Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321.1K
3.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#1047
Kontak Pertama







Pagi hari di hari Senin...


Aku terbangun dengan keadaan badan yang seperti orang habis dipukuli oleh massa.
emoticon-Hammer2

Kepalaku rasanya nyut-nyutan. Badanku kurasakan sedikit hangat. Bahkan saat aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan ibadah salat subuh, air itu membuatku agak menggigil.


"Ini pasti gara-gara semalam tidurku terganggu,"desahku sambil masih duduk diatas kasur dengan sedikit lesu.


Istriku sendiri saat itu tengah berada di kamar mandi.


Aku iseng-iseng membuka buka hp-nya yang diletakkan dimeja riasnya.


Tiba-tiba saja...


"Ting!"


Sebuah pesan WA masuk.


Kubuka dan tidak tertera nama siapapun disana.


Aku lalu membuka isi pesan itu.


Deg!


Seketika jantungku berdegup kencang. Hatiku langsung panas begitu aku membaca isi pesan itu.


"Sayang, setelah sekian lama akhirnya kita bisa berjumpa lagi. Kakak kangen sama kamu. Pabrik jadi sepi gak ada kamu, sayang. Kakak hari ini masuk pagi juga. Oya, ini nomer kakak yang baru. Nomer yang lama kan sudah kamu blokir. Iman,"


Kira-kira seperti itulah isi dari pesan masuk kedalam HP istriku.


"Iman? Pasti si anjing Sukirman ini. Masih berani-beraninya dia gangguin istriku lagi," geramku dalam hati.


Aku segera membalas pesan masuk tersebut. 


Dan untuk meyakinkan kalau itu si kampret Sukirman, aku mencoba bertanya-tanya dengan menyamar sebagai istriku.


"Maaf, ini kakak siapa ya?"


Segera kupencet tanda mengirim.


Kutunggu sebentar. 


Tak selang berapa lama, sebuah pesan masuk kembali terdengar.


Ting!


Kubuka.


"Ini aku, iman. Sukirman,"

"emmm... beneran, emang sikampret ini ternyata," geramku dalam hati

Aku lalu membalas kembali pesan itu.


"Tolong, jangan kirim pesan kaya gitu lagi. Nanti suamiku bisa marah,"


"Alah, gak bakalan berani suami kamu sama kakak. Suami kamu itu cuman badan doang yang gede. Isinya ma gak ada. Gak punya nyali. Makanya kamu sama kakak aja. Pasti akan kakak bahagiain luar dalam,"


"Maksudnya?" Balas pesanku dengan hati yang tambah panas.


"Hehehe...ada deh. Pokoknya kamu pasti lebih bahagia kalau sama kakak," balas pesan Sukirman.


"Terus anak istri kamu mau dikemanakan?" Balasku.


"Ahhh...itu mah gampang. Lagian aku udah gak cinta lagi sama mereka. Aku cintanya cuman sama kamu aja," balas sukirman dengan gombalannya.


Aku melihat jam di dinding.


Disana menunjukkan waktu setengah 7 pagi.


"Kakak ada dimana sekarang?" Balasku.


"Kakak udah dipabrik nih, sambil nungguin kamu. Masih sepi lho," balasnya.


Aku segera menaruh HP istriku dikasur lagi.


Segera aku membereskan pakaianku agar tak berantakan.


Dengan hanya memakai celana training dan kaos tidur, aku melangkah keluar rumah dengan emosi yang sudah sampai di ujung kepalaku.
emoticon-Marah


Kedua mataku seolah tak bisa berkedip melihat jalanan didepanku. Takut jika Sukirman lolos.


Kedua tangan sudah tergenggam erat dan kencang. 


Dikepalaku sudah berputar-putar cara-cara untuk menghabisinya dan juga cara untuk melepaskan diri nantinya.


Apakah aku harus mematahkan tangannya terlebih dahulu? Atau kakinya? Agar ia tak bisa kabur lagi.


"Akh... kepalanya mungkin lebih enak. Biar otaknya bisa waras. Biar dia gak gangguin istri orang lagi," pikirku dalam hati.


Seulas senyuman keluar dari mulutku. Maaf, mungkin lebih tepatnya adalah sebuah seringai yang jahat.


Tak kurang dari 8 menit aku berjalan dari rumah ke pabrik, disana suasana memang masih sedikit lengang. 


"Benar kata si kampret itu. Pabrik masih sepi. Tapi...itu lebih bagus," ujarku dalam hati.


Anak-anak disekitaran pabrik sebagian besar sudah kenal denganku. Karena aku memang sering berada disekitaran pabrik itu untuk sekedar ngopi-ngopi disana bila aku dirumah.


"Bang...," 


Begitu sapa mereka ketika melihatku berjalan masuk kedalam pabrik.


Bahkan satpam pabrik yang saat aku lewat sedang asik ngopi di dalam posnya mengangguk kepadaku.


Aku membalas anggukannya sambil tersenyum (menyeringai) kearahnya, untuk menutupi maksud kedatanganku.


"Mau kemana, pak?" Sapanya masih dari dalam pos kecilnya.


"Mau ambil berkas punya istri di dalam, pak Udi," jawabku.


"Oh," jawab satpam yang bernama pak Udi itu.


Lalu, tanpa tunggu waktu lama lagi. Aku berjalan dengan tergesa-gesa masuk kedalam pabrik.


Didepan pintu masuk, kepalaku melongok kekanan dan kiri. 


"Sepi," gumamku.


Aku lalu mencoba untuk mengingat-ingat kembali dimana biasanya anak-anak pabrik pada nongkrong kalau jam istirahat.


"Dibelakang area pabrik," bisik setan tiba-tiba dikepalaku.
emoticon-Belgia

Memang, di belakang pabrik ini ada sebuah tanah yang masih kosong yang belum ada bangunan apapun di sana.


Dan disana ada beberapa pohon yang tumbuh dan lumayan tinggi dengan daun-daun yang rindang. Sehingga tempat itu sangat enak untuk digunakan nongkrong.


Setelah yakin akan bisikan ghaib itu, aku setengah berlari menuju bagian belakang pabrik.


Nafasku sedikit tersengal-sengal karena desakan emosi.


Pintu belakang pabrik mulai terlihat oleh mataku.


Dan...


Aku akhirnya berdiri di tanah kosong itu.

Denah pabrik (kayaknya sih begini)



Mataku langsung terpusat ke sebuah arah, di mana ada 3 orang yang sedang yang duduk-duduk di sana sembari menikmati kopi.


Mataku sedikit ku picingkan, untuk melihat lebih jelas wajah-wajah mereka. Aku, mencari sebuah wajah yang untuk beberapa hari ini sangat mengganggu ketenangan rumah tanggaku.


Dan...


"Ketemu," ucapku bersemangat dalam hati.


Langsung sebuah senyum jahat muncul di wajahku dan tanpa bisa aku kontrol lagi, sebuah teriakan yang keras keluar dari mulutku.


"SUKIRMAAAANNN!"


Dan karena teriakanku, pemilik nama itu langsung menoleh ke arahku.


Ke arahku yang saat ini sedang berlari ke arahnya dengan sekuat tenaga.


Ku lihat ekspresi mukanya terkejut, sangat terkejut. Pun begitu dengan kedua temannya.
emoticon-Entahlah

Tapi aku tak memperdulikan kedua orang itu. Karena fokusku hanya kepada satu orang.


Sukirman!


Mungkin karena tidak menyangka bahwa aku akan datang, jadi gerakannya sedikit terlambat.


Baru saja tubuhnya tegak berdiri, terjangan kedua kakiku sudah menghajar dada dan kepalanya.


Kontan tubuhnya limbung dan langsung terdorong ambruk ke belakang.


Bruk.


Aku sendiri masih bisa terjatuh dengan baik. 


Aku segera berdiri.


Lalu aku menoleh ke arah kedua teman Sukirman.


"Diam dan jangan berani-berani kalian membantunya. Atau kalian juga akan kena getah si anjing itu!" Gertakku.


Kedua orang itu diam. mungkin karena kaget dengan kejadian yang terjadi di depan mata mereka.


Aku kembali menoleh ke arah Sukirman yang sedang berusaha untuk bangun.


Wajahnya tampak memerah akibat tendanganku tepat mengenai sasaran.


Tangannya juga tampak memegang dadanya.


Aku yang masih belum puas kembali mendekatinya.


"Makan ini, baik!"


Kataku sambil meninju wajahnya.


Meleset.


Kiranya Sukirman bisa menghindari tinjuku dengan cara mencondongkan tubuhnya kearah depan.


"Tambah enak ini," kataku dalam hati melihat caranya menghindari seranganku.


Ketika aku menyadari tinjuku pasti akan meleset karena ia telah mencondongkan tubuhnya ke depan. 


Aku segera mengangsurkan tempurung lutut ku ke depan.


"Buk!"


Kembali, wajahnya berbenturan dengan anggota tubuhku. Kali ini dengan yang lebih keras lagi.


Lutut.


"Ahhh...!"


Suara teriakan kesakitan keluar dari mulutnya.


Mendengar teriakan itu, aku bukannya berhenti. Malah suara teriakannya itu seolah mengundang para setan untuk masuk kedalam jiwaku.


Sehingga aku makin kesetanan.


( Mungkin inilah asal usul orang kesetanan bree )



Aku berniat untuk menginjak kepalanya. 


Tapi gerakanku tertahan karena salah seorang temannya menubruk tubuhku.


"Bruk,"


Aku terjatuh ketanah bersama dengan orang yang menubrukku itu.


Aku sesegera mungkin langsung berdiri. Kuperhatikan orang yang menyerangku tadi.


Rupanya salah satu dari kedua orang itu. Tapi aku tak begitu kenal dengan anak ini. Sedangkan yang satunya lagi aku cukup kenal karena pernah beberapa kali mengobrol dengannya.


"Bajingan. Apa-apaan kamu, main hajar orang aja!" Makinya padaku.


"Minggir. Ini bukan urusanmu jadi kamu jangan ikut campur dengan urusan ku dan si kampret ini," kataku datar.


"Gak. Dia ini sudah seperti kakakku sendiri!" Jawabnya keras menolak permintaanku.


Mendengar hal itu aku langsung merasa memiliki 2 buah target yang harus ku hajar.


"Kalau begitu majulah," kataku sambil memasang kuda-kuda sederhana.


Di dalam pikiranku sudah ada 2 buah serangan. 


Yang pertama adalah tinjuan yang menggunakan tangan kanannya sebagai tangan yang dominan.


Dan yang kedua adalah tendangan kaki kanan yang nantinya akan mengarah ke tubuhku.


Dan untuk kedua serangan itu, aku sudah banyak berlatih dengan guruku cara untuk menangkis dan menyerang balik dengan cepat dan efektif.


Karena dalam beksi guruku, memiliki sebuah pedoman.


"Sedikit bergerak banyak manfaat"



Dan ternyata serangan pertamalah yang datang.


Sesuai dugaanku, ia melancarkan serangan berupa tinjuan dengan tangan kanannya dan mengarah ke kepalaku.


Akupun segera menangkis dengan tangan kananku.


Lalu, dengan gerakan cepat, aku meraih tangannya yang ia gunakan untuk menyerangku dengan tangan tangan kiriku.


Tangan kiriku tepat mencengkram pergelangan tangan kanannya. Aku segera memutar tangan kiriku ke arah depan. Persis seperti gerakan orang melepaskan tuas gas motor.


Dan hasil dari gerakan ku adalah, tangan kanan anak itu berputar dan kini, sikunya bagian luar mengarah ke arahku.


Dengan sekuat tenaga, tangan kananku ku tekuk ke dalam, sambil kuhantamkan  ke arah sikunya.


"Krak!"


Terdengar suara tulang yang patah ketika siku kami berbenturan. Disusul oleh jeritan kesakitan anak itu.


Anak itu langsung jatuh terduduk sambil memegangi tangan kanannya yang kini patah di sambungan siku.


Aku lalu melirik ke arah orang satunya lagi yang masih berdiri tegak disana.


"Toni, kamu jangan ikut-ikutan atau kamu juga akan aku hajar," kataku mengancam.


Toni menggelengkan kepalanya.


"Enggak, bang," jawabnya.


"Bagus," kataku.


Aku lalu kembali melangkah kearah Sukirman yang masih berusaha untuk berdiri.


Sedangkan anak yang membelanya, masih terduduk kesakitan sambil memegangi tangan kanannya.


Saat aku sudah berdiri tepat didepannya. Posisi Sukirman masih setengah menunduk.


Aku tak mau membuang waktu. Dengan sekuat tenaga, aku langsung menghajar perutnya.


"Buk!"


"Hoek!"


Sukirman mengeluarkan suara aneh.


Dan...


Crasss....


Ia mengeluarkan muntahan yang lumayan banyak dari mulutnya. 
emoticon-Najis

bajuku bagian belakang juga terkena cipratan muntahan itu.


Dengan sedikit jijik, aku berjalan mundur.


Sukirman sendiri akhirnya jatuh terduduk.


Melihat hal ini, terlontar dari mulutku sebuah sindiran pedas ( yang maaf, kalau ada mungkin akan ada yang tersinggung. Tapi hal ini saya katakan dengan kondisi waktu itu penuh dengan kemarahan ).


"Mulut masih makan gorengan buat sarapan aja udah belagu gangguin istri orang. Gaji lu dibandingin gaji gue baru setengahnya, baik. Muka lu juga udah mirip sama muka anj**g!"


Aku lalu berjalan mendekatinya. Dan dengan kaki, aku menyentakan kepalanya kebelakang. 


Sontak tubuhnya terjatuh terjengkang ketanah.


Lalu, tak berkata-kata lagi. Kakiku kembali menghajar perutnya bertubi-tubi.


Hanya suara rintihan saja yang keluar dari mulutnya. Tapi aku tak perduli.


Terus dan terus aku menendangi tubuh baiknya itu sekuat tenaga.


Hingga, samar-samar aku mendengar suara minta ampun disela-sela mulutnya yang sudah sedikit mengeluarkan darah.


"A...ampuun bangg...ampuun,"


"baik. Udah babak belur baru lu minta ampun-ampun begitu. Bukannya tadi lu di wa sesumbar kalau gue gak punya nyali, HAH!" Teriakku.


"Aampuun bang, maafin saya," rintihnya.


Gendang telingaku samar-samar mendengar suara gaduh dari dalam pabrik. Aku yakin, bahwa suara itu adalah suara langkah kaki menuju tempatku berada.


Aku melihat sekitar.


Ternyata Toni sudah tak ada disana.


"Pasti dia yang laporan," desisku.


Aku segera memutar otak.


Aku dengan cepat menendang kepala bagian belakang orang yang membela Sukirman tadi. 


Anak itu langsung jatuh tersungkur kedepan.


Segera aku meraih sebuah kayu sepanjang setengah meter yang memang banyak disitu.


Lalu, tanpa sungkan-sungkan lagi, kayu itu aku hantamkan kewajahku sendiri.


"Buk!"


"Nyuuttt,"


Kepalaku rasanya langsung berat sebelah. Aku bisa melihat banyak bintang-bintang kecil mengelilingi kepalaku.


Tak memperdulikan rasa sakit yang mulai mendera kepala ini, aku segera mendekati Sukirman yang masih tergeletak di tanah.


Tangannya segera kuraih dan kugenggamkan kayu itu ditangannya.


Dan saat aku berdiri, bener seperti dugaanku, bahwa kemudian banyak orang-orang yang berdatangan ke belakang pabrik.


"STOOPPP!"


Terdengar suara seseorang dari arah pabrik.


Ketika aku menoleh, aku melihat satpam pabrik yang bernama pak Udi berlari kearahku dengan cepat. Juga diikuti oleh banyak karyawan pabrik yang lainnya.


"Berhenti, pak," kata pak Udi begitu sudah dekat denganku.


Aku meliriknya.


"Kami semua tahu alasan bapak melakukan hal ini. Sudah, sudah pak. Bapak lebih baik segera pulang sebelum manager pabrik ini datang. Nanti bisa repot urusannya," kata pak Udi lagi.


Aku sendiri berpikir, mau aku pulang ataupun tidak. Semua ini sudah terjadi. Saksi mata juga banyak sekarang. Cepat atau lambat, aku pasti akan dipanggil juga ke pabrik ini. Dan pasti, nantinya bakal ada polisi juga disana.


Tapi, karena aku berpikir bahwa masalahku udah beres, aku memilih untuk mengikuti permintaan pak Udi.


Tapi, sebelum aku balik kanan, aku masih menyempatkan diri untuk berbaik hati memperbaiki posisi tubuh Sukirman, dari yang sedikit telungkup menjadi telentang. 


Kini, aku bisa dengan jelas melihat bentuk tubuhnya kotor disana-sini. Alunan nafasnya memburu, dan, satu hal yang masih ia tak sadari.


Ditangannya tergenggam sebuah kayu yang tadi aku letakan ditangannya. Malah, kayu itu semakin erat ia genggam tanpa sadarnya.


Karena mungkin ia berpikir, kalau aku menyerangnya lagi, maka ia memiliki sebuah kayu ditangannya yang bisa ia gunakan untuk mempertahankan diri.


Sebuah senyum kemenangan muncul di wajahku.


Dan


"Cuih,"


Plak.


Ludahku dengan sukses hinggap diwajahnya yang sudah awut-awutan itu.


Lalu, dengan perasaan lega, aku berjalan melewati kerumunan massa itu.


Orang-orang segera memberikan aku jalan.


"Rasakan lah akibat dari perbuatanmu itu,"kataku dalam hati, sambil tak lupa sebuah senyuman muncul di wajahku.








***
Diubah oleh papahmuda099 10-10-2020 14:08
sulkhan1981
ferist123
ha9xm5
ha9xm5 dan 54 lainnya memberi reputasi
55
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.