- Beranda
- The Lounge
Celoteh Master Bombay 🥱
...
TS
Teabombay
Celoteh Master Bombay 🥱
Yo yo yo, hai bro n sis, lama banget ga nulis di Kaskus, bahkan lama banget ga login di sini, banyak banget berubahnya, bahkan thread-thread ane banyak yang ilang 
Tapi ya sudahlah, ane mau buka lembaran baru aja, mumpung lagi bikin tulisan berseri di blog pribadi, sekalian aja ane buat arsipnya di sini, wkwkwkwk, silahkan gan sis dibaca, semoga bermanfaat..
Daftar Isi
Chapter 1, Cerdas menyikapi testimoni.. 🧐
Chapter 2, Pernikahan dini.. 🥰
Chapter 3, Teori Relativitas 😝
Chapter 4, Efek Samping 🗡️
Chapter 5, Hasil Penelitian vs Resep Warisan Leluhur, Mana yang Lebih Manjur?

Tapi ya sudahlah, ane mau buka lembaran baru aja, mumpung lagi bikin tulisan berseri di blog pribadi, sekalian aja ane buat arsipnya di sini, wkwkwkwk, silahkan gan sis dibaca, semoga bermanfaat..
Daftar Isi
Chapter 1, Cerdas menyikapi testimoni.. 🧐
Chapter 2, Pernikahan dini.. 🥰
Chapter 3, Teori Relativitas 😝
Chapter 4, Efek Samping 🗡️
Chapter 5, Hasil Penelitian vs Resep Warisan Leluhur, Mana yang Lebih Manjur?
Diubah oleh Teabombay 18-10-2020 17:34
nomorelies memberi reputasi
1
736
10
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•104KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Teabombay
#8
Celoteh Master Bombay 🥱
Chapter 4, Efek Samping 🗡️
Pembukaan, bahwa pertumbuhan itu ke atas, bukan ke samping...
Wah wah wah, lu mau body shaming ya Bang?!
Wkwkwk, kagak kok, cuma gemes aja buka internet sering ketemu iklan penurun berat badan, dan seringkali diembel-embeli dalam waktu singkat. Padahal ya, seringkali sesuatu yang diperoleh dengan mudah, biasanya akan mudah juga hilangnya. Karena hidup ini adalah perjuangan ferguso..😎
Kuy lah kita lanjutkan bahasan pekan lalu..
Bismillah, semoga dengan saya menulis dan kamu membaca ini, merupakan kebaikan bagi kita di dunia dan akhirat..
Akhbro, ukhsis, sebelumnya kita sudah bahas kan bahwa dalam metode penelitian ilmiah kita perlu pembanding (kontrol) serta ulangan untuk mendapat hasil yang tidak bias. Nah, selain itu, ada lagi parameter penting dalam penelitian, yaitu waktu dan dosis perlakuan. Seringkali sebuah penelitian akan fokus pada berapa sih dosis optimum yang oke, atau dosis maksimum yang boleh, atau berapa lama konsumsi yang aman, sehinga suatu produk, terutama produk kesehatan, mampu menghasilkan manfaat tanpa adanya efek samping yang tidak dikehendaki, atau efek samping yang sesedikit mungkin.
Contoh sehari-hari, saat kita dapet obat dari dokter misalnya, seringkali kita dikasih waktu konsumsi dan berapa banyak konsumsinya, misalnya diminum 3 kali sehari masing-masing 1 tablet selama 4 hari. Nah boleh ngga kita minumnya 5 kali sehari masing-masing 3 tablet selama 10 hari? Boleh, tapi risikonya tanggung sendiri 😅
Risiko apa? Efek Samping!
Obat, produk kesehatan, bahkan makanan sehari-hari itu sejatinya seperti pedang bermata dua, punya peluang kebaikan, pun ada potensi efek samping berupa keburukan. Tentu yang kita mau adalah efek baiknya, bukan efek sampingnya. Karena itu, kita ga cuma diperintahkan makan makanan yang halal, tapi juga yang thayyib (baik). Baik apanya? Ya jumlahnya, cara makannya, berapa lama makannya, dll. Dan ingat, baik itu punya sifat yang relatif, sesuai kondisi konsumennya, jangan maen pukul rata. Baik buat anak muda, belum tentu baik buat manula, baik buat si A, belum tentu baik buat si B yang punya penyakit darah tinggi, dan sebagainya. Disinilah fungsi pengaturan dosis dan waktu konsumsi. Ada produk yang bisa dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak, ada yang bisa dikonsumsi tiap hari dalam jumlah sedikit, malah ada orang yang ga boleh konsumsi produk itu, dll sesuai sikon.
Dalam penelitian, umumnya suatu produk sudah diuji keamanannya dalam kurun waktu tertentu yang cukup lama dan terbukti tidak menghasilkan efek samping yang jelek sebelum akhirnya dilepas ke pasar. Namunpun begitu, bisa saja suatu produk baru ketahuan efek samping jeleknya setelah bertahun-tahun dilepas ke pasar, sehingga akhirnya harus ditarik oleh otoritas keamanan pangan. Produk gagal nih namanya gengs.
Itulah salah satu tugas otoritas keamanan pangan, melakukan regulasi untuk memastikan bahwa produk yang beredar itu memberikan manfaat sebanyak mungkin dan menekan risiko bahaya sesedikit mungkin. Ga mudah kan, makanya jangan remehkan status suatu produk terdaftar atau belum di BPOM.
Terlebih, ketika ada produk-produk baru dengan status ga jelas, tanpa izin BPOM, bahkan kompisisinya pun kadang ga dikasih tau, tiba-tiba muncul dipasaran dengan klaim bombastis. Menurunkan berat badan sekarung beras, memutihkan kulit wajah seputih cat tembok, menambah tinggi badan setinggi tiang listrik, dll. Wasapadalah! Pertimbangkan risiko efek samping dari produk itu, meskipun biasanya harganya miring, sebelum anda rela jadi kelinci percobaan.
Dah ya, gitu aja dah, sampe bertemu di tulisan selanjutnya, kalo ga males.. 😅
Eh tunggu bang, tapi gimana dengan produk-produk tradisional berbasis kearifan lokal yang sudah teruji berabad-abad memberikan efek baik bagi konsumennya? Kan seringnya ga punya izin edar?
Hadeh, dah panjang nih tulisan, pekan depan dah kita bahas, insya Allah.
Bogor, 16 Safar 1442 H
04102020
Master Bombay

https://catetanbombay.wordpress.com/
Chapter 4, Efek Samping 🗡️
Pembukaan, bahwa pertumbuhan itu ke atas, bukan ke samping...
Wah wah wah, lu mau body shaming ya Bang?!
Wkwkwk, kagak kok, cuma gemes aja buka internet sering ketemu iklan penurun berat badan, dan seringkali diembel-embeli dalam waktu singkat. Padahal ya, seringkali sesuatu yang diperoleh dengan mudah, biasanya akan mudah juga hilangnya. Karena hidup ini adalah perjuangan ferguso..😎
Kuy lah kita lanjutkan bahasan pekan lalu..
Bismillah, semoga dengan saya menulis dan kamu membaca ini, merupakan kebaikan bagi kita di dunia dan akhirat..
Akhbro, ukhsis, sebelumnya kita sudah bahas kan bahwa dalam metode penelitian ilmiah kita perlu pembanding (kontrol) serta ulangan untuk mendapat hasil yang tidak bias. Nah, selain itu, ada lagi parameter penting dalam penelitian, yaitu waktu dan dosis perlakuan. Seringkali sebuah penelitian akan fokus pada berapa sih dosis optimum yang oke, atau dosis maksimum yang boleh, atau berapa lama konsumsi yang aman, sehinga suatu produk, terutama produk kesehatan, mampu menghasilkan manfaat tanpa adanya efek samping yang tidak dikehendaki, atau efek samping yang sesedikit mungkin.
Contoh sehari-hari, saat kita dapet obat dari dokter misalnya, seringkali kita dikasih waktu konsumsi dan berapa banyak konsumsinya, misalnya diminum 3 kali sehari masing-masing 1 tablet selama 4 hari. Nah boleh ngga kita minumnya 5 kali sehari masing-masing 3 tablet selama 10 hari? Boleh, tapi risikonya tanggung sendiri 😅
Risiko apa? Efek Samping!
Obat, produk kesehatan, bahkan makanan sehari-hari itu sejatinya seperti pedang bermata dua, punya peluang kebaikan, pun ada potensi efek samping berupa keburukan. Tentu yang kita mau adalah efek baiknya, bukan efek sampingnya. Karena itu, kita ga cuma diperintahkan makan makanan yang halal, tapi juga yang thayyib (baik). Baik apanya? Ya jumlahnya, cara makannya, berapa lama makannya, dll. Dan ingat, baik itu punya sifat yang relatif, sesuai kondisi konsumennya, jangan maen pukul rata. Baik buat anak muda, belum tentu baik buat manula, baik buat si A, belum tentu baik buat si B yang punya penyakit darah tinggi, dan sebagainya. Disinilah fungsi pengaturan dosis dan waktu konsumsi. Ada produk yang bisa dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak, ada yang bisa dikonsumsi tiap hari dalam jumlah sedikit, malah ada orang yang ga boleh konsumsi produk itu, dll sesuai sikon.
Dalam penelitian, umumnya suatu produk sudah diuji keamanannya dalam kurun waktu tertentu yang cukup lama dan terbukti tidak menghasilkan efek samping yang jelek sebelum akhirnya dilepas ke pasar. Namunpun begitu, bisa saja suatu produk baru ketahuan efek samping jeleknya setelah bertahun-tahun dilepas ke pasar, sehingga akhirnya harus ditarik oleh otoritas keamanan pangan. Produk gagal nih namanya gengs.
Itulah salah satu tugas otoritas keamanan pangan, melakukan regulasi untuk memastikan bahwa produk yang beredar itu memberikan manfaat sebanyak mungkin dan menekan risiko bahaya sesedikit mungkin. Ga mudah kan, makanya jangan remehkan status suatu produk terdaftar atau belum di BPOM.
Terlebih, ketika ada produk-produk baru dengan status ga jelas, tanpa izin BPOM, bahkan kompisisinya pun kadang ga dikasih tau, tiba-tiba muncul dipasaran dengan klaim bombastis. Menurunkan berat badan sekarung beras, memutihkan kulit wajah seputih cat tembok, menambah tinggi badan setinggi tiang listrik, dll. Wasapadalah! Pertimbangkan risiko efek samping dari produk itu, meskipun biasanya harganya miring, sebelum anda rela jadi kelinci percobaan.
Dah ya, gitu aja dah, sampe bertemu di tulisan selanjutnya, kalo ga males.. 😅
Eh tunggu bang, tapi gimana dengan produk-produk tradisional berbasis kearifan lokal yang sudah teruji berabad-abad memberikan efek baik bagi konsumennya? Kan seringnya ga punya izin edar?
Hadeh, dah panjang nih tulisan, pekan depan dah kita bahas, insya Allah.
Bogor, 16 Safar 1442 H
04102020
Master Bombay

https://catetanbombay.wordpress.com/
Diubah oleh Teabombay 04-10-2020 21:22
0