Harus Sebesar Apakah Sabarnya?




Hingga hari ini, pandemi masih saja mewarnai hari-hari kita semua. Jumlah penderita, jumlah penduduk negeri ini yang meninggal dengan didahului virus corona masih juga ada.

Meski sesungguhnya, kematian, tetaplah kematian, itu hak pencipta semata. Entah itu meninggal karena diabetes, demam berdarah, kanker, bahkan karena corona sekalipun. Semua terjadi atas kuasa-Nya semata.

Salah satu akibat dari sekian akibat adanya corona adalah sekolah yang masih saja ditutup, dan entah sampai kapan itu akan dilalui.

Dengan adanya sekolah dari rumah, sehingga ada 3 kubu yang sedang mengalami ketegangan:

1. Guru


Guru dengan segenap goal yang harus dipertanggung jawabkan kepada pihak sekolah selaku penyelenggara.

Menyebabkan guru dengan berbagai cara supaya murid tuntas dalam pelajaran yang diampunya.

Akhirnya, karena keterbatasan keadaan yang menghalangi, guru dengan tanpa beban memberikan tugas melebihi kewajaran, demi KKM.

Beberapa tidak memikirkan, bahwa murid yang dihadapinya kini, sebenarnya memiliki karakter belajar yang beragam. Sehingga tidak semua dengan mudah menyerap ilmu hanya via online.

Ujung-ujungnya mereka seperti tidak peduli, yang terpenting nilai para murid tuntas, tidak peduli bagaimana cara murid itu memperolehnya.

2. Orang Tua


Orang tua tidak kalah menderitanya. Pada satu sisi, orang tua ingin memenuhi apa saja yang diperintahkan guru terkait tugas-tugas sekolah. Hanya saja, latar belakang orang tua pun juga bermacam. Apalagi jika orang tua juga memiliki kesibukan lebih di luar kesibukan dalam rumah.

Akhirnya, orang tua menekan sang anak untuk mengerjakan tugas dari guru dengan sedikit paksaan. Meski orang tua tahu, bahwa ada anak yang masih belum paham dengan materi. Tetapi ia dipaksa mengerjakan tugas-tugas yang masih belum dipahami.

Ujung-ujungnya, orang tua akan marah, emosi karena banyak pikiran yang harus dituntaskan dalam waktu bersamaan. Ada tanggung jawab rumah, pekerjaan kantor ditambah lagi harus mendampingi menyelesaikan tugas putra ataupun putrinya.

3. Murid/Anak


Terakhir sebagai obyek adalah murid atau anak.

Saat ini, merekalah obyek yang sangat membuatnya terpojok. Ia begitu jenuh, kondisi mengharuskannya berada di dalam rumah terus menerus, bahkan ketika harus sekolah.

Ditambah lagi dengan tugas-tugas yang menurutnya tidak manusiawi. Ia yang kini sudah mulai bosan, karena harus bertemu dengan orang-orang itu saja, ditambah lagi dengan aktivitas yang begitu-begitu saja, sedangkan ia harus menyelesaikan tugas-tugas yang membuatnya semakin depresi. Apalagi jika ada materi yang tidak dimengerti, karena butuh ia pelajari tidak hanya dengan mendengarkan ceramah, tetapi ia dapat menyerap materi dengan cara mempraktekkannya.

Tak ayal, ia bukan bertambah ilmu, justru bertambah depresi, ujung-ujungnya emosi yang menguasai hari-harinya.

Inilah fenomena yang tengah terjadi di negeri kita, semoga dapat menjadi perenungan bersama, dan dapat menemukan solusi tepat yang sesuai untuk beberapa pihak.