Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

TheJaniseAvatar border
TS
TheJanise
Jani (horror n Mistery)
Malem GanSis semua. Perkenalan dulu ya, nama ane Jani, berjenis kelamin perempuan dan udah lumayan berumur banyak emoticon-Betty.

Ane sebenernya udah jadi silent reader diKaskus dari 2008 an (pake akun lama yg lupa passworddan email udah deactivated) emoticon-Cape deeehh tapi baru sekarang tergelitik buat ngebagi kisah dimari.

Yaudin daripada lama, ane mulain aja yeh, Gansis (daripada ane keburu dibata emoticon-Takut).

WARNING! Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Tapi bisa jadi bukan kisah sejati ane emoticon-Malu

Kisah ini sangat mungkin memancing komentar pro dan kontra, percaya ngga percaya, halu ga halu, tapi ganapa, ane kembalikan semua pada penerimaan GanSis aja.

Kritik & saran diterima ya, GanSis, cuma pliiis jangan afgan or rossa krn ane baperan emoticon-Cool dan ini tulisan perdana ane GanSis. So Pliiis...

Oh ya, Update nyesuain jadual RL ane ya GanSis (kepedean bet ada yg baca emoticon-Ngakak)
________________________________________

Indeks Cerita

1. Kelahiran dan masa kecil
2. Transisi ke masa remaja
3. Masa remaja
4. Masa dewasa muda

5. Masa dewasa muda (Part 2)
6. Awal penelusuran diri
7. Keluarga Bapak - Aki, Paman kecil & Aku
8. Keluarga Bandung - Bapak, Mamih & Mamih Haji
9. Perjalanan - Dimana Kaki Menapak Disitu Langit Dijunjung
10. Menurut penglihatan
11. Emas
_____________________________________
________________________________________

Kutatap pantulan wajah perempuan pada cermin dihadapan. Aku. Di usia seperempat abad. Seorang Jani binti Moel yang setelah sekian banyak dera, tidak lagi merasa mengenal diriku sendiri. Bagaimana seseorang bisa meyakini diri sementara bahkan indera2 pun 'mengelabui'?

Orang2 bilang waktu kecil wajahku mirip Bapak, namun ketika beranjak dewasa muda, mereka bilang parasku seperti Ibu saat beliau masih muda dan perawan.

Yang tidak mereka tahu adalah, aku sungguh sangat ingin bisa memilih untuk lebih mirip dengan Ibu meski bukan dalam paras...


1. KELAHIRAN DAN MASA KECIL

Kelahiran

Hari itu Sabtu Pahing di bulan Maret tahun Delapan Puluhan. Aku terlahir kedunia lebih awal dengan memaksa. Di usia kandungan Ibu yang baru saja melewati 6 bulan. Terjerat ari2 dan terbungkus selaput yang belum terbuka sempurna. Tanpa suara. Bersamaan dengan suara adzan Dzuhur yang bertalu2 dari speaker masjid sebelah rumah. Hening. Hanya desas desus di pikiran masing2 yang menyaksikan kelahiran bahwa mungkin sang bayi terlahir mati. Hingga suara adzan berakhir lalu terdengar suara tepukan tangan sang dukun beranak pada bagian bokong sang bayi, disambut tangisan yang cumiakan telinga. Semua orang disitu lega, kecuali Bapak yang mencemasi darah yang tiba2 merembes dari dalam celananya meski tak ada luka.
_________________________________________

Nenek buyutku selaku dukun beranak yang membantu persalinan menyerahkanku pada Ibuku, lalu berkata sebelum semua orang tergopoh2 bersiap membawa sang bayi dan Ibu ke Rumah Sakit,

"Biasanya, Neng, orok kalo lahir kelilit ari2 atau masih kebungkus kayak orok Neng itu katanya punya 'bisa'."
_________________________________________

Dua hari setelah menginap di inkubator Rumah Sakit, aku diperbolehkan pulang kerumah dengan bekal 'cara membuat inkubator rumahan sederhana' untuk orang tuaku. Sebelumnya dokter sempat berkata:

"Ibu, anak Ibu terlahir sempurna secara fisik, akan tetapi kita tetap harus waspadai kemungkinan imperfeksi secara non fisik ya, Bu. Meski sekarang masih terlalu dini untuk mengobservasi. Tapi mudah2an semua baik."
_________________________________________
_________________________________________

Usia 3 tahun

Aku sudah masuk TK Kecil sekarang, berarti aku sudah besar dan anak besar seharusnya tidak lagi minum susu menggunakan dot dan botol.

Siang itu, dalam gendongan Ibu, aku baru saja, melempar botol susu ke pembuangan sampah persis diluar pagar rumah sebelum tiba2 aku menangis tak henti sambil menunjuk ke arah pohon besar 4 meter dihadapan. Meski sekarang pun aku tak ingat apa yang kulihat, namun cukup membuat Ibuku panik lalu tak putus membacakan doa2 hingga tangisku reda.
_________________________________________

Usia 5 Tahun

Aku sedang bermain bersama dua orang kakak sepupu dikamar orang tuaku. Terbaring di kasur kecil ku disebelah ranjang besar tempat orang tuaku tidur, menghadap ke jendela. Saat itu gembira, hingga tiba2 aku melihat sepotong tangan hitam menyentuh kaca jendela kamar. Tawaku terhenti begitu juga dengan nafasku yang tertahan dan aku seperti mendengar suara jantungku sendiri yang berdegup kencang didada. Tak sanggup berkata-kata. Aku takut. Tapi lebih takut lagi jika aku bercerita dan membuat saudara2ku cemas lalu mereka enggan lagi bermain dirumahku. Maka aku hanya diam dan memandangi hingga tangan itu lenyap tanpa pernah bertanya2 tangan siapa, karena aku tau pun percuma.

Sejak hari itu, mulai terjadi kejadian2 misterius. Baik dialami oleh penghuni rumah, maupun tetangga sekitar yang hilir mudik melintasi gang depan rumahku. Dari mulai ketukan dimalam hari yang tanpa wujud ketika pintu rumah dibuka, hingga mba bergaun putih dengan rambut meriap dan mata melotot yang sempat terlihat beberapa kali berdiri di pojok kanan ruang keluarga. Sebetulnya aku takut, tapi karena kemunculannya selalu saat aku bersama Ibu dan Bapak maka aku berusaha bersikap biasa saja. Aku enggan membuat mereka cemas. Mereka pasti cemas.
_________________________________________

Disuatu pagi, aku mendengar percakapan Ibu dengan seorang tetangga kami yang sedang melintas didepan rumah:

"Bu! Ibu melihara anjing ya?" (Tetangga)

"Ha! Ngga, Pak. Disini mah semua takut sama anjing, ngga mungkin pelihara." (Ibu)

"Masa, Bu? Saya kalo pulang kerja malem sering lihat ada binatang kayak anjing tpi besar warna putih, tiduran dilantai, dibawah lampu teras Ibu kok." (Tetangga)

"Aah, Bapak salah lihat kali, Pak. Ngga ada pelihara binatang disini mah." (Ibu)

Tak lama setelah beralih pembicaraan dengan obrolan kecil, tetanggaku pamit berangkat kerja.
_________________________________________

Menurut cerita Ibuku, ada satu kejadian penuh misteri yang terjadi berkali-kali dalam satu rentang waktu dimasa aku Sekolah Dasar. Aku tidak mengalami karena selalu terjadi saat aku masih disekolah dan baru diceritakan Ibu ketika aku sudah menginjak bangku perkuliahan.

Sekitar aku kelas 2 SD, selalu diwaktu yang sama, menjelang jam 10 pagi, rumah kami kedatangan seorang perempuan berwajah dingin diluar pagar. Dengan mata tajam menatap kedalam melalui kaca jendela besar di ruang tamu. Ibuku cerita, perempuan itu terlihat sudah cukup berumur, berambut hitam panjang, mengenakan kebaya warna gelap (model) nenek dan kain jarit. Awal, Ibu melihatnya sekilas melalui jendela ruang tamu ketika sedang melintas dari dapur ke kamar untuk membaca buku resep dan beliau mengabaikannya karena merasa tidak kenal. Tapi beliau menjadi heran saat berjalan kembali ke dapur untuk masak, perempuan itu masih berdiri ditempatnya, alih2 dia meletakan wajahnya menempel ke sela pagar dengan kedua tangan menggengam erat jeruji pagar dikanan kiri. Masih menatap kearah dalam rumah. Ibu mulai takut saat beliau selesai masak, mengintip dari balik tembok dapur ternyata perempuan itu masih ada, memandang dengan tatapan dingin tanpa ekspresi. Ibu menceritakan kepadaku bahwa wajah dan ekspresi perempuan itu seperti Ibu Suzana saat berlakon di film2 horor lawas. Perempuan itu lenyap, sesaat sebelum aku pulang dari sekolah.

Sejak hari pertama itu, selama beberapa bulan, hampir setiap hari, Ibu menemukan perempuan itu berdiri di depan pagar kami berjam-jam seperti pertama kali dan menghilang tepat sebelum aku sampai dirumah. Ibu sangat ketakutan dan hanya menyibukan diri di dapur lalu berdiam dikamar sampai aku pulang. Hingga suatu hari perempuan itu berhenti datang begitu saja dan tetap menjadi misteri hingga kini.
_________________________________________

Masih di kelas 2 SD, aku mengalami kehilangan besar. Adik laki2 bungsu Ibu mengalami kecelakaan lantas dan meninggal dunia di usia yang masih terbilang belia, 18 tahun (bersamaan dengan sahabatnya sedari SD. Sahabatnya mengemudikan mobil, ia duduk dikursi navigator sementara satu kawannya lagi yang duduk dikursi belakang selamat tanpa luka2 berarti). Meski belum sepenuhnya paham konsep rasa dan kesedihan, aku sadar bahwa ada yang hilang. Paklik yang selalu hadir hampir di setiap hariku sekarang tidak lagi kutemui rupanya (rumahku dan rumah Eyang ku hanya berjarak 200 meter dan Paklikku sejak kecil sangat apet dengan Ibu dan Bapak, menjadikan rumah kami tempat singgahnya dihari2 ia bosan berada dirumah Eyang. Dan itu hampir setiap hari).

Aku ingat beberapa minggu setelah kejadian itu, sekolahku menyelenggarakan psikotes wajib dan aku hanya baru mulai mengerjakan soal2 di 10 menit terakhir karena pada 90 menit awal aku terdistraksi dengan kehadiran Paklik dibangku sebelah dan menghabiskan waktu mengobrol dengannya seperti saat ia masih hidup. Tapi kami tidak bicara dengan mulut, komunikasi dua arah hanya kami lakukan dengan saling pandang dan batin.

Sebagai kamuflase agar teman2 dan pengawas tidak curiga, aku menyenderkan kepalaku dilengan yang kuletakan diatas meja, menghadap ke Paklik yang duduk disebelah kananku. Aku paling ingat pertanyaan terakhirku yang lugu,

"Paklik Dede kan udah meninggal, Paklik, Kok Paklik ada lagi? Paklik hidup lagi ya?" Sementara Paklikku hanya menjawabnya dengan senyum.

Setelah itu lama Paklikku tidak muncul, hingga suatu malam, saat aku dan orang tuaku sedang menginap dirumah Eyang, terbangunku ditengah malam karena mendengar suara langkah kaki ditangga menuju kamar Eyang dilantai 2 (Tangga rumah Eyang terbuat dari kayu bukan beton, jadi jika ada yang menaiki mesti akan bersuara khas sekali). Aku kenal sekali suara langkah itu dan langsung membangunkan Ibu.

"Bu, itu ada Paklik Dede datang." (Aku)

"Mana? Kamu jangan ngawur ae. Udah tidur, udah malem." (Ibu)

Pagi saat aku akan berangkat sekolah, bertemu Eyang Kakung dibawah tangga lalu beliau bilang ke Ibu.

"Neng, semalam Dede datang."

Aku sontak memandang Ibu lalu nyengir,

"Kan aku bilang semalam Paklik datang, Ibu ngga percaya."

"Kamu tau darimana?" Ibu menanyaiku tergesa dan terkejut. "Memangnya kamu lihat?"

"Ngga, kan pintu kamar ditutup, aku ngga lihat, tapi aku dengar suara langkahnya, aku hafal suara langkah siapa2 saja yang menaiki tangga, Bu dan semalam itu aku yakin adalah suara langkah kaki Paklik."

Ibu menengok ke Eyang Kakung dengan wajah antara takut dan terkejut namun Eyang Kakung menanggapinya dengan tawa dan hanya mengusap rambutku, setelahnya aku pamit dan salim berangkat sekolah.

Bertahun2 setelahnya, Ibu baru menceritakan lengkapnya kepadaku kejadian malam itu dari Eyang Kakung. Beliau sebagai orang yang 'bisa' sudah mengetahui kedatangan Paklik, namun Eyang Ti yang awam mengetahuinya melalui kejadian yang bisa dibilang agak aneh. Saat itu sekitar jam setengah 3 pagi, telepon di kamar Eyang berdering dan karena Eyang Kakung sedang mengambil wudhu di kamar mandi maka Eyang Ti yang mengangkat. Namun setelah beliau mengucap salam yang terdengar malah bukan ucapan salam kembali tapi,

"De, gw udah kelar nih, lo udah kelar belom? Yok kita pulang." Lalu hening.

Dede adalah nama Paklikku dan Eyang Ti bilang suara si penelepon menyerupai suara Alm. sahabat Paklik.
_________________________________________

Di usia 9 tahun - 2 tahun sejak kepergian Paklik, aku mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpi itu aku berlari di kegelapan malam sembari menadahkan tangan dibawah dagu yang penuh darah, menadahi gigi2ku yang satu2 tanggal tanpa sebab dan rasa. Seminggu kemudian aku sakit demam. Ibu menganggap sakitku demam biasa, karena saat itu masuk musim pancaroba dan tubuhku yang agak ringkih memang selalu bermasalah saat musim itu tiba. Seringnya pilek dan radang tenggorokan. Tapi kali ini hanya demam berkepanjangan, yang sudah tiga hari tidak hilang. Dimalam ketiga itu, jam 8 malam aku masih tiduran dikasur sambil menonton TV dari pintu kamar yang sengaja dibuka, dengan Ibu duduk menemani disebelah. Sejenak ku berkedip tiba2 muncul sesosok tinggi, berkulit putih, berambut kelimis (seperti memakai minyak rambut), berjubah hitam sampai ke mata kaki, berdiri 1/2 meter didepan TV, menghadap dan menengadah memandangi pintu kamar Eyang diatas sana dan menghalangi pandanganku ke TV. Lalu aku bilang ke Ibu,

"Bu, itu siapa diri didepan TV? Ngalangi."

"Siapa? Mana?" Ibu celingukan.

"Itu, masa segede itu ngga keliatan? Itu lah, ngalangin TV."

"Oh, iya itu Paklik Doni." (Ibu)

"Lah, Paklik ngapa pake jubah malem2?" (Aku)

"Yah mana Ibu tau, la wong Paklik mu itu kan memang suka nyeleneh. Udah kita tidur aja." (Ibu)

Rasa tak lama terlelap, kami dibangunkan oleh ketukan dipintu kamar. Eyang Kakung yang mengabarkan bahwa baru saja Eyang Ti tidur abadi dalam pembaringannya.
________________________________________

Sebulan setelah kepergian Eyang Ti, aku demam lagi dan sedang tidur2an dikamar bersama Ibu (sementara kami tinggal rumah Eyang untuk menemani Eyang Kakung) ketika aku mendengar ketukan dipintu depan. Aku beranjak mau membuka pintu saat Ibu menahan,

"Itu ada yang ngetuk pintu, Bu." (Aku)

"Ngga, kamu salah denger ae, udah sini aja tidur siang sama Ibu." (Ibu)

"Tapi itu masih ada yang ketuk pintu, Bu. Masa ngga dengar?" (Aku)

"Ora ora. Udah sini tidur." (Ibu)

Dan berhari2 setelah demamku menghilang, Ibu baru bercerita.

"Nduk, kamu inget waktu kamu demam lihat ada laki2 pakek jubah hitam sebelum Eyang Ti ga ada?" (Ibu)

"Kenapa, Bu?"

"Kemarin itu sebenarnya Ibu ngga liat siapa2, Nak. Cuma Ibu ngga tega bilang kamu karena takut kamu sakitnya tambah parah." Ibu mengusap rambutku.

"Lalu waktu kamu demam kedua kali, dengar ada yang ngetuk pintu siang2 itu, Ibu ngga dengar. Yang Ibu dengar malah suara Eyang Ti mu, manggil2 namamu dari luar pintu. Ibu takut, makanya kamu Ibu larang mbukakan pintu."
_________________________________________

Diubah oleh TheJanise 20-02-2021 06:50
gajah_gendut
khuman
terbitcomyt
terbitcomyt dan 27 lainnya memberi reputasi
28
8.7K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
indrag057Avatar border
indrag057
#22
Ijin nenda sist
Keren ceritanya
Dilanjut yaaaaa, jan sampe kentang
redbaron
banditos69
belajararif
belajararif dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.