Hawa hitam makin terasa saat aku mulai menaiki tangga. Di balkon atas, tepat di depan pintu kosan yang kupilih, masih kulihat sosok transparan cewek berbaju putih. Aku mengingatkan lagi ke Salma dan Amrita agar jangan berbuat apa-apa dulu.



ilustrasi sosok transparan



    Saat dekat dengan sosok itu, baru kulihat kalo wajahnya cantik tapi pucat banget. Di sekitar mulutnya ada semacam busa kayak busa sabun yang meleleh sampai dagu dan membasahi baju di dadanya. Dan perutnya tampak besar, mungkin dia lagi hamil. Dia menatap kami tanpa ekspresi apa-apa. Karena kami bertiga menyembunyikan aura kami, maka makhluk itu jadi nggak takut terhadap kami. Aku mendekatinya dan mengancamnya.



     Kupakai sedikit energi dari Amrita dalam suaraku, pengaruh energi itu bisa membuat orang atau jin bisa ketakutan atau menurut jika mendengar suaraku. Makhluk itu tampak terkejut, matanya membelalak, tapi kemudian makhluk itu tersenyum, tapi senyumnya terus melebar, dan terus melebar, hingga mulutnya itu tampak sobek sampai ke telinga. Busa seperti sabun itu makin banyak keluar dari mulutnya, entah busa apa itu.

   Kutinggalkan makhluk cewek transparan itu dan akupun membuka pintu kos. Sebuah kamar luas berukuran 4 x 5 meter dengan kamar mandi dalam! Ini sih kosan mahal. Kenapa dihargai segitu murahnya ya? Mungkin karena nggak laku dan terkenal angker. Kamar itu tampak berdebu, mungkin lama ditinggal. 

      Di dalam kamar itu sudah komplit berisi barang-barang anak kos! Ada kasur busa empuk lengkap dengan sprei bergambar artis korea, di dindingnya juga tertempel poster artis korea. Juga ada sebuah lemari kecil, meja kecil dan dispenser galon air yang masih berisi setengah. Di atas meja itu masih ada jam weker, lampu belajar dan beberapa buku. 

   Dengan terheran-heran, kubuka lemari kecil itu, dan ternyata isinya penuh dengan pakaian, lengkap dengan pakaian dalam juga, dari situ aku tau kalo barang-barang itu adalah miliknya cewek. Semua barang itu membuatku makin heran. Kenapa semua barang ini ditinggalkan begitu saja? Dan tampaknya ibu kos nggak pernah kemari, kamar itu seakan dibiarkan begitu saja.

     Aku menutup lemari itu lagi, dan pada saat aku berbalik, kulihat sosok transparan di balkon tadi melayang masuk menembus pintu, lalu dia duduk di kasur. Serta merta semua barang yang ada di kamar itu berubah. Ada kasur dan meja kecil juga, tapi beda dengan kasur dan meja yang tadi. Lemari dan dispenser menghilang.

    Kuperhatikan sosok transparan yang duduk di kasur itu, pakaiannya telah berubah jadi pakaian casual khas anak kuliah. Sosoknya terlihat jelas dan nggak transparan lagi. Dia tampak mengelus perutnya yang buncit sambil menatap ke arah lantai. Kuikuti pandangan matanya, ada sebuah gelas, kaleng dan bungkus plastik tergeletak di lantai, ketika kuperhatikan lagi, ternyata tulisannya adalah racun serangga dan racun tikus!

   Pelan-pelan cewek itu menuangkan cairan racun serangga ke dalam gelas, lalu menuangkan bubuk racun tikus ke gelas juga. Sekali lagi dia mengelus perutnya, dan tanpa ragu lagi, dia menenggak dua racun di gelas itu! Tanpa sadar aku berteriak mencegahnya. Tapi nggak ada gunanya, karena yang kulihat ini adalah masa lalu dari sosok cewek transparan di balkon tadi.

    Cewek itu tampak kejang-kejang dengan mulut mengeluarkan banyak sekali busa. Dia ambruk ke atas kasur. Matanya membalik jadi putih doank. Hingga akhirnya gerakannya melemah dan berhenti sama sekali. Aku baru saja menyaksikan manusia yang sedang sakaratul maut karena bunuh diri sampai saat kematiannya! Tanpa sadar tubuhku gemetaran, belum pernah aku melihat yang seperti ini. Meskipun itu cuma penglihatan masa lalu, tapi tampak begitu nyata.

    Aku terduduk di lantai dengan gemetaran. Ada satu tangan dingin memegang bahuku, itu adalah tangannya Salma, dia pasti kuatir. Maka kupegang tangannya untuk memberitahu kalo aku baik-baik saja. Disini sudah bisa kusimpulkan suatu cerita.

     Jin cewek yang di balkon itu adalah jin qorin dari cewek yang pernah ngekos di sini. Cewek itu masih kuliah dan dia hamil. Mungkin yang menghamilinya nggak mau tanggung jawab, hingga cewek itu bunuh diri dengan menenggak racun serangga dan racun tikus dijadikan satu. Di akhir hidupnya, mulutnya mengeluarkan banyak busa akibat racun yang diminumnya, itulah sebabnya jin qorin cewek itu mengeluarkan busa dari mulutnya.

    Setelah duduk cukup lama, akhirnya aku berdiri dan menuju ke kamar mandi, begitu kubuka pintunya, ada sosok kunti putih berwajah hancur tepat didepan wajahku. Aku terkejut dan reflek melayangkan bogem mentah ke wajah hancur itu, tapi kunti itu lebih dulu melesat keluar menembus tembok belakang sambil tertawa cekikikan.

   Di dalam kamar mandi itu juga kotor penuh debu. Masih ada sabun, shampo dan sikat gigi, juga ada botol-botol cream perawatan yang entah buat apa saja. Kalo mau dibersihkan sekarang, bisa-bisa aku pulang malam, lebih baik besok aja membersihkannya.

     Akupun beranjak keluar dari kamar itu, dan terus menuruni tangga. Saat sudah berada di bawah,  lagi-lagi aku merasakan ada satu aura kuat lagi yang berasal dari arah belakang kos-kosan itu. Tapi itu nanti saja, karena hari sudah sore, dan aku masih harus mengantar Dinda pulang. Akupun mendatangi kosnya Kinara. Ada aura lembut berasal dari dalam kosnya Kinara, aura itu nggak mengancam, sepertinya cuma untuk perlindungan. Kuketuk pintu kosnya Kinara, dan dia yang membuka pintu.



    Aura lembut itu terasa lagi, kali ini lebih kuat. Aku konsentrasi untuk mendeteksi asalnya dari mana, kutemukan asalnya dari laci mejanya Kinara. Ada sebuah benda di dalam sana yang memancarkan energi perlindungan, dan energi itu seakan menolak energi pelacakanku, maka kuhentikan pelacakan itu, aku nggak mau mengganggunya. Yang aneh adalah, aku nggak merasakan atau melihat jin didalam benda itu, entah benda macam apa itu. Mungkin karena benda itulah Kinara jadi nggak diganggu para.penghuni sini.



    Kami keluar dari kosannya Kinara, mengambil motorku, lalu tancap gas meninggalkan kos-kosan itu, seperti tadi berangkat, Dinda nempel di punggungku. Dengan arahan Dinda, sepuluh menit kemudian kami pun sampai di sebuah rumah besar, ternyata rumah Dinda deket dengan kampus. Aku disuruh mampir di rumahnya, tapi aku tolak karena hari sudah sore. Akupun langsung pulang ke rumah.

    Aku yakin ada sesuatu yang telah terjadi di kos-kosan itu, membuat adrenalinku terpacu untuk menguak rahasianya. Apalagi aku akan sering berada di kosan itu. Sebuah misteri yang menunggu untuk dipecahkan dan pastinya akan menuntunku ke sebuah pengalaman baru. Tapi kemudian aku sadar kalo semua yang terjadi disini sebenarnya bukanlah urusanku, dan aku nggak mau mencampuri urusan orang lain, mungkin akan kubiarkan saja semuanya…?


bersambung…

5