- Beranda
- Stories from the Heart
KALAGENDA | RITUAL
...
TS
re.dear
KALAGENDA | RITUAL
Mohon maaf bagi yang sudah menunggu terlalu lama🙏
Kami ucapkan terimakasih banyak atas kesabarannya yang luar biasa.
Kalagenda telah kembali, semoga masih cukup menarik untuk disimak.
Konten Sensitif
"Sejatinya tidak ada ilmu hitam dan ilmu putih, ilmu tetaplah ilmu. Yang ada hanyalah pelakunya menapaki jalan yang mana."
Spoiler for SEASON 1 SAJEN:
Chapter: Sajen
adalah chapter pembuka dari kisah ini. Seperti ritual, sesajen dibutuhkan sebagai syarat utama.Kisah yang menceritakan persinggungan dengan seorang dukun sakti yang dipanggil Ki Kala. Seorang pelaku ilmu hitam yang sanggup memenuhi setiap permintaan. Tentu dengan bayaran nyawa.
Akankah kami dapat bertahan?
Spoiler for TOKOH UTAMA:
Kang Adul Ojol
Seorang pengemudi ojek online berumur 40tahunan. Seorang bapak dengan 2 anak yang selalu mengutamakan keluarga. Kesialan yang dirinya atau rekan-rekannya alami membawa sisi yang jarang diekspos dari pekerjaan ojek online.
Mang Ian Warung
Perantau 27tahun dari kampung yang masih betah dalam status lajang ini mengelola sebuah warung yang berlokasi disebuah pertigaan angker.
Bang Herul Akik
Mantan satpam berumur 35 tahunan dari beberapa perusahaan. Seorang bapak dengan 1 anak yang selalu penasaran dengan hal mistis. Pun kejadian sial yang ia alami membuatnya terjun ke dunia batu akik untuk menyambung hidup.
Teh Yuyun
Wanita berumur 50 tahun lebih yang menolak tua. Mempunyai 2 anak tanpa cucu. Siapa sangka dibalik sikapnya yang serampangan, ia adalah sosok yang mempunyai ilmu kebatinan.
INDEX:
1.1.Kang Adul Ojol: Resto Fiktif
1.2.Mang Ian Warung: Singkong Bakar
1.3.Bang Herul Akik: Lembur
1.4.Teh Yuyun: Pesugihan Janin
===============================
Mitaku Malang, Mitaku Kenang
1.5.Mang Ian Warung: Kupu-Kupu Malam
1.6.Kang Adul Ojol: "Offline aja mbak."
1.7.Teh Yuyun: Susuk Nyai
===============================
1.8.Bang Herul Akik: Cici Cantik
1.9.Kang Adul Ojol: Ayu Ting Ting
1.10.Bang Herul Akik: Mess Sial
===============================
Kala Bermula
1.11.Kang Adul Ojol: Harum
1.12.Kang Adul Ojol: Cicak
1.13.Teh Yuyun: Akhir Awal
===============================
1.14.Mang Ian Warung; Bayawak
1.15.Bang Herul Akik: Pabrik Tekstil [I]
1.16. Bang Herul Akik: Pabrik Tekstil [II]
1.17. Bang Herul Akik: Pabrik Tekstil [III]
===============================
KONFRONTASI
1.18. Teh Yuyun: Tumbal
1.19. Teh Yuyun: Kunjungan
1.20. Teh Yuyun: Getih Laris
===============================
1.21. Kang Adul Ojol: Petaka Hamil Tua
1.22. Mang Ian Warung: Puputon [I]
1.23. Mang Ian Warung: Puputon [II]
1.24. Mang Ian Warung: Puputon [III]
===============================
BAHLA
1.25. Teh Yuyun: Rega [I]
1.26. Teh Yuyun: Rega [II]
1.27. Teh Yuyun: Rega [III]
===============================
1.28. Mang Ian Warung: Panon
1.29. Bang Herul Akik; No.19
TALAMBONG JARIAN
1.30. Citraghati [I]
1.31. Citraghati [II]
1.32. Citraghati [III]
1.33. Dalak Natih [I]
1.34. Dalak Natih [II]
1.35. Purwayiksa [I]
1.36. Purwayiksa [II]
1.37. Purwayiksa [III]
1.38.
=====SARANANDANG=====
1.39. Kara
1.40. Vijaya (I)
1.41. Vijaya (II)
1.42. Vijaya (III)
1.43. Kusuma Han (I)
1.44. Kusuma Han (II)
1.45. Sang Bakul (I)
1.46. Sang Bakul (II)
1.47. Pathilaga
1.48. Hieum
1.49. EPILOG SEASON 1
Chapter: MANTRA
Setelah kisah pembuka dari kengerian seorang dukun, seluk-beluk, latar belakang, & segala yang melengkapi kekejamannya usai lengkap. Penulis kembali meneruskan kisah horornya.
Sebab tatkala persiapan sesajen telah memenuhi syarat, kini saatnya mantra tergurat.
Cara apa lagi yang akan digunakan untuk melawan Ki Kala?
Siapa lagi korban yang berhasil selamat dari kekejaman ilmu hitamnya?
Bagaimana perlawanan sang tokoh utama dalam menghadapi Ki Kala?
Akankah kali ini kami berhasil?
Spoiler for TOKOH UTAMA:
DINDA
Penerus sekaligus anak perempuan dari Nyi Cadas Pura alias Teh Yuyun di chapter sebelumnya. Usianya belumlah genap 30 tahun, namun ilmu yang ia kuasai hampir setara dengan milik ibunya.
RATIH
Seorang (mantan) Pelayan rumah dari keluarga besar Han yang sudah binasa. Manis namun keji, adalah gambaran singkat mengenai gadis yang baru berusia 25 tahun ini.
IMAM
Seorang mahasiswa di salahsatu kampus yang tak jauh dari tempat Dinda tinggal. Seorang keturunan dari dukun santet sakti di masa lalu. Meski ia menolak, namun para 'penunggu' ilmu leluhurnya kerap kali menganggu.
~~oOo~~
Penerus sekaligus anak perempuan dari Nyi Cadas Pura alias Teh Yuyun di chapter sebelumnya. Usianya belumlah genap 30 tahun, namun ilmu yang ia kuasai hampir setara dengan milik ibunya.
RATIH
Seorang (mantan) Pelayan rumah dari keluarga besar Han yang sudah binasa. Manis namun keji, adalah gambaran singkat mengenai gadis yang baru berusia 25 tahun ini.
IMAM
Seorang mahasiswa di salahsatu kampus yang tak jauh dari tempat Dinda tinggal. Seorang keturunan dari dukun santet sakti di masa lalu. Meski ia menolak, namun para 'penunggu' ilmu leluhurnya kerap kali menganggu.
~~oOo~~
INDEX
2.1. Prolog Mantra
2.2. Asih
2.3. Delman
2.4. Kaki Kiri
Santet
2.5. Tideuha Murak Pawon [I]
2.6. Tideuha Murak Pawon [II]
2.7. Bebegig
2.8. Mancing
Babak Pertama Pangkur
2.9. Tepak Hiji
2.10. Tepak Dua
2.11. Tepak Tilu
2.12. The Artefact
2.13. Pangkur: Maludra
2.14. Pangkur: Maludra (2)
2.15. Pangkur: Durma
2.16. The Unexpected One
2.17. Sastra Jingga
2.18. Socakaca
2.19. Calung Durma
2.20. Hanaca Raka
2.21. Hanaca Rayi
2.22. Sarangka Leungit
2.23. Mega Ceurik
2.24. Lumayung Mendung
2.25. Pangkur: Juru Demung (I)
2.26. pangkur: Juru Demung (II)
2.27. Aksara Pura
2.28. Tarung Aksara
2.29. Adinda Adjining Sanggah
2.30. Teh Tawar
2.31. Fleuron: Back Stage
Antawirya
2.32. Para Jaga Loka
2.33. Adarakisa
2.34. Niskala Eka Chakra
2.35. Rengga Wirahma
2.36. Astacala
2.37. Cantaka
2.38. Léngkah Kadua
~oOo~
2.39. Pelatihan Neraka
2.40. Anyaranta
Quote:
WARNING!!
Cerita ini mempunyai komposisi sebagai berikut:
> 70% FIKSI
> 25% GOOGLING
> 4% NANYA ORANG
> 0,9% KEBOHONGAN MURNI
> 0,1% KENYATAAN YANG MASIH DIRAGUKAN KEBENARANNYA
Dengan demikian, penulis harap kebijaksanaannya. Apabila terjadi kesamaan dalam penokohan, alur, latar belakang, artinya hanya ada 3 kemungkinan:
1. Kejadian itu kebetulan benar terjadi.
2. Pengalaman agan mainstream.
3. Karya saya yang terlalu biasa.
Happy reading!
Jangan lupa cendol & rating bintang lima nya ya!
Jangan lupa cendol & rating bintang lima nya ya!
Spoiler for REFERENSI::
Diubah oleh re.dear 30-06-2021 17:18
arieaduh dan 74 lainnya memberi reputasi
65
93.5K
Kutip
2.3K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
re.dear
#401
SARANANDANG:
SANG BAKUL (II)
'...ada pengkhianat di Korawa, kemungkinan ia adalah satu-satunya orang yang tak pernah ambil pusing di Hastinapura...'
SANG BAKUL (II)
'...ada pengkhianat di Korawa, kemungkinan ia adalah satu-satunya orang yang tak pernah ambil pusing di Hastinapura...'
Perlahan tapi pasti, kemampuan Sang Bakul mulai terlihat. Namun kehadiran Ratih seperti mengubah alur pertarungan ini menjadi lebih baik.
Hanya saja ada perasaan yang mengganjal saat melihat Sang Bakul dan Yuda bersamaan.
Aku coba memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi.
Dan sialnya, saat aku menyadari itu, semuanya sudah terlambat.
Spoiler for Sang Bakul (II):
"Berhenti mengkritik hal-hal sepele, guru."
Ucap Ratih sambil meminta kujangnya kembali pada Ayi.
"Sepele kau bilang? Kebaya putih itu adalah pakaian yang sangat cocok untuk pelaku ajian wanita! Kau akan kehilangan jati dirimu!"
Ayi melemparkan kujang putih Ratih untuk ditangkap.
"Kau yakin bukan karena wajahku yang mirip anak perempuanmu?"
Ratih menangkap kujangnya, mengelap darah yang menempel disana dan menyarungkan ke belakang pinggangnya.
"Te..tentu saja bukan! Mana mungkin aku mencampurkan perasaan pribadiku pada muridku sendiri?"
Ayi terdengar gelagapan.
"Berhenti berbohong, meski aku tak bisa membaca pikiranmu tapi wajahmu mengatakan segalanya."
Teh Yuyun melempar kujang yang lain pada Ratih agar ditangkap.
"Kau dengar itu? Kau harus belajar memasang wajah datar guru."
Ratih menangkapnya dan menyarungkan seperti yang satunya.
"Aaahh! Sejak kapan kalian bersekongkol melawanku?"
Ayi terlihat frustasi sambil memegangi kepalanya.
Mereka lalu mendekat dan berkumpul.
"Kau lihat itu? Lagi-lagi si bocah gila datang dan pergi seperti pengecut."
Teh Yuyun menunjuk ke belakangnya.
Dimana disitu ada tubuh Yuda yang sudah berubah menjadi boneka tanah kering yang sedang retak.
"Tapi disana sepertinya berhasil."
Ayi menunjuk ke tubuh sang Bakul yang tak bergerak, dahinya berlubang dan darah mengalir deras dari situ.
"Baiklah, sepertinya aku memang terlambat. Semuanya sudah berakhir."
Ujar Ratih sambil berlalu pergi.
Ayi dan teh Yuyun saling bertukar pandang.
"Seperti ini saja?"
Tanya Ayi.
"Kuharap memang semudah ini."
Jawab teh Yuyun.
Mereka terlihat tenang, meski keberadaan Yuda lagi-lagi menghilang.
"Ci...tr..a.."
Kusuma terdengar seperti ingin menyebutkan sesuatu namun karena tubuhnya lemah, ia seperti terpotong-potong mengatakan itu.
Ayi mendekatinya dan berjongkok di samping Kusuma.
"Ci? Cinta? Cita-cita?"
Ayi menebak-nebak apa yang ingin Kusuma katakan.
Kusuma tak menghiraukan Ayi, ia masih berusaha mengatakannya sendiri.
"Citra..."
Kata-kata Kusuma lagi-lagi terpotong.
"Citra rasa? Oh ayolah! Jangan bilang kau memikirkan makanan di waktu-waktu terakhirmu."
Ayi mengusap wajahnya kesal.
"... Ghati."
Kusuma mengatakan kata terakhirnya.
Lalu ia tersenyum puas.
"Citraghati?"
Ayi keheranan atas apa yang Kusuma coba ucapkan dengan nafas terakhirnya.
Darah yang keluar dari dahi Sang Bakul mengalir membentuk jalur menuju tubuh Kusuma yang sekarat.
Aku melihatnya tapi tak merasakan firasat apapun.
Ayi dan Teh Yuyun hanya memandang keheranan tanpa menyadari darah itu.
Saat mereka saling pandang, seseorang terbang dan terlempar diantara mereka, lalu jatuh terseret hingga menabrak dinding.
Itu Ratih!
Tanpa disadari teh Yuyun atau Ayi, bersamaan dengan terbangnya Ratih, sesuatu yang kecil berwarna hijau menggelinding dan berhenti tepat di jalur darah sang Bakul dan Kusuma.
Teh Yuyun dan Ayi sontak berbalik dan menoleh ke arah sumber Ratih terlempar.
"Lanjutkan?"
Yuda berjalan masuk, rambut ikal gondrong berantakan, bertelanjang dada, hanya memakai celana pendek hitam tanpa alas kaki terlihat angkuh sambil membawa kapak di pundaknya. Kapak besar itu cukup besar dan terlihat kontras dengan tubuhnya yang kurus kering.
"Dia bukan boneka, ajiannya terbatas. Kita harus ... Ohok..ohok.."
Teh Yuyun langsung berlutut, racun yang didapat dari luka yang disebabkan pertarungannya dengan sang Bakul mulai bereaksi.
"Baik, cukup. Dia asli kan?"
Ayi mengambil alih dan berjalan mendekati Yuda.
"Hehehe, aku akan jujur pada kalian. Aku ini pengecut, aku takkan muncul jika tidak ada kepastian untuk menang."
Yuda terkekeh, ia menancapkan kapaknya dengan posisi miring tepat di hadapannya.
Yuda lalu melebarkan kakinya selebar bahu, membuat beberapa gerakan dengan kedua tangannya.
Ia melakukan semua itu dengan cepat.
"Berhenti menari!"
Ayi menerjang dan berusaha menyerang Yuda dengan tendangannya.
Sesaat sebelum dirinya dapat menyentuh Yuda, sesuatu yang besar menghantam Ayi membuatnya harus terlempar menjauh.
Yuda tersenyum, sorot matanya tajam menatap ke satu arah.
Aku mencoba memperhatikan kemana dia melihat.
Sang Bakul!
Dia merubah wujudnya!
Ia masih berwujud manusia dari pinggang ke atas, sementara mempunyai tubuh ular dari pinggang ke bawah.
Di punggungnya ada api yang menyala-nyala, kedua tangannya berwarna hijau hingga siku.
Tubuh manusia gemuknya perlahan menguap dan berubah menjadi lebih ramping.
Matanya terbuka dan dia memperlihatkan mata ular, begitupun lidahnya.
Corak oranye dan biru di tubuh ularnya begitu familiar.
Dia melahap Rega bukan tanpa alasan! Inilah tujuan sebenarnya dari itu.
Ratih masih tak sadarkan diri, teh Yuyun masih terlihat mencoba mengeluarkan racun di tubuhnya, hanya Ayi yang masih bisa bertarung.
"Sialan! Aku benci keadaan ini."
Ayi bersiap dan memasang kuda-kuda.
"Matilah bu!"
Yuda melompat dan mengangkat kapaknya tinggi-tinggi mengincar leher teh Yuyun yang sedang memuntahkan racun.
Ayi seketika berlari dan melompat ke arah serangan itu, ia bermaksud untuk merubah arah serangan kapak Yuda.
Namun lagi-lagi sang Bakul menghempasnya dengan ayunan ekornya.
Saat Ayi terlempar di udara, sebuah tangan berwarna merah menangkapnya, membanting tubuhnya dan melemparkannya lagi dengan keras.
Ayi terlempar hingga tubuhnya menabrak dinding, ia lalu mencoba untuk berdiri dan melihat tangan siapa itu.
Kusuma Han telah bangkit!
Tubuhnya terlihat lebih kuat, kulitnya berwarna merah darah, uap panas menguar bukan hanya dari kedua lengannya namun di sekujur tubuhnya.
Di waktu yang sama,
Teh Yuyun yang sedang akan dipeganggal oleh Yuda, berusaha menghindar di detik-detik terakhir sebelum serangan itu mengenainya.
Teh Yuyun berguling dan dengan susah payah ia berdiri.
Sayangnya teh Yuyun berdiri di posisi yang tidak menguntungkannya, dia berada di tengah-tengah di kelilingi oleh Yuda, Kusuma, dan Sang Bakul.
"Jangan bilang kau berpikir bahwa aku takkan menguji tekadmu hingga seperti ini."
Kusuma berujar sambil menginjak sesuatu yang kecil berwarna hijau itu.
Saat kusadar, itu jeruk nipis?
"Aku hanya tak menyangka kau akan menggunakan tabu pamaliuntuk melawanku."
Teh Yuyun menatap jeruk nipis yang Kusuma injak.
"Jangan begitu menyalahkan aku, kau yang memulai dengan memanggil Hyang Pura."
Kusuma meremas tangannya dan melemaskan badannya, dia bersiap.
"Cukup ocehannya!"
Yuda menerjang ke arah teh Yuyun, ayunan kapaknya berkali-kali mengarah ke leher teh Yuyun.
Teh Yuyun dengan sisa-sisa tenaganya berusaha menghindar, namun sayang beberapa serangan telak mengenai lengan dan perutnya. Sayatan kapak besar itu cukup dalam ia terima.
Ayi yang baru dapat berdiri segera berlari untuk membantu teh Yuyun yang sedang terpojok.
Namun tendangan Kusuma dan ayunan ekor dilanjutkan dengan beberapa cakaran dari Sang Bakul membuatnya harus terpaksa membatalkan niatnya itu.
"Nyi bertahanlah!"
Di sela-sela hindaran Ayi, ia masih mengingatkan teh Yuyun.
Meski teh Yuyun tak dapat menjawab karena sibuk berusaha menghindari setiap serangan dari Yuda. Meski sebagian besar ia gagal menghindar, dan terluka cukup dalam di berbagai tempat.
Ayi yang sedang melawan Kusuma dan Sang Bakul lalu teh Yuyun yang sedang menghadapi Yuda. Mereka berdua bertarung di waktu yang sama.
Pertarungan ini berjalan buruk. Aku paham jika Ayi merubah tubuhnya menjadi asap kemungkinan sang Bakul akan menghisapnya, namun ia juga kesulitan bertahan dengan tubuh manusianya saat berhadapan dengan Kusuma.
Perlahan jari-jari Ratih bergerak, ia mulai tersadar dan bangkit. Ayi menyadari itu, ia dengan cekatan merubah posisinya agar Kusuma dan sang Bakul tidak melihat ke arah Ratih.
Saat Ratih akhirnya sadar sepenuhnya, ia mengeluarkan kedua kujangnya bersiap. Saat matanya melihat teh Yuyun yang sedang dihajar habis-habisan oleh Yuda, amarahnya meluap.
"Bayawak!
Ratih meneriaki kujangnya lalu itu mulai berubah secara perlahan. Kujang Ratih yang awalnya putih kini berubah warna menjadi hitam kehijauan.
Kusuma dan sang Bakul menyadari Ratih, namun saat sang Bakul akan mendekati Ratih, Ayi segera menciptakan tombak dengan ujung yang melengkung lalu menancapkannya ke pinggang sang Bakul. Sebelum Ayi dapat menarik tombaknya, sayangnya pukulan Kusuma menembus perutnya. Aku bisa melihat tubuh Ayi yang meleleh karena serangan itu.
Seolah tak ingin menyerah, Ayi tetap menarik sang Bakul agar tak mendekati Ratih.
Ratih tak menghiraukan apa yang Ayi lakukan, ia hanya melihatnya sekilas, lalu melompat ke arah teh Yuyun.
Ratih menarik kebaya teh Yuyun hingga ia jatuh ke belakang, lalu menahan serangan Yuda dan membalasnya dengan beberapa sayatan cepat di sekitar kedua lengan Yuda.
Menerima serangan Ratih, Yuda sadar saat melihat kujang Ratih berbeda, ia melompat mundur sambil melemparkan kapaknya ke arah Ratih.
Ratih menangkis kapak itu dan membelokkan arahnya ke arah Kusuma.
Kusuma yang sadar ada kapak yang mengincarnya terpaksa menangkis itu dan berbalik dari Ayi.
Ayi dengan cepat meraih tombak yang menancap di pinggang sang Bakul, mengayunkan tubuhnya sendiri hingga bisa melompat sampai di balkon lantai dua.
Ayi lalu berlari dan kembali melompat turun untuk mengambil tubuh teh Yuyun yang terkoyak, ia membawanya ke salahsatu sudut aula.
Ratih mengikuti Ayi dan berjaga di depannya. Sementara Yuda lagi-lagi lolos setelah mendapat luka sayatan dari Ratih.
sang Bakul meringis, ia lalu mencabut tombak yang menancap di pinggangnya, saat akan dilemparkan, tombak itu lenyap menjadi asap.
Kusuma yang kesal karena hampir terkena kapak juga mengibaskan tangannya yang terkena cairan hitam dari perut Ayi.
"Ternyata ada tikus di keluargaku."
Ujar Kusuma sambil menatap tajam ke arah Ratih.
"Katakan itu saat kau berada di dasar neraka F#ck!"
Ratih membalasnya sambil mengacungkan jari tengah tangan kirinya.
Ia masih berjaga-jaga dengan kujang di tangan kanannya.
"Aku memungutmu dulu karena kau mengemis meminta uang padaku. Lalu begini balasanmu?"
Kusuma masih memanasi Ratih.
"Dan uang-uangmu itu salahsatunya berasal dari tumbal saudariku, brengsek!"
Ratih tak tahan dan terus menghina Kusuma.
"Hahaha! Ternyata kau dendam padaku. Oh manisnya, itu artinya nasibmu akan sama dengan orang yang sedang sekarat di belakangmu."
Kusuma memiringkan wajahnya sedikit melihat ke arah teh Yuyun.
Di waktu yang sama, saat Ratih bertukar kata dengan Kusuma, Ayi mencoba menutupi luka teh Yuyun dengan asap yang keluar dari tubuhnya dan berubah menjadi keras diatas luka teh Yuyun.
"Hebat juga dia dapat mengayunkan kapak sebesar itu dengan tubuhnya yang kurus."
Ayi berkomentar sambil menyembuhkan luka-luka teh Yuyun.
"Kau kagum padanya atau sedang mengejekku sialan?"
Teh Yuyun tampak kesal dan kesakitan.
"Mungkin dua-duanya, hahaha!"
Jawab Ayi yang ditutup dengan tawanya terbahak.
"Bajingan!"
Umpat teh Yuyun.
"Tubuhmu sepertinya takkan bertahan."
Kata-kata Ayi terucap dengan nada khawatir.
"Begitupun dirimu."
Teh Yuyun memukul perut Ayo yang berlubang.
"Jangan khawatir, lubang seperti ini diisi tanah merah juga sembuh."
Ayi mengatakannya dengan nada bercanda.
"Ohok..ohok.. sialan!"
Teh Yuyun seperti ingin tertawa namun tertahan rasa sakitnya.
"Baiklah, aku hanya bisa melakukan sejauh ini."
Ayi menepuk tubuh teh Yuyun sekali.
"Ini cukup."
Teh Yuyun lalu bangun dan berdiri.
"Aku kira kau mati dan tak mampu lagi bertarung."
Ucap Ratih mengejek teh Yuyun.
"Diamlah bocah ingusan."
Kata-kata teh Yuyun membuatnya terdiam.
Teh Yuyun lalu berjalan ke depan beberapa langkah.
"Sebetulnya akan sangat menarik jika anakmu berhasil membunuhmu."
Kusuma berusaha mengompori teh Yuyun.
Teh Yuyun terdiam selama beberapa saat ia menatap tajam ke arah Kusuma.
"Geni, habisi dia."
Teh Yuyun kali ini kehilangan kesabaran dan ketenangannya dalam pertarungan.
"Ratih, sebaiknya kau bersiap, kita akan pesta besar-besaran."
Ayo tersenyum lebar, ia seperti menunggu hal ini.
"Aku benci anjing."
Balas Ratih.
Suara gonggongan dan langkah kaki segerombolan anjing terdengar dari jauh dan kian mendekat.
"Akhirnya kau mengeluarkan kartumu juga."
Kusuma juga seperti menunggu hal ini.
Saat seekor anjing sebesar kambing menerjang Kusuma secara tiba-tiba, sang Bakul dengan cepat melilitnya hingga anjing itu lenyap.
Kusuma yang telah bergerak, seperti aba-aba untuk Ratih, ia menerjang dan berusaha menebas leher Kusuma berkali-kali dengan kujangnya.
Kusuma dengan mudah menghindari setiap serangan Ratih.
"Memalukan, hanya segini kemampuanmu setelah sekian lama tinggal bersama keluarga Han?"
Kusuma lalu menendang perut Ratih hingga membuatnya tersungkur ke belakang.
Ratih memegangi perutnya, bajunya bolong dan ada bekas terbakar disana.
"Mari akhiri ini."
Kusuma mengigit tangannya tepat di nadi, lalu tetesan darahnya jatuh ke lantai.
Bersamaan dengan para Geni tiba dan memasuki aula, darah kusuma yang menetes itu perlahan menggeliat dan memperbanyak diri lalu membentuk sesosok manusia.
Para terbagi menjadi beberapa kelompok, ada yang menyerang sang Bakul, ada juga yang menyerang Kusuma, ada yang mendatangi teh Yuyun dan menjilati luka-luka yang teh Yuyun derita.
Darah Kusuma yang menggumpal itu kini sempurna membentuk dua sosok manusia.
Keduanya lalu membantu Kusuma bahkan sebelum rupanya terbentuk sempurna.
Setelah berhasil menjauhkan para Geni, aku perhatikan baik-baik, sosok apa yang coba Kusuma ciptakan dari darahnya.
Dan betapa kagetnya aku saat menyadari itu.
Itu Kara dan Vijaya.
Keduanya berdiri telanjang di samping kanan dan kiri Kusuma sambil terus menjauhkan para Geni dengan ajian mereka yang khas.
Hanya saja mata Vijaya dan Kara berwarna putih seutuhnya, mereka seperti tak mempunyai kesadaran dan hanya bergerak tanpa ekspresi.
"Hahaha ... Inilah yang aku maksud!"
Kusuma lalu menghunuskan tangannya ke punggung Kara dan Vijaya hingga menembus perut.
Kemudian darah yang mengalir dari keduanya membentuk kolam berwarna merah.
Dan yang paling membuatnya semakin gawat adalah, munculnya Ki kala dari kolam darah itu.
"kara? Vijaya? Aku tak keberatan, tapi makhluk menjijikkan itu kenapa harus datang juga?!"
Ayi mengeluh sambil menunjuk ki Kala.
"Ratih, mundur!"
Teh Yuyun memerintahkan Ratih untuk tidak lagi menghadapi Kusuma bersama para Geni.
Ratih pun menurut, ia melompat dan berdiri di samping teh Yuyun.
Saat ki Kala telah naik ke permukaan dengan sempurna, ia berdiri dan mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Hahaha!! Tidak ada yang bisa mengalahkanku!"
Ki Kala lalu menepuk dahi Vijaya dan Kara setelah tangan Kusuma tercabut dari perut keduanya.
Perlahan sorot matanya berubah.
Kara segera memutarkan tubuhnya dengan cepat, merobek sofa dan menutupi tubuhnya dengan itu.
"Ah... Kenapa lama sekali ayah?"
Katanya sambil mengencangkan kain itu ke tubuhnya.
Berbeda dengan Vijaya, ia berjalan dengan tenang dan masuk ke sebuah ruangan.
"Lain kali sediakan aku baju. Dan aku benci saat harus menunggu di alam kematian."
Vijaya masuk dan menutup pintunya.
"Geni, kemari."
Para Geni yang sedari tadi menyerang sang Bakul semuanya mundur dan mengelilingi teh Yuyun sambil menghadap pada Ki Kala.
Ratih, Ayi, teh Yuyun dan ketiga belas para Geni berdiri bersiap.
Ki Kala, Kusuma, Kara, Vijaya, sang Bakul juga memasang kuda-kuda.
"Kita akhiri ini."
Kata-kata teh Yuyun membuat getaran kecil seperti gempa di sekitar aula ini. Lalu sebuah lubang muncul dari atas langit-langit.
Enam tangan tengkorak panjang muncul dari sana.
Hyang Pura memasuki alam kehidupan, namun yang membuatnya sangat aneh, aku bisa melihat Ki Kala sedang digenggam di salahsatu tangannya.
Sementara ki Kala yang tadi tiba melihat hal itu dengan senyuman mengejek.
'HAAAAARRRGGGHHH'
Teriakan Hyang Pura membuat seluruh telinga di aula itu merasakan kesakitan.
Ayi menatap teh Yuyun dan seperti akan bicara, namun teh Yuyun memotongnya dengan cepat.
"Ya, bajingan Kala itu menggunakan tabu alam kematian untuk lolos dari sana."
Ujar teh Yuyun.
"Tabu yang mengatakan bahwa penguasa alam kematian hanya dapat membawa jiwa yang hidup?"
Tanya Ratih.
"Ya, dan ternyata keabadian yang Kala pelajari bukan membuat jiwanya tetap hidup, tapi dia membuat jiwa mati untuk merangkap dengan jiwa hidupnya sendiri."
Ayi menjelaskan.
"Lalu saat jiwa hidupnya diambil, jiwa kematian yang ia ciptakan telah sepenuhnya mendiami tubuhnya. Dia tidak hidup tapi juga tidak mati."
Teh Yuyun melanjutkan.
"Seperti orang koma?"
Ratih memastikan.
"Seperti orang mati suri tepatnya."
Teh Yuyun membenarkan.
"Baiklah.. ayo berpesta sekali lagi!"
Ayi menerjang duluan mengincar ki Kala.
Aku benar-benar kesal dengan alur pertarungan kali ini.
Diubah oleh re.dear 14-10-2020 14:08
japraha47 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Kutip
Balas
Tutup