Chapter 17
Quote:
Sterling terlempar jauh hingga keluar dari wilayah mansion yang luas dan besar itu. Tubuhnya meliuk-liuk di udara hingga akhirnya sebuah batang potong yang berhasil menahannya dengan menusuk perut Sterling hingga membuatnya tersangkut di sana.
“Hak!...” Sterling mengeluarkan batuk yang disertai darah. “kekuatannya…,” Sterling lalu tersenyum dan mulai tertawa di area hutan perbukitan malam-malam seorang diri. “DJOHAN! Cih, anak muda itu mempunyai kekuatan yang hebat, sudah sepatutnya aku sebagai seniornya harus menghentikannya malam ini sebelum kekuatannya justru malah berbalik padanya,” Sterling menunduk. “ahh…aku harus membeli kemeja baru lagi setelah ini.”
Di area mansion, Djohan masih terlihat berdiri. Darahnya masih mengucur deras, namun dirinya sama sekali tidak merasakan sakit, ia malah tertawa sambil memamerkan senyum yang laber. Djohan teringat kejadian di taman waktu itu, saat Lio memutuskan lengan kanannya. Adrenalin yang ditimbulkan membuat Djohan mampu mengeluarkan sosok Beaters dalam dirinya. Dan situasi saat ini persis sekali dengan apa yang terjadi di taman.
“Harusnya aku pintar, hanya dengan cara ini aku bisa mengeluarkan kekuatanku!” sebuah tangan tumbuh dengan cepat dari bagian tubuh kirinya. Tangan yang berwarna abu dengan kondisi yang kurus kering dengan kuku-kuku tajam dibagian jemarinya.
“Itu tidak akan merubah keadaan!” Allison berbicara lantang. “kau berubah full Beaters saja kemungkinan tuk mengalahkanku hampir nol persen!”
“Benarkah?”Djohan menukik tajam ke depan, kedua cakarnya siap menghujam Allison dengan serangan-serangan yang kuat.
Kecepatan Djohan yang menambah berhasil membuatnya mencakar bagian wajah Allison, kedua matanya terkena serangan yang membuatnya buta tuk sementara. Menunggu kedua matanya pulih dengan kekuatan alami regenerasi yang dimiliki semua Beaters. Semakin kuat seorang Beaters maka semakin cepat regenerasi itu terjadi.
Djohan tidak menyiakan kesempatan ini untuk terus menyerang Allison. Tetap saja armor Allison yang sangat kuat memang susah ditembus.
“Ehh…trik murahan seperti ini…,” Allison masih belum bisa melihat, kemungkinan beberapa detik lagi. “akan kutunjukan kekuatanku yang sebenarnya….”
Djohan yang sedang melakukan serangan bertubi-tubi mendadak berhenti, kedua tangannya ditangkap oleh Allison. Dengan menggunakan kedua tangannya yang lain yang muncul tepat di bawah posisi kedua tangan Allison. Sehingga kini ia meliliki empat buat tangan.
“Bagaimana?” matanya sudah pulih, dengan sangat puas ia melihat Djohan dalam genggamannya. “oi…bocah tengik, aku bisa saja memutuskan kedua tanganmu lagi. Tapi aku mempunyai ide yang lebih bagus lagi.”
“AAHAHAH!” Djohan malah tertawa mendengarnya. “kau terlalu banyak bicara!”
Allison tersenyum dan sebuah pukulan keras mendarat di wajah Djohan, pukulan itu ia lancarkan melalui kedua tangannya. Kecepatan dan kekuatannya semakin meningkat. Jika saja tanduk kecil di dahi Djohan tidak muncul maka bukan tidak mungkin kepala Djohan saat ini sudah terputus.
“HAHA! Liat wajahmu itu, sudah tidak berbentuk! Hanya tanduk mini mu saja yang masih terlihat jelas!” Allison menghentikan serangannya.
“Kau masih bisa berbicara?” ucap Djohan lirih.
Hal ini membuat Allison menjadi sangat marah, ia meremas seluruh tubuh Djohan dengan keempat tangannya. Lalu tubuh belakang Allison mengeluarkan sayapnya. Ia terbang membawa Djohan naik ke atas.
Sterling yang sedang terbang menggunakan sayapnya menuju area mansion melihat saat Allison membawa Djohan ke angkasa.
“Cih!” Sterling menambah kecepatannya.
“Belum…masih belum,” Allison semakin jauh membawa tubuh Djohan, dari ketinggian ini hampir seluruh kota Surban City terlihat, lampu-lampu yang menyala memberi kesan indah bagi Surban City. “sekarang!”
Allison menukik ke bawah dengan kecepatan ekstra, layaknya seperti asteroid yang jatuh ke bumi. Ia mengarahkan landasan jatuhnya ke tengah-tengah mansion yang berdiri kokoh.
“MATI KAU!” Allison dan Djohan menghempas ke daratan dengan sangat keras, mansion yang dijadikan landasan hancur seketika. Terjadi suara dentuman yang sangat keras dan efek yang ditimbulkan seperti kejatuhan sebuah bom. Mansion hancur berkeping-keping begitupun dengan pagar pembatas yang mengelilingi area ini.
Hempasan angin yang ditimbulkan juga cukup kuat, membuat Sterling tertahan di udara.
“DJOHAN!” teriak Sterling.
Keadaanya semakin kacau, tidak ada penerangan sama sekali kecuali sinar bulan yang kebetulan sedang ingin melihat para Beaters saling membunuh satu sama lain. Ekspresi Sterling terlihat sangat menyeramkan, ia siap membunuh Allison sekarang juga. Sementara itu Allison bangkit, berdiri tegak di tengah-tengah lubang besar yang ia buat bersama Djohan. Hanya satu lengan Djohan yang menjuntai ke atas, bagian tubuh lainnnya terbenam di tanah.
“Hm…akhirnya, kau turun juga,” ucap Allison melihat Sterling yang menunjukan wajah seramnya. “hei..lihat, itu sayapmu kan? Ayo sekarang tunjukan jati dirimu yang sesunguhnya STERLING!” Allison berjalan santai keluar dari reruntuhan dengan berlagak angkuh karena mampu membunuh salah satu Silver Clan.
Tidak ada lagi detak Beat dari dalam diri Djohan yang dirasakan oleh Sterling, “Maafkan aku Tuan Stam!” Sterling bersiap berubah bentuk, tuk membunuh Allison sekaligus membalaskan dendam atas kematian Djohan. Namun satu suara tembakan menghentikannya.
“Sterling…apa yang ingin kau lakukan, serahkan urusan Beaters kepada kami,” ucap kapten Vela yang muncul bersama Leah dan Gareth, dibelakang mereka ada sebuah mobil mini van hitam yang biasa mereka tumpangi, kini mereka bersiap melawan Allison.