Kaskus

Story

dwyzelloAvatar border
TS
dwyzello
Mistikus Cinta Di Tanah Kalimantan
Mistikus Cinta Di Tanah Kalimantan

pict source : google search


*****

"Braaaaaak!" Suara pintu ruang staff tiba - tiba terdengar mengaduh, membuat para karyawan seisi ruangan tampak terkejut.


"Pak Doni! Pak Doni! Gawat Pak!" teriak seseorang pendobrak pintu, dengan seragam mekanik yang sudah bercampur keringat itu. Seketika semua pandangan tertuju ke arah Suryo, yang tengah berlari meneriaki namaku itu dengan wajah gelisahnya.


"Kenapa, Sur? Ada kendala apa di lapangan? Saya baru mau ke sana lo?" tanyaku setengah kebingungan melihat raut wajahnya.


"Adit ... Adit ngamuk, Pak!" ungkapnya gugup seraya menunjuk ke arah workshop.


"Kenapa? Berantem?" Aku pun mulai terhunus emosi mendengar penuturan Suryo yang belum jelas arahnya itu.


"Bu ... bukan, Pak! Dia kesurupan!"


"Gimana bisa? Dimana Adit sekarang?" sergahku kepadanya.


"Di workshop bawah, Pak! Sekarang masih ditahan sama mekanik lain!"


Suasana ruang staff di siang bolong yang biasanya hening, tiba - tiba berubah menjadi riuh. Beberapa karyawan tampak berdiri dari meja kerjanya untuk menyaksikan huru - hara yang tengah terjadi. Beberapa ada yang mengintip dari jendela, beberapa ada yang ikut turun bersamaku menuju ke workshop.


Kesurupan di siang bolong? Argh! Benar - benar suatu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Sejauh ini, baru kali ini aku menemukan kejadian seperti ini di tambang.
Dan mengapa juga terjadi saat Bos sedang cuti? Dimana saat ini, akulah supervisor yang ditunjuk sebagai penanggung jawab sementara. Sedangkan supervisor lain sedang berada di lapangan.


Aku pun segera menuruni tangga, diikuti Suryo di belakangku. Dengan tergesa, kutarik paksa sepatu safety dari raknya hingga menggulingkan sepatu lain di sebelahnya. Pikiranku berkecamuk, memikirkan nasib para mekanik itu.


Mataku terbelalak melihat Aditya yang tengah meraung - raung layaknya kucing sedang bertengkar itu. Kedua tangan dan kakinya kini tengah ditahan oleh empat orang mekanik yang sudah terlihat letih.


Kuteguk air liurku menyaksikan adegan ini. Perasaan bingung pun melanda, harus kuapakan Aditya agar ia bisa berhenti kesurupan? Haruskah kupanggil orang pintar? Aaargh! Tak banyak waktu! Haruskah dibacakan ayat suci alqur'an? Aaargh! Aku juga tak yakin, bacaanku saja tak lancar.


"Suryo, ambil air di ember, lalu siramkan ke badannya!" seruku tanpa berpikir panjang, karena itulah yang sedang lewat di pikiranku secara tiba - tiba.
Suryo segera menuruti perintahku dengan dibantu oleh karyawan lainnya.


"Byaaaaaaar!" Suara dentuman beberapa ember air, kini tengah mengguyur badan kurus Aditya. Suara teriakannya seketika menjadi senyap. Badannya nampak gemetaran, bibirnya membiru, dan lambat laun matanya pun terpejam.


"Adit pingsan!" teriak Muklas, salah satu mekanik yang sedari tadi membantu menahan amukan Aditya.


"Oke, Bawa Adit sementara ke mushola dulu ya, paralel saya hubungi petugas kesehatan tambang. Selagi menunggu, kita gantikan baju Adit yang basah," pintaku kepada mereka.


"Yang lainnya, mohon kembali ke tempat kerja, pastikan tetap tenang ya!" ujarku kepada karyawan lain yang telah menonton kejadian tadi.


Semuanya pun akhirnya berpencar satu demi satu, untuk kembali ke ruang kerja masing - masing. Sedangkan sisanya membantuku membopong badan Aditya yang basah karena terguyur oleh air, menuju ke mushola kantor.


"Pak Doni pancen josss! Baru ngeh kalau kucing takutnya sama air. Setan jenis kucing ternyata takut sama air juga ya, Pak! Hehe," celetuk Suryo dengan senyum nyengirnya.


"Hmmm ... mandormu gitu lho!" balasku menanggapi candaan Suryo seraya tertawa dalam hati.
Ah, sungguh kebetulan yang berguna.


*****

Jalan tambang kini sudah mulai diterangi oleh lampu - lampu jalanan, pertanda bahwa hari sudah menggelap. Inilah saatnya bagi para buruh tambang untuk berganti shift. Para karyawan pun mengantre untuk melakukan check lock, lalu memakai tas ranselnya kembali, mengenakan helm, rompi dan sepatu safetynya untuk naik ke dalam bus khusus antar jemput karyawan. Syukurlah, sepertinya persoalan yang menimpa Aditya tidak berefek buruk terhadap kinerja team service hari ini.


"Bisnya udah berangkat, Pak?" tanya Muklas yang tengah tergopoh - gopoh pasca melaksanakan sholat magrib.


"Sudah baru aja, kamu bareng saya aja, yok!" tawarku kepadanya yang ketinggalan bus karyawan.


"Inggih, ulun ikut Pian lah!"
(Oke, saya ikut Bapak kalau begitu!)


Mobil LV yang kunaiki bersama Muklas pun berderu menyusuri jalan tambang yang mulus nan berkelok - kelok itu. Sebuah hasil karya tangan manusia yang dibantu oleh mesin yang disebut alat berat itu, telah berhasil menyulap hutan di salah satu wilayah Kalimantan Timur, menjadi lahan pertambangan batu - bara.


"Muklas, gimana ceritanya kok si Adit bisa begitu?" tanyaku memulai obrolan kepada Muklas, sembari terus berkonsentrasi menyetir.


"Gini na, Pak. Kita kan dari lapangan mau balik ke workshop. Tiba - tiba di dalam mobil, si Adit nyakar - nyakar kaca mobil sambil bepandir kada jelas gitu, pang. Untung udah dekat workshop, jadi ya abis turun, langsung kita pegangin itu si Adit. Soalnya gawat na Pak, dia hampir lempar besi tua ke kita orang!" jelas Muklas dengan gaya bicara khas Banjarnya.


Aku pun hanya bisa menggeleng - gelengkan kepala. Sungguh bahaya juga membiarkan orang yang kesetanan seperti itu. Bisa - bisa banyak korban pecah kepala karenanya.


"Si Adit selama di lapangan ngelamun apa gimana?" tanyaku penasaran.


"Ya kaya biasanya pang! Cuman di mobil tadi tiba - tiba begitu. Lagian ini hari pertama kerja si Adit abis cuti lamaran, Masak iya baru pertama kerja udah capek! Ini na, foto lamarannya, Pak!" imbuh Muklas seraya menunjukkan foto profil whatsapp Aditya dengan calon tunangannya itu.


"Loh? Bukannya si Adit mau nikah sama Anita? Makanya Anita resign kan?" tanyaku keheranan setelah melihat calon isteri Aditya bukanlah Anita, mantan Admin service yang menjadi primadona seantero tambang di site ini.


"Umaaaaaailah! Bapak ketinggalan gosip!" teriak Muklas seraya menertawaiku.


"Kampret kamu, Klas!" tukasku kesal dengan ledekannya itu.


"Adit udah putus sama Anita, Pak! Ternyata pang, si Adit di Jawa udah punya pacar! Anita jadi yang kedua aja di sini, abis itu Anita diputusin, terus Adit ngelamar pacarnya yang di Jawa. Gitu ai ceritanya. Macam - macam memang si Adit sama keponakan kepala adat!"


"Aaaish! Kurang ajar memang si Adit. Cewek bening gitu dimainin!" gumamku ikut - ikutan kesal kepada Adit.


"Eh tapi, Pak! Ulun ada info lagi. Ada yang aneh sebelum si Adit ngamuk. Cuman ini rahasia kita ya, Pak!" Muklas mulai menatapku dengan serius.


"Hmm ... ulun ini kan urang asli Kalimantan, memang harus hati - hati soal perilaku terutama bagi pendatang, apalagi ... soal main hati perempuan gitu nah. Eeng ... jadi ... gini, Pak! Tadi ulun liat si Adit ..." Muklas tiba - tiba memotong bicaranya, ia tampak kikuk untuk meneruskan ceritanya.


"Si Adit kenapa?"


"Itu ... aduh, gimana bilangnya ya," ujar Muklas yang tampak menahan tawa.


"Pilih cerita, apa nggak aku acc lemburanmu?" sahutku seraya memencet klakson karena hendak menyalip sebuah bus yang tengah berderu di depan mobil LV yang kami tumpangi.


"Ampun ... ampun Pak! Anu ... Ini menyangkut soal sensitif, Pak!" kata Muklas dengan nada berbisik.


"Maksudnya?"


"Itu na, burung si Adit!"


"Hah? Burung?"


*****

Bersambung..

Next
Diubah oleh dwyzello 17-11-2020 18:48
tien212700Avatar border
bukhoriganAvatar border
bebyzhaAvatar border
bebyzha dan 37 lainnya memberi reputasi
36
13.3K
269
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dwyzelloAvatar border
TS
dwyzello
#7
Part 2
kaskus-image
Pict source : google search

Quote:



*****

Anita ... oh Anita. Gadis belia asli Kalimantan yang sungguh cantik jelita. Matanya sipit, bulu matanya lentik, kulitnya putih, perawakannya tinggi dan berisi, serta sifat ramah nan cerianya, begitu mampu menggiurkan insan manusia yang disebut pria itu.


Ah, aku jadi teringat kembali tiga tahun lalu, saat aku bertemu dengannya pertama kali. Saat dimana, ia duduk di depanku dalam rangka wawancara kerja untuk mengisi satu spot admin serviceyang sedang kosong, karena pendahulunya telah resign.


Entahlah, diantara pelamar wanita lain yang notabene lulusan sarjana serta berpengalaman, hanya dialah yang mampu meyakinkanku untuk memilihnya. Jujur, kecantikannya itulah yang menjadi alasan terbesarku untuk mencomotnya. Yah, hitung - hitung, bisa menjadi pencuci mata diantara banyaknya karyawan yang semuanya adalah manusia berbatang.


Tak kupungkiri, aku hampir saja terperdaya oleh kharismanya meskipun saat itu aku sudah memiliki seorang kekasih yaitu Dewi, yang saat ini telah resmi menjadi istriku. Andai saja ... aku belum mempersunting Dewi, mungkin aku akan berusaha meluncurkan aksiku untuk menjadikan Anita sebagai pendamping hidupku.


Namun, semua angan - angan itu hanyalah semu. Belum genap enam bulan menjadi admin service, Anita pun sontak menggemparkan jagat dunia pertambangan di site ini. Kabar dirinya yang tengah berpacaran dengan Aditya, telah berhasil meluluhlantakkan hati para budak cinta Anita.
Meskipun akhirnya, hubungan keduanya kini telah hancur dengan akhir yang tak baik.


Pikiranku benar - benar berkecamuk. Ada perasaan geram dengan Aditya yang semena - mena terhadap Anita, ada juga perasaan kasihan terhadap Aditya yang begitu aneh hari ini. Memikirkan Aditya, seketika membuat organ di bawah perutku terasa ngilu. Perkataan Muklas tadi, benar - benar membuatku ngeri.


"Itu lho Pak Doni, burung yang dibawah ini!" jelas Muklas menjawab kebingunganku seraya menunjuk ke arah miliknya.


"Jadi, tadi ulun sama Adit kebelet pipis. Kita orang mampir dulu lah ke masjid PT P*ma buat kencing di sana. Lagi enak - enak kencing, eeee tiba - tiba si Adit teriak - teriak katanya burungnya ilang!"


"Hah? Ilang?"
Aku hanya bisa menelan ludah seraya berusaha mencernanya dengan logikaku. Jika dipikir - pikir, Muklas tidak mungkin membual. Dirinyalah satu - satunya mekanik yang paling rajin melaksanakan sholat lima waktu. Bahkan saat di lapangan pun, ia selalu menyempatkan sholat sekalipun itu sedang berada di dalam bucket excavator.


"Iya Pak, katanya rata gitu na, ilang semua sampe ke telur - telurnya! Gitu ai yang ulun denger dari teriakannya si Adit," terang Muklas dengan wajah super seriusnya.


"Edan, gila!" umpatku lirih.


"Mekanik lain tau? Terus abis itu gimana? Kamu juga liat burungnya ilang?" tanyaku amat penasaran.


"Umai! Kada liat lah Pak! Ulun langsung lari ke tempat si Adit. Si Adit langsung bengong gitu aja, pang. Terus langsung masuk mobil bareng ulun."


Itulah sepenggal percakapan yang terus terngiang - ngiang di kepalaku setelah berhasil mengantar Muklas di depan kediamannya. Hal itu sungguh membuatku tak berhenti bergidik. Mungkinkah ini hukuman dari Anita atas penghianatan Aditya?
Entahlah! Yang jelas aku bersyukur karena dulu, aku tak sampai tergoda untuk menduakan Dewi demi memacari Anita. Bisa - bisa harta pusakaku ini yang menjadi korbannya.


"Sialan! Jokoku jadi terasa ngilu!" umpatku dalam hati.


Perjalanan pulang yang kulalui, sudah hampir menuju garis finish. Aku pun segera memelankan mobil yang kunaiki, melewati gapura untuk masuk ke dalam halaman rumahku. Pasti saat ini, Dewi sudah sangat menantikan kedatanganku. Akhir - akhir ini, ia sangat susah payah menjalani kehamilan mudanya pasca keguguran tahun lalu. Meskipun ia belum bisa makan makanan berat karena mual, setidaknya kelapa muda yang kubeli barusan dari warung Paman Iwak ini, bisa meredakan mualnya.


Dua buah kelapa muda sudah tergenggam di kedua tanganku. Seketika, tampak wajah sumringah istriku yang sigap menyambutku dari balik pintu.


"Mas!" ujarnya tersenyum berseri dengan daster batik favoritnya.


"Gimana hari ini? Nggak ada apa - apa kan?" tanyaku seraya menaruh kelapa muda dan tas ransel di atas meja ruang tamu.


"Alhamdulillah aman, Mas. Ini lho, Adek udah dapat orang yang mau nemenin adek selagi Mas belum pulang dari tambang," ungkapnya terlihat gembira seraya mencium punggung tanganku.


"Syukurlah, Mas ikut seneng. Emmm, berarti next Mas bisa ambil shift malam ya?" tanyaku yang sudah hampir sebulan ini meminta dispensasi day shift karena keadaan istriku yang cukup spesial ini.


"Emm, soal itu nanti tak tanyakan Mas. Orangnya masih di sini kok, dia masih di kamar mandi, Mas."


"Oalah, oke!" jawabku santai.


Tiba - tiba pandangan mataku terfokus pada ventilasi pintu, yang terselip sapu lidi kecil dan dua buah daun nanas.


"Lah? Kenapa ada daun nanas sama sapu di situ?" gumamku dalam hati.


"Dek, siapa yang naruh daun nanas sama sapu di si ..." Belum sempat kuteruskan kata - kataku, tiba - tiba tenggorokanku seperti tercekat. Keringat dingin seketika bercucuran dari kulit dahi dan punggungku. Badanku kaku, melihat sosok yang membuat organ pusakaku spontan terasa ngilu.


"A ... a ... Anita?"


*****

Bersambung..

Next
Diubah oleh dwyzello 05-11-2020 09:22
nunuahmad
rinandya
bebyzha
bebyzha dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.