- Beranda
- Stories from the Heart
Karma : Hurt No One
...
TS
ucln
Karma : Hurt No One

Quote:
I never meant to hurt no one
Nobody ever tore me down like you
I think you knew it all along
And now you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
And will I ever see the sun again?
I wonder where the guilt had gone
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine
Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore
I never meant to hurt no one
Sometimes you gotta look the other way
It never should've lasted so long
Ashamed you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
I know I'll never be the same again
Now taking back what I have done
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine
Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore
I never meant to hurt nobody
Nobody ever tore me down like you
I never meant to hurt no one
Now I'm taking what is mine..
Nobody ever tore me down like you
I think you knew it all along
And now you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
And will I ever see the sun again?
I wonder where the guilt had gone
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine
Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore
I never meant to hurt no one
Sometimes you gotta look the other way
It never should've lasted so long
Ashamed you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
I know I'll never be the same again
Now taking back what I have done
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine
Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore
I never meant to hurt nobody
Nobody ever tore me down like you
I never meant to hurt no one
Now I'm taking what is mine..
<< Cerita sebelumya
Quote:
Diubah oleh ucln 30-09-2020 19:48
jalakhideung dan 55 lainnya memberi reputasi
-12
87.2K
610
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ucln
#369
Part #43
Beberapa hari berlalu. Setelah menyelesaikan masa skorsing, kami bisa kembali masuk sekolah. Meski sebenernya gue merasa masa skorsing kurang lama.
Tanpa gue sadari, hubungan pertemanan antara gue, Ryan, dan Maul terasa semakin erat. Kerenggangan pertemanan kami yang sempat terasa saat kami sibuk dengan dunia masing-masing kini seolah telah menguap begitu saja. Kami kembali ke masa-masa seperti baru saling mengenal dan ingin terus selalu bersama. Malah terasa semakin dekat. Gue jadi kembali jarang main kerumah Astrid. Pulang sekolah biasanya kami kini kumpul dirumah Ryan, sekedar gitaran atau main PS.
Gue beruntung punya cewek kaya Astrid. Selain cantik, dia juga ga bawel dan menuntut waktu gue untuk bersamanya. Dia selalu memahami dan mempersilahkan gue menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ryan dan Maul yang kini punya aktifitas baru saat jam istirahat sekolah; Sholat di Mesjid sekolah.
Sebenernya tujuan kami bukan sholat, tapi menemani Ryan yang sedang ‘mengintai’ cewek, salah satu adik kelas kami. Kebetulan cewek itu lebih sering menghabiskan waktu istirahat di mesjid sekolah, entah untuk sholat sunnah ataupun sholat wajib. Dan demi mendapatkan banyak informasi tentang aktifitasnya, Ryan rela meninggalkan waktu ongkang kaki di kantin saat jam istirahat. Dan bodohnya, Gue sama Maul mau menemani.
Kadang Ryan sengaja menyesuaikan waktu agar berpapasan dijalan dengan cewek yang sedang dia incar itu. Gue dan Maul hanya mampu menahan tawa geli ketika Ryan malah jadi salah tingkah saat rencananya untuk berpapasan dengan cewek itu berhasil.
Gue dan Maul yakin, Ryan beneran ada rasa sama itu cewek. Karna orang secuek Ryan bisa jadi segitunya sama cewek ga mungkin kalo cuma sekedar niat menggoda saja. Maka dengan segala cara, Gue dan Ryan berusaha membantu Maul.
“Yan, nih gue udah dapet nomornya itu cewek.” Ucap Maul setengah berlari memasuki kantin saat gue dan Ryan sedang menikmati nasi bungkus.
“Nomor apaan?” Tanya Ryan setengah acuh karna masih asik menikmati makanannya.
“Nomor handphone nya lah. Tolol amat lo begitu aja pake ditanya.” Ucap Maul kesal sambil menoyor kepala Ryan.
“Eh anj*ng. Gue lagi makan. Gue tempeleng ya pala lo.” Saut Ryan ga kalah kesal karna hampir tersedak makanannya atas toyoran Maul.
“Lagian buat apaan nomor handphone nya, Gue aja kagak punya handphone.” Lanjut Ryan.
“Yailah Yan, lagian beli napa.” Ucap Maul
“Bacot lo. Hp dari orang tua aja sok-sokan nyuruh gue beli hp.”
“Ya bodo amat. Mau dari nyopet juga, yang penting gue punya. Jadi lo gamau nih nomor hp nya?”
“Kagak. Mintain nomor telpon rumahnya aja, jadi gue bisa telpon pake telpon umum.”
“Najis. Pasti pake koin gantung” Saut gue krna memahami kelakuan Ryan yang menggunakan telepon umum dekat rumahnya dengan menggunakan koin yg dilubangi di bagian pinggir koin lalu diikatkan ke benang. Saat telepon umum ‘menelan’ koin tersebut, dia menarik koinnya dan menggunakannya lagi berulang kali agar bisa menggunakan telepon umum itu dengan gratis.
Beberapa hari kemudian, Maul memberikan nomor telepon rumahnya Melani. Iya, adik kelas yang sedang dikejar oleh Ryan itu bernama Melani. Nama yang menjadi semangat dalam hari-hari Ryan. Apalagi setelah mendapatkan nomor telepon rumahnya Melani. Hampir setiap malam Ryan menelponnya untuk sekedar berbasa basi dan mencuri hati Melani melalui media telepon umum. Dengan modal koin gantung.
Sementara Maul yang telah mengakhiri hubungan dengan ceweknya yang anak SMP itu kini kembali menjadi Maul yang selalu ribut ngajak nongkrong seusai jam sekolah. Kali ini targetnya bukan lagi sekolah SMK yang ga jauh dari sekolah kami seperti dulu. Tapi sekolah SMA yang letaknya ga jauh dari sekolah kami. Tapi tololnya itu anak, Dia gatau kalo hubungan antara sekolah kami dengan SMA itu kurang begitu baik. Ga jarang juga terjadi tawuran antar sekolah yang disebabkan oleh masalah-masalah sepele.
“Kagak ah. Kalo lo ngajak nongkrong ditempat lain ayo deh. Tapi kalo di SMA itu mending gue ga ikut.” Ucap gue menolak rengekan Maul yang ngajak nongkrong di SMA itu sepulang sekolah.
“Yailah men, Lo gitu banget sama gue. Kan cuma gue doang nih yang ga punya dedemenan kalo kata Ryan.” Rengek Maul.
“Ya cari di sekolah kita kan banyak ceweknya. Ngapa harus kesekolah lain sih.”
“Gue ga suka cewek-cewek disekolah kita. Ga ada yang ‘pecah’ gitu asiknya.”
“Lama-lama pala lo sini yang gue pecahin.” Ucap gue kesal mendengar rengekan Maul.
Gue ga ngerti kenapa Maul gamau milih salah satu cewek di sekolah kami. Padahal lumayan banyak yang menyukai dia. Alasan “Ga ada yang ‘pecah’ asiknya” bener-bener ga bisa gue maknai maksudnya.
Seiring berjalannya waktu, entah karna bosan atau emang udah ngerasa ga nyaman, hubungan gue sama Astrid terasa semakin renggang. Gue juga gatau kenapa perasaan itu muncul hanya saat gue dan Astrid ga lagi ketemu atau ga lagi berduaan aja. Kalo kami lagi berdua, khususnya saat lagi ada ‘maunya’, hubungan kami terasa baik-baik aja. Terasa ga ada masalah apapun. Astrid juga masih bersikap seperti Astrid yang biasanya. Masih pinter menempatkan sifat manjanya. Juga masih napsuan dan napsuin.
Suatu hari saat gue lagi-lagi sedang menginap dirumah Astrid. Saat Astrid tertidur lelap, gue mencoba menggeser posisi tangan gue yang sedang dijadikan bantal oleh Astrid. Setelah berhasil melepaskan tangan dan Astrid ga terbangun, gue berniat keluar dari kamar Astrid untuk menikmati sebatang rokok di teras. Saat mau membuka pintu kamar, gue melihat layar handphone Astrid berkedip menyalah lalu mati. Gue mengambil hp Astrid dan membukanya. Ternyata ada notifikasi inbox kepenuhan. Gue menghapus beberapa SMS lama dari nomor gue di inbox Astrid, lalu beberapa SMS masuk secara bersamaan.
Salah satu SMS itu berasal dari sebuah nomor yang ga di save. Tanpa nama. Gue penasaran dan membuka SMS tersebut.
+6285****: cw mu**han ky lo gk perlu tau siapa gue.
Gue sangat kaget membaca isi SMS tersebut. gue lalu membuka seluruh isi inbox Astrid yang berasal dari nomor tersebut. Isinya selalu makian dan hinaan pada Astrid. Gue juga membuka sent items atau kotak pesan keluar dimana Astrid membalas beberapa SMS dari nomot tersebut, yang isinya Astrid menananyakan siapa pemilik nomor itu dan apa tujuannya mengirim SMS padanya yang hanya berisi makian dan hinaan saja tanpa alasan yang jelas.
Gue menghela napas, dan meletakkan kembali handphone Astrid.
“Kamu kenal kan orang yang SMSin aku mulu itu?” Ucap Astrid yang kini tengah duduk diatas kasurnya menatap ke arah gue.
“....” Gue diam ga menjawab pertanyaan Astrid.
“Boleh aku tau alesannya kenapa orang itu sampe bisa nyebut aku cewek mu**han, Gus?” Tanya Astrid lagi meski pertanyaan pertamanya belum gue jawab.
Gue masih memilih diam. Karna gatu harus menjawab apa atas pertanyaan Astrid.
“Nyari apa? Nyari handphone kamu?” Ucap Astrid sambil mengangkat hp gue yang berada di genggamannya. Sepertinya Astrid memperhatikan gerakan tangan gue yang meski perlahan namun pasti mengarah ke saku-saku celana gue.
“Gue gatau, Trid.” Jawab gue singkat.
Astrid tersenyum mendengar jawaban gue. Tapi gue mengerti betul senyum yang ia pasang bukan bermakna senyum ketenangan.
“Yaudah, kamu mau ngapain? Kok belom tidur?” Ucap Astrid yang sepertinya kini justru merasa cukup puas dengan jawaban singkat gue.
“Mau… mau keluar, ngerokok sebentar.” Ucap gue.
Astrid merubah ekspresi wajahnya jadi cemberut yang dibuat-buat. Membuat gue malah menjadi gemas.
“Sini aja, temenin aku tidur.” Ucapnya dengan nada manja.
Gue tertawa kecil karna mengerti maksud nada manjanya lalu segera kembali melangkah ke kasur.
Astrid merebahkan kepalanya kini ke dada gue yang berbaring di sebelahnya. Perlahan gue mengusap dan menciumi rambutnya yang masih saja wangi meski sudah lama berlalu dari jam ia mandi tadi.
“Aku ga suka ngomongin masalah kalo lagi mau tidur Gus. Tapi besok dijawab ya pertanyaan aku tadi.” Ucap Astrid masih dengan posisinya yang tanpa menatap gue. Membuat degup jantung gue tiba-tiba bernada cepat.
Diubah oleh ucln 21-10-2020 20:12
jenggalasunyi dan 4 lainnya memberi reputasi
3
Tutup