- Beranda
- Stories from the Heart
LIMA BELAS MENIT
...
TS
gitartua24
LIMA BELAS MENIT


PROLOG
"Masa SMA adalah masa-masa yang paling ga bisa dilupakan." menurut sebagian orang. Atau paling engga gue anggepnya begitu. Di masa-masa itu gue belajar banyak tentang kehidupan mulai dari persahabatan, bandel-bandel ala remaja, cita-cita, masa depan, sampai menemukan pacar pertama dan terakhir?. Drama? mungkin. pake banget? bisa jadi.
Masa Sma bagi gue adalah tempat dimana gue membentuk jati diri. Terkadang gue bantuin temen yang lagi kena masalah dengan petuah-petuah sok bijak anak umur tujuh belas tahun. Gak jarang juga gue ngerasa labil sama sikap gue sendiri. mau gimana lagi, namanya juga anak muda. Kadang gue suka ketawa-ketawa sendiri dan mengamini betapa bodohnya gue saat itu.
Gue SMA di jaman yang namnya hp B*ackberry lagi booming-boomingnya. Di jaman itu juga yang namanya joget sapel-sapelan lagi hits. Mungkin kalo lo inget pernah masuk atau bahkan bikin squd sendiri terus launching jaket sambil jalan-jalan di mall mungkin lo bakal malu sendiri saat ada temen lo yang ngungkit-ngungkit masa itu. Gue sendiri paling kesel kalo adan orang petantang-petenteng dengan bangganya bilang kalu dia anggota salah satu squad sapel terkenal di ibu kota dan sekitarnya. Secara saat itu gue lebih suka nonton acara metal di Rossi Fatmawati. Playlist lagi gue juga ga jauh-jauh dari aliran metal, punk, hardcore. Mungkin itu yang ngebuat gue ga terlalu suka lagu EDM atau rap yang mumble. Atau bahkan lagu RnB yang sering ada di top 100 Joox dan Spotify. Yaaa meskipun gue sekarang lebih kompromi dengan dengerin lagu apa aja yang gue suka, ga mandang genre.
Oiya, nama gue Atreya xxxxx. Biasa dipanggil Treya, dengan tinggi 182 cm dan berat 75 kg (naik turun tergantung musim). Ganteng dan menawan? relatif. Nama gue mungkin aneh ntuk orang Indonesia. Tapi gue suka dengan nama ini. karena pada dasarnya gue emang gasuka segala sesuatu yang banyak orang lain suka. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue lahir dan besar di Jakarta, lebih tepatnya Jakarta selatan. Ga tau kenapa ada pride lebih aja Jakarta selatan dibanding bagian Jakarta lainnya, meskipun gue tinggal di Bintaro, hehe. Bokap gue kerja di suatu kantor yang ngurusin seluruh bank yang ada di Indonesia. Meski kerja kantoran tapi bokap gue suka banget yang namanya musik. mungkin darah itu menurun ke gue. Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang ngerangkap jadi pebisnis kecil-kecilah dimana orderan paling ramenya dateng pas bulan puasa. mulai dari makanan kering sampe baju-baju. Kakak gue cewek beda empat tahun. Waktu gue masuk SMA berarti doi baru masuk kuliah. Kakak gue ini orangnya cantik pake banget gan. kembang sekolah gitu dah. Gue bahkan sampe empet kalo ada temen cowoknya yang sok-sok baikin gue.
Lo percaya dengan dunia pararel? Dunia dimana ada diri kita yang lain ngelakuin sesuatu yang beda sama apa yang kita lakuin sekarang. Misalnya lo ada di dua pilihan, dan lo milih pilihan pertama. Untuk beberapa lama setelah lo ngejalanan pilihan lo mungkin lo bakal mukir ""Gue lagi ngapain yaa sekarang kalo milih pilihan yang kedua. mungkin gue lebih bahagi. Atau mungkin lebih sedih." Hal itulah yang ngebuat gue bikin cerita ini.
Ditahun itu gue baru masuk salah satu SMA di Jakarta selatan. Disaat itu juga cerita gue dimulai
INDEX
Part 1 - MOS day
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Peraturan Sekolah
Part 4 - Balik Bareng
Part 5 - Masih MOS Day
part 6 - Terakhir MOS Day
Part 7 - Hujan
Part 8 - Pertemuan
Part 9 - Debat Penting Ga Penting
Part 10 - Atas Nama solidaritas
Part 11 - Rutinitas
Part 12 - Om Galih & Jombang
Part 13 - Gara Gara Cukur Rambut
Part 14 - Rossi Bukan Pembalap
Part 15 - Bertemu Masa Lalu
Part 16 - Menghibur Hati
Part 17 - Ga Makan Ga Minum
Part 18 - SOTR
Part 19 - Tubirmania
Part 20 - Bukber
Part 21 - Masih Bukber
Part 22 - Wakil Ketua Kelas & Wacana
Part 23 - Latihan
Part 24 - The Rock Show
Part 25 - After Show
Part 26 - Anak Kuliahan
Part 27 - Malam Minggu Hacep
Part 28 - Aneh
Part 29 - Kejutan
Part 30 - Dibawah Sinar Warna Warni
Part 31 - Perasaan
Part 32 - Sela & Ramon
Part 33 - HUT
Part 34 - Masuk Angin
part 35 - Kunjungan
Part 36 - Wacana Rico
Part 37 - Atletik
Part 38 - Pengganggu
Part 39 - Nasib jadi Adek
Part 40 - Boys Talk
Part 41 - Taurus
Part 42 - Klise
Part 43 - Eksistensi
Part 44 - Utas VS Aud
Part 45 - Naik Kelas
Part 46 - XI IPA 1
Part 47 - Yang Baru
Part 48 - Lo Pacaran Sama Putri?
Part 49 - Sok Dewasa
Part 50 - Masih Sok Dewasa
Part 51 - Salah Langkah
Part 52 - Penyesalan
Part 53 - Bubur
Part 54 - Bikin Drama
Part 55 - Latihan Drama
Part 56 - Pertunjukan Drama
Part 57 - Coba-Coba
Part 58 - Greet
Part 59 - Sparing
Part 60 - Sedikit Lebih Mengenal
Part 61 - Hal Tidak Terduga
Part 62 - Hal Tidak Terduga Lainnya
Part 63 - Ngedate
Part 64 - Berita Dari Kawan
Part 65 : Second Chance
Part 66 - Maaf Antiklimaks
Part 67 - Bikin Film
Part 68 - Sudden Date
Part 69 - Masih Sudden Date (Lanjut Gak?)
Part 70 - Kok Jadi Gini
Part 71 - Sedikit Penjelasan
Part 72 - Sehari Bersama Manda
Part 73 - Masak Bersama Manda
Part 74 - Malam Bersama Manda
Part 75 - Otw Puncak
Part 76 - Villa & Kebun Teh
Part 77 - Malam Di Puncak
Part 78 - Hari Kedua & Obrolan Malam
Part 79 - Malam Tahun Baru
Part 80 - Shifting
Part 81 - Unclick
Part 82 - Gak Tau Mau Kasih Judul Apa
Part 83 - 17
Part 84 - Hari Yang Aneh
Part 85 - Pertanda Apa
Part 86 - Ups
Part 87 - Menjelang Perpisahan
Part 88 - Cerita Di Bandung
Part 89 - Obrolan Pagi Hari & Pulang
Part 90 - Awal Baru
Part 91 - Agit
Part 92 - Tentang Sahabat
Part 93 - Keberuntungan Atau Kesialan
Part 94 - Memulai Kembali
Part 95 - Belum Ingin Berakhir
Part 96 - Makan Malam
Part 97 - Rutinitas Lama
Part 98 - Sekedar Teman
Part 99 - Bukan Siapa-Siapa
Part 100 - Seperti Dulu
Part 101 - Kue Kering
Part 102 - Perusak Suasana
Part 103 - Cerita Di Warung Pecel
Part 104 - Konfrontasi
Part 105 - Tragedi Puisi
Part 106 - Gak Sengaja Jadian
Part 107 - Day 1
Part 108 - Mengerti
Part 109 - Sisi Lain
Part 110 - Cemburu
Part 111- Cemburu Lagi
Part 112 - Cerita Akhir Tahun
Part 113 - Ketemu Lagi
Part 114 - Malam Panjang
Part 115 - Malam Masih Panjang
Part 116 - Malam Berakhir
Part 117 - Mereka Bertemu
Part 118 - rekonsiliasi
Part 119 - Bicara Masa Depan
Part 120 - Langkah
Part 121 - UN
Part 122 - Pilox & Spidol
Part 123 - Menjelang Prom
Part 124 - Malam Perpisahan
Part 125 - Sebuah Akhir Untuk Awal Baru (TAMAT)
Epilog - Untuk Perempuan Yang Sempat Singgah Di Hati
Terima Kasih, Maaf, & Pengumuman
Special Part : Gadis Manis & Bocah Laki-Laki Di Kursi Depan
MULUSTRASI
Diubah oleh gitartua24 25-04-2022 01:17
JabLai cOY dan 122 lainnya memberi reputasi
119
197.8K
1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gitartua24
#591
Part 69 - Masih Sudden Date (Lanjut ga?)
Gultik di malam minggu, ga ada kata-kata yang bisa menggambarkan suasana malam ini di gultik selain ramai. Puluhan, atau bahkan ratusan penjual gulai, mulai dari yang pikulan sampai yang gerobak berjejer memenuhi jalan mahakam. kayaknya udah banyak yang tau bagaimana kondisi gultik di malam minggu, tapi buat yang belom tau akan gue coba jelasin.
Gultik, atau singkatan dari gulai tikungan, atau biasa juga diplesetin jadi gulai tikus, adalah sejenis makanan yang banyak di jual di jalan mahakam, sekitaran kawasan blok m. berjejer dari blok m plaza, bulungan sampe taman ayodia deket barito. Tempat ini selalu rame setiap malam, ditambah lagi malem minggu yang ngebuat suasana menjadi semakin rame.
Meskipun cuman jajanan kaki lima, dengan harga seporsi gultik cuman sepuluh ribu udah dapet teh botol (waktu gue sma harganya segitu, sekarang sih udah naik), tapi bisa dibilang orang-orang yang makan disini adalah orang-orang yang punya duit. di sepanjang jalan berjejer mobil dan motor dengan berbagai merk dan jenis. Dandanan orang-orang ang dateng juga pada gergaya necis. ada yang pake kemeja, barang-barang branded. sudah pasti dong tujuan utama mereka bukan ke gultik ini.
Yak, tujuan utama mereka adalah untuk lanjut dugem atau clubbing. gak semuanya sih, ada juga yang cuman pengen nongkrong sambil makan ga terlalu berat. tapi bisa juga kan mereka makan di gultik terus pindah nongkrong, biar nanti tinggal beli minum doang, ga perlu makan lagi. jadi lah gultik sebagai tempat persinggahan sebelum pergi lagi, atau pulang. kalau kalian denger percakapan orang lain dan salah satunya bertanya ‘lanjut ga?’ itu berarti kemungkinan besar mereka mau pindah ke tempat dugem. selain itu kawasan mahakam ini juga deket dengan distrik yang banyak club malamnya kayak kemang atau senopati. blok m juga ada sih club malamnya, tapi dua nama itu lebih populer.
kenapa gue bisa tau? yaaah karena sedikit banyaknya gue juga berada di lingkungan tersebut. mungkin belom pernah gue ceritain. jadi kalau gue nongkrong sama anak-anak di malem minggu, entah kita nongkrong di rumah bobby, kita pergi ngebeer-ngebeer di bar di daerah kemang atau antasari. terus pulangnya makan dulu di gultik. kalau ada yang berpikir gue norak atau gapantes karena masih sma nongkrong di tempat seperti itu (ex: bar) percayalah gue yang sekarang juga ngerasa seperti itu. maksud gue, ngapain. tunggu kek sebentar lagi pas kuliah, atau pas udah punya ktp. gue juga ga tau kenapa waktu itu gue sama temen-temen gua pada bisa masuk. gara-gara tampangnya pada tua kali, wkwkwk
cukup sudah sedikit cerita tentang gultik, sekarang balik ke cerita lagi. gue memarkirkan motor gue parkiran hanamasa yang udah tutup karena udah diatas jam sepulum malem. kemudian gue dan manda menuju ke salah satu penjual gultik yang ada di situ. tempatnya tepat di depan gang menuju suatu perumahan tengah kota yang udah di portal. ini adalah tempat langganan gue beli gultik. ga ada alasan pasti kenapa gue suka tempat ini. dari rasanya juga sama aja sama yang dijual abang-abang lain. mungkin karena ini tempat pertama kali gue makan gultik jadinya lebih terbiasa.
selama beberapa saat gue dan manda hanya berdiri bersebelahan sambil tengok kanan kiri buat nyari kursi mana yang ditinggal pemiliknya. ya, saat gue dan manda datang semua kursi udah terisi penuh. kebanyakan emang buat duduk, tapi ada aja yang make kursi buat naro kerupuk sama teh botol. ibaratnya tuh kerupuk sama teh bakalan pegel kalau ga di kasih kursi.
“rame banget yaa….” keluh manda waktu kita lagi nugguin tempat duduk.
“tau nih, bingung gue kanapa rame banget. kaya ga ada tempat lain aja pada kesini semua.” jawab gue memvalidasi perkataan manda, dan itu ngebuat dia ketawa.
“terus kita samanya lagi malah kesini juga.”
“bisa gitu yaa, aneh banget.” terus kita ketawa bareng lagi.
ga lama akhirnya ada gerombolan orang yang angkat kaki dari tempat duduk mereka. gue dengan secepat mungkin menyambar tempat duduk tersebut, kemudian mengamankan tiga bangku buat gue dan manda duduk. kok tiga? kan yang duduk cuma dua, yaaa buat kerupuk sama teh botol lah, wkwkwk.
gue pun memesan satu porsi gultik dan satu teh botol ke abang yang jualan, begitu juga dengan manda. sambil menunggu, gue ngeliatin suasana kawasan ini yang sepertinya selalu sama di malam minggu. ad anak kecil yang jualan tisu yang kadang-kadang rada memaksa jualnya. tukang parkir mobil dan motor yang kasih tarif gak masuk akal, buat umroh kayaknya. pengamen jalanan full akustikan dan sound system mini di seberang sevel. spg rokok yang ngejual produk terbaru yang gue yakin ga laku-laku amat di mini market. di kondisi biasa, kebanyakan pada ga beli karena yang ditawarin udah pada punya rokok. kalo lagi beruntung, ada aja yang beli satu dua bungkus tanpa nanya macem-macem. kalo lagi apes, spg-spg itu bakal digodain sama gerombolan-gerombolan cowok, dan mereka cuman bisa senyum dengan terpaksa sambil berharap rokoknya mau dibeli sama mereka, kalo perlu mereka kasih nomer mereka kalau diminta. gue sendiri sampe sekarang paling anti godain spg yang jualan rokok, tapi gue malah respect sama mereka. bukannya sok suci atau jaga image, tapi gue ngebayangin gimana beratnya jadi mereka dengan latar belakang kehidupan yang gue yakin gak mudah, dan gue ngerasa ga perlu nambahin beban mereka buat jualan rokok dengan gombalan-gombalan kacang goreng.
pesanan gue pun akhirnya tiba, dan gue dan manda mulai makan sambil diselingi beberapa obrolan.
“lo doyan tre isiannya jeroan gitu.” waktu mesen, manda mesen yang isinya daging doang, sementara gue sampur.
“awalnya sih gak doyan, tapi pas gue nyobain ternyata enak juga. teksturnya jadi macem-macem.”
“gue ga ngerti deh kenapa orang indo banyak banget yang doyan jeroan, kan isinya kolesterol semua.”
“itu ada sejarahnya juga tuh man.”
“ohya? emang apa sejarahnya sampe orang indo banyak yang suka jeroan.”
“gue tau ini kata saudara gue.” standar penjelasan awal biar kita ga keliatan bego kalo salah. “jadi dulu waktu jaman penjajahan warga pribumi kebanyakan ga mampu beli daging, sementara orang belanda pada ga doyan makan jeroan. nah sama pedaganya daripada dibuang mending dijual lagi dengan harga yang lebih murah dibandingin daging. lagian orang indo waktu itu ga punya banyak pilihan, buat makan aja susah.”
“oooooo begitu.” sahut manda menanggapi sambil ber ooo ria. “mira kaya kenapa nasi pada lebih banyak kalo dibungkus dong yaa.”
“nasi padang kalo dibungkus?”
“iyaa, katanya dulu orang-orang yang boleh dan bisa makan di warung padang itu cuman orang belanda sama bangsawan. nah karena solidaritas, rakyat biasa yang beli makannya harus dibungkus dilebihin nasinya sama yang jual.”
“oh iya iya, gue juga pernah denger tuh yang kaya gitu.”
“lo sepiring cukup tre?” tanya manda waktu nasi di piring gue udah mau abis.
“enggak, nih mau nambah lagi.” kata gue sambil berdiri dari tempat duduk. “sengaja biar masih panas.”
“gue bingung….” kata gue mencari percakapan sambil menghisap rokok yang gue beli ketengan. “kenapa orang pada rapih-rapih banget ke gultik.” maksudnya gue mengomentari orang-orang yang dateng ke sini, kayaknya waktu itu gue ngeliat cowok sama cewek yang rapih banget pakaiannya. yang cowok pake kemeja putih rapih gitu terus yang yang ceweknya pake dress.
“biasa lah tre, paling pada mau lanjut lagi.” sahut manda menanggapi.
“lo suka dugem juga man?” tanya gue polos.
“suka-suka aja sih, kalau bareng sama temen-temen.” jelas manda. “lo sendiri?”
“gue pribadi kurang suka sih, tapi kalo nongkrongnya doang di bar suka.” jawab gue. “gabisa gue jogetnya.”
“HAHAHAHA, ada-ada aja dal lo tre. berarti kalo gue lagi gabut terus pengen ngajakin lu dugem lo gamau dong tre.”
“mau-mau aja sih gue, tapi kalau bisa yang live music, hahaha.”
“sekarang yuk.” ajak manda tiba-tiba.
“hah, seriusan nih. lanjut nih kita.”
“seriusan, cari yang ada live music aja. gue tau tempatnya.”
“set, minum apaan kita berdua doang.”
“beer-beeran aja”
“lu dicariin ga pulang lewat dari jam 12 malem.”
“kaga lah, selow. emangnya gue cinderella. lo kali yang ga boleh pulang lewat jam 12 malem.”
“woles gue mah...” padahal setak setuk juga kalo bokap gue bangun jam segitu. “paling motor gue berubah jadi buah labu.”
Daaaan berangkatlah kita menuju suatu bar di kawasan ruko pondok indah. disana emang terkenal sering dipenuhi sama anak-anak sekolahan yang sedang mencoba mencari identitas diri, termasuk gue pada saat itu.
“nanti kalau ga dapet tempat duduk gimana man?”
“Berdiri aja, kita ga sampe pagi ini kan.”
“oke, santai-santai.”
gue dan manda memasuki bar tersebut dan seperti yang gue duga sebelumnya, tempatnya penuh sesak dipenuhi pengunjung lain. bahkan dari luar pintu masuk gue udah bisa ngedenger suara alat musik yang dimainkan dengan keras. gue dan manda langsung menuju bar buat memesan minuman. tadinya gue mau memesan beer, tapi kata manda kentang, yaudah kita akhirnya mesen soju buat berdua. kalo kurang tinggal nambah lagi. tadinya malah mau pesen brainwash buat berdua, dalem hati, lebih nih orang. kalo gue nginep gapapa dah, gue takut ada apa-apa di jalan doang.
gue sempet mikir udah abis berapa gue buat malem ini. setelah gue pikir-pikir dan mengingat-ingat tabungan gue, yauds lah, sekali-sekali pikir gue. sama ada satu hal yang buat gue sangat malesin di tempat seperti, yaitu kalau ketemu orang yang kita kenal, apa lagi kalau kenalnya ga kenal-kenal banget.
pada awalnya gue diem-dieman doang sama manda cuman diem-dieman sambil dengerin iringan band, tapi lama-lama nyanyi juga sambil turun ketengah kerumunan orang. mungkin karena pengaruh alkohol, atau mungkin karena rasa jaimnya udah ilang. yang jelas waktu bannya bawain dont look back in anger yang jadi salah satu lagu wajib yang dibawain di bar gue dan manda mulai bernyanyi bareng.
Malam semakin larut, gue dan manda semakin terbawa suasana ‘dunia malam.’ yang sebenernya buat gue biasa aja. tapi jiwa muda gue cukup menikmati malam itu. gue udah ga ragu lagi buat rangkul manda karena gak ada penolakan juga dari dia, malah terkesan membiarkan atau menyambut. manda sendiri berkali-kali merangkul pinggang gue. tapi malem itu gue dan manda ga terlalu mabok banget meskipun udah ngabisin dua botol soju berdua, dikit sih, tapi sesekali ada orang yang ngasih minumannya ke kita. biasa lah, orang-orang mabok sok akrab di bar yang cari perhatian sama cewek cantik, tapi kecewa karena mereka tau manda dateng bareng gue, jadi mau gamau gue dikasih juga tuh minuman.
menjelang pukul satu malem kita berdua mutusin bau balik, ga terlalu lama disana, cuman sekitar dua jam, dan untungnya manda setuju aja karena live musicnya udah diganti sama dj set.
gue nganterin manda sampe depan rumahnya, daaaaan ga ada yang terjadi malam itu. kenapa? berharap gue dapet ciuman di bibir atau diajak nginep, wkwkwkwk. gue sama sekali ga pernah kepikiran hal tersebut. entah karena gue yang terlalu culun saat itu atau idealis gue tentang sebuah hubungan antara manusia yang seharusnya gak saling memanfaatkan. Malam itu manda cuman bilang terima kasih dan ngajakin kapan-kapan ‘dugem’ lagi bareng dia (sumpah gue ga suka banget gunain kata itu, tapi ga ada kata lain yang kepikiran buat ngegambarin aktifitas seperti itu di bar atau club malam). setelah itu dia nyuruh gue hati-hati di jalan karena takutnya gue mabok. gue bilang aja kalo mau mabok harusnya minum cap tikus, hahaha. dan gue pun berhasil sampe rumah dengan selamat. selamat di perjalanan, dan selammat juga karena bokap nyokap gue ga kebangun, hahaha.
Gultik di malam minggu, ga ada kata-kata yang bisa menggambarkan suasana malam ini di gultik selain ramai. Puluhan, atau bahkan ratusan penjual gulai, mulai dari yang pikulan sampai yang gerobak berjejer memenuhi jalan mahakam. kayaknya udah banyak yang tau bagaimana kondisi gultik di malam minggu, tapi buat yang belom tau akan gue coba jelasin.
Gultik, atau singkatan dari gulai tikungan, atau biasa juga diplesetin jadi gulai tikus, adalah sejenis makanan yang banyak di jual di jalan mahakam, sekitaran kawasan blok m. berjejer dari blok m plaza, bulungan sampe taman ayodia deket barito. Tempat ini selalu rame setiap malam, ditambah lagi malem minggu yang ngebuat suasana menjadi semakin rame.
Meskipun cuman jajanan kaki lima, dengan harga seporsi gultik cuman sepuluh ribu udah dapet teh botol (waktu gue sma harganya segitu, sekarang sih udah naik), tapi bisa dibilang orang-orang yang makan disini adalah orang-orang yang punya duit. di sepanjang jalan berjejer mobil dan motor dengan berbagai merk dan jenis. Dandanan orang-orang ang dateng juga pada gergaya necis. ada yang pake kemeja, barang-barang branded. sudah pasti dong tujuan utama mereka bukan ke gultik ini.
Yak, tujuan utama mereka adalah untuk lanjut dugem atau clubbing. gak semuanya sih, ada juga yang cuman pengen nongkrong sambil makan ga terlalu berat. tapi bisa juga kan mereka makan di gultik terus pindah nongkrong, biar nanti tinggal beli minum doang, ga perlu makan lagi. jadi lah gultik sebagai tempat persinggahan sebelum pergi lagi, atau pulang. kalau kalian denger percakapan orang lain dan salah satunya bertanya ‘lanjut ga?’ itu berarti kemungkinan besar mereka mau pindah ke tempat dugem. selain itu kawasan mahakam ini juga deket dengan distrik yang banyak club malamnya kayak kemang atau senopati. blok m juga ada sih club malamnya, tapi dua nama itu lebih populer.
kenapa gue bisa tau? yaaah karena sedikit banyaknya gue juga berada di lingkungan tersebut. mungkin belom pernah gue ceritain. jadi kalau gue nongkrong sama anak-anak di malem minggu, entah kita nongkrong di rumah bobby, kita pergi ngebeer-ngebeer di bar di daerah kemang atau antasari. terus pulangnya makan dulu di gultik. kalau ada yang berpikir gue norak atau gapantes karena masih sma nongkrong di tempat seperti itu (ex: bar) percayalah gue yang sekarang juga ngerasa seperti itu. maksud gue, ngapain. tunggu kek sebentar lagi pas kuliah, atau pas udah punya ktp. gue juga ga tau kenapa waktu itu gue sama temen-temen gua pada bisa masuk. gara-gara tampangnya pada tua kali, wkwkwk
cukup sudah sedikit cerita tentang gultik, sekarang balik ke cerita lagi. gue memarkirkan motor gue parkiran hanamasa yang udah tutup karena udah diatas jam sepulum malem. kemudian gue dan manda menuju ke salah satu penjual gultik yang ada di situ. tempatnya tepat di depan gang menuju suatu perumahan tengah kota yang udah di portal. ini adalah tempat langganan gue beli gultik. ga ada alasan pasti kenapa gue suka tempat ini. dari rasanya juga sama aja sama yang dijual abang-abang lain. mungkin karena ini tempat pertama kali gue makan gultik jadinya lebih terbiasa.
selama beberapa saat gue dan manda hanya berdiri bersebelahan sambil tengok kanan kiri buat nyari kursi mana yang ditinggal pemiliknya. ya, saat gue dan manda datang semua kursi udah terisi penuh. kebanyakan emang buat duduk, tapi ada aja yang make kursi buat naro kerupuk sama teh botol. ibaratnya tuh kerupuk sama teh bakalan pegel kalau ga di kasih kursi.
“rame banget yaa….” keluh manda waktu kita lagi nugguin tempat duduk.
“tau nih, bingung gue kanapa rame banget. kaya ga ada tempat lain aja pada kesini semua.” jawab gue memvalidasi perkataan manda, dan itu ngebuat dia ketawa.
“terus kita samanya lagi malah kesini juga.”
“bisa gitu yaa, aneh banget.” terus kita ketawa bareng lagi.
ga lama akhirnya ada gerombolan orang yang angkat kaki dari tempat duduk mereka. gue dengan secepat mungkin menyambar tempat duduk tersebut, kemudian mengamankan tiga bangku buat gue dan manda duduk. kok tiga? kan yang duduk cuma dua, yaaa buat kerupuk sama teh botol lah, wkwkwk.
gue pun memesan satu porsi gultik dan satu teh botol ke abang yang jualan, begitu juga dengan manda. sambil menunggu, gue ngeliatin suasana kawasan ini yang sepertinya selalu sama di malam minggu. ad anak kecil yang jualan tisu yang kadang-kadang rada memaksa jualnya. tukang parkir mobil dan motor yang kasih tarif gak masuk akal, buat umroh kayaknya. pengamen jalanan full akustikan dan sound system mini di seberang sevel. spg rokok yang ngejual produk terbaru yang gue yakin ga laku-laku amat di mini market. di kondisi biasa, kebanyakan pada ga beli karena yang ditawarin udah pada punya rokok. kalo lagi beruntung, ada aja yang beli satu dua bungkus tanpa nanya macem-macem. kalo lagi apes, spg-spg itu bakal digodain sama gerombolan-gerombolan cowok, dan mereka cuman bisa senyum dengan terpaksa sambil berharap rokoknya mau dibeli sama mereka, kalo perlu mereka kasih nomer mereka kalau diminta. gue sendiri sampe sekarang paling anti godain spg yang jualan rokok, tapi gue malah respect sama mereka. bukannya sok suci atau jaga image, tapi gue ngebayangin gimana beratnya jadi mereka dengan latar belakang kehidupan yang gue yakin gak mudah, dan gue ngerasa ga perlu nambahin beban mereka buat jualan rokok dengan gombalan-gombalan kacang goreng.
pesanan gue pun akhirnya tiba, dan gue dan manda mulai makan sambil diselingi beberapa obrolan.
“lo doyan tre isiannya jeroan gitu.” waktu mesen, manda mesen yang isinya daging doang, sementara gue sampur.
“awalnya sih gak doyan, tapi pas gue nyobain ternyata enak juga. teksturnya jadi macem-macem.”
“gue ga ngerti deh kenapa orang indo banyak banget yang doyan jeroan, kan isinya kolesterol semua.”
“itu ada sejarahnya juga tuh man.”
“ohya? emang apa sejarahnya sampe orang indo banyak yang suka jeroan.”
“gue tau ini kata saudara gue.” standar penjelasan awal biar kita ga keliatan bego kalo salah. “jadi dulu waktu jaman penjajahan warga pribumi kebanyakan ga mampu beli daging, sementara orang belanda pada ga doyan makan jeroan. nah sama pedaganya daripada dibuang mending dijual lagi dengan harga yang lebih murah dibandingin daging. lagian orang indo waktu itu ga punya banyak pilihan, buat makan aja susah.”
“oooooo begitu.” sahut manda menanggapi sambil ber ooo ria. “mira kaya kenapa nasi pada lebih banyak kalo dibungkus dong yaa.”
“nasi padang kalo dibungkus?”
“iyaa, katanya dulu orang-orang yang boleh dan bisa makan di warung padang itu cuman orang belanda sama bangsawan. nah karena solidaritas, rakyat biasa yang beli makannya harus dibungkus dilebihin nasinya sama yang jual.”
“oh iya iya, gue juga pernah denger tuh yang kaya gitu.”
“lo sepiring cukup tre?” tanya manda waktu nasi di piring gue udah mau abis.
“enggak, nih mau nambah lagi.” kata gue sambil berdiri dari tempat duduk. “sengaja biar masih panas.”
“gue bingung….” kata gue mencari percakapan sambil menghisap rokok yang gue beli ketengan. “kenapa orang pada rapih-rapih banget ke gultik.” maksudnya gue mengomentari orang-orang yang dateng ke sini, kayaknya waktu itu gue ngeliat cowok sama cewek yang rapih banget pakaiannya. yang cowok pake kemeja putih rapih gitu terus yang yang ceweknya pake dress.
“biasa lah tre, paling pada mau lanjut lagi.” sahut manda menanggapi.
“lo suka dugem juga man?” tanya gue polos.
“suka-suka aja sih, kalau bareng sama temen-temen.” jelas manda. “lo sendiri?”
“gue pribadi kurang suka sih, tapi kalo nongkrongnya doang di bar suka.” jawab gue. “gabisa gue jogetnya.”
“HAHAHAHA, ada-ada aja dal lo tre. berarti kalo gue lagi gabut terus pengen ngajakin lu dugem lo gamau dong tre.”
“mau-mau aja sih gue, tapi kalau bisa yang live music, hahaha.”
“sekarang yuk.” ajak manda tiba-tiba.
“hah, seriusan nih. lanjut nih kita.”
“seriusan, cari yang ada live music aja. gue tau tempatnya.”
“set, minum apaan kita berdua doang.”
“beer-beeran aja”
“lu dicariin ga pulang lewat dari jam 12 malem.”
“kaga lah, selow. emangnya gue cinderella. lo kali yang ga boleh pulang lewat jam 12 malem.”
“woles gue mah...” padahal setak setuk juga kalo bokap gue bangun jam segitu. “paling motor gue berubah jadi buah labu.”
Daaaan berangkatlah kita menuju suatu bar di kawasan ruko pondok indah. disana emang terkenal sering dipenuhi sama anak-anak sekolahan yang sedang mencoba mencari identitas diri, termasuk gue pada saat itu.
“nanti kalau ga dapet tempat duduk gimana man?”
“Berdiri aja, kita ga sampe pagi ini kan.”
“oke, santai-santai.”
gue dan manda memasuki bar tersebut dan seperti yang gue duga sebelumnya, tempatnya penuh sesak dipenuhi pengunjung lain. bahkan dari luar pintu masuk gue udah bisa ngedenger suara alat musik yang dimainkan dengan keras. gue dan manda langsung menuju bar buat memesan minuman. tadinya gue mau memesan beer, tapi kata manda kentang, yaudah kita akhirnya mesen soju buat berdua. kalo kurang tinggal nambah lagi. tadinya malah mau pesen brainwash buat berdua, dalem hati, lebih nih orang. kalo gue nginep gapapa dah, gue takut ada apa-apa di jalan doang.
gue sempet mikir udah abis berapa gue buat malem ini. setelah gue pikir-pikir dan mengingat-ingat tabungan gue, yauds lah, sekali-sekali pikir gue. sama ada satu hal yang buat gue sangat malesin di tempat seperti, yaitu kalau ketemu orang yang kita kenal, apa lagi kalau kenalnya ga kenal-kenal banget.
pada awalnya gue diem-dieman doang sama manda cuman diem-dieman sambil dengerin iringan band, tapi lama-lama nyanyi juga sambil turun ketengah kerumunan orang. mungkin karena pengaruh alkohol, atau mungkin karena rasa jaimnya udah ilang. yang jelas waktu bannya bawain dont look back in anger yang jadi salah satu lagu wajib yang dibawain di bar gue dan manda mulai bernyanyi bareng.
Malam semakin larut, gue dan manda semakin terbawa suasana ‘dunia malam.’ yang sebenernya buat gue biasa aja. tapi jiwa muda gue cukup menikmati malam itu. gue udah ga ragu lagi buat rangkul manda karena gak ada penolakan juga dari dia, malah terkesan membiarkan atau menyambut. manda sendiri berkali-kali merangkul pinggang gue. tapi malem itu gue dan manda ga terlalu mabok banget meskipun udah ngabisin dua botol soju berdua, dikit sih, tapi sesekali ada orang yang ngasih minumannya ke kita. biasa lah, orang-orang mabok sok akrab di bar yang cari perhatian sama cewek cantik, tapi kecewa karena mereka tau manda dateng bareng gue, jadi mau gamau gue dikasih juga tuh minuman.
menjelang pukul satu malem kita berdua mutusin bau balik, ga terlalu lama disana, cuman sekitar dua jam, dan untungnya manda setuju aja karena live musicnya udah diganti sama dj set.
gue nganterin manda sampe depan rumahnya, daaaaan ga ada yang terjadi malam itu. kenapa? berharap gue dapet ciuman di bibir atau diajak nginep, wkwkwkwk. gue sama sekali ga pernah kepikiran hal tersebut. entah karena gue yang terlalu culun saat itu atau idealis gue tentang sebuah hubungan antara manusia yang seharusnya gak saling memanfaatkan. Malam itu manda cuman bilang terima kasih dan ngajakin kapan-kapan ‘dugem’ lagi bareng dia (sumpah gue ga suka banget gunain kata itu, tapi ga ada kata lain yang kepikiran buat ngegambarin aktifitas seperti itu di bar atau club malam). setelah itu dia nyuruh gue hati-hati di jalan karena takutnya gue mabok. gue bilang aja kalo mau mabok harusnya minum cap tikus, hahaha. dan gue pun berhasil sampe rumah dengan selamat. selamat di perjalanan, dan selammat juga karena bokap nyokap gue ga kebangun, hahaha.
japraha47 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup