seperti berhenti berjalan. Tidak ada getaran-getaran kecil ketika sebuah mobil berhenti.

Aku yang sedari berangkat selalu menunduk memandangiku lantai mobil, segera kuangkat guna bermaksud untuk melihat, sudah sampai mana aku sekarang.

"Deg!"

Jantungku rasanya seakan hendak berhenti ketika pandangan mataku kualihkan kedepan mobil.

Kalian tau apa yang aku lihat?




***
redrices
sulkhan1981
ha9xm5
ha9xm5 dan 43 lainnya memberi reputasi
44
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.