- Beranda
- Stories from the Heart
Aku Akan Terus Mencintaimu (18+) (POV Olivia)
...
TS
elenasan30
Aku Akan Terus Mencintaimu (18+) (POV Olivia)
Setelah berdiskusi di Lounge Kreator. Ane memutuskan untuk berhenti berkarya di Kaskus. Semua thread novel karya ane akan ane close thread. Ane sebagai penulis mohon pamit dari agan semua.
Terima kasih
Terima kasih
Close Thread
Diubah oleh elenasan30 28-01-2021 06:12
delia.adel dan 83 lainnya memberi reputasi
78
136.4K
Kutip
2.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
TS
elenasan30
#505
CHAPTER 57
Spoiler for Memaafkan Diri Sendiri:
Awal bulan September Gue akhirnya masuk di rujuk ke Indonesian Board Hypnotherapy daerah Mampang. Gue memberikan surat rujukan dari Psikiater dan rumah sakit setelah menunggu 15 menit proses administrasi Gue dibawa ke ruang 10 dengan terapis bernama Ibu Lucy atau nama populernya adalah Bunda Lucy. Ibu Lucy melakukan banyak pendekatan kepada pasien atau nama ilmiahnya adalah metode Rapport. Setelah 15 menit beliau melakukan rapport akhirnya Gue dimasukkan ke kondisi Deepening Trance dengan metode Induksi Instan Hypnosis. Ibu Lucy berkata “Saat ini kamu berada di lift sebuah gedung lantai 21. Setiap saya hitung mundur kamu akan menuruni setiap lantai dan semakin turun lantai kamu akan semakin masuk ke relaksasi yang lebih santai, lebih tenang, dan lebih dalam”.
Setelah itu Gue udah mulai gak inget begitu jelas apa yang terjadi. Dua minggu berlalu hampir setiap hari Gue ditherapy selama 1-2 jam. Ibu Lucy berkata “Gimana kondisi kamu sekarang? Ada beberapa Phobia dan Mental Ilness yang sudah mulai selesai yaa?”. Gue menjawab “Iyaa Bu saya merasa jauh lebih stabil dan tenang. Tapi masih ada sesuatu yang sepertinya belum selesai semua”. Ibu Lucy menjawab “Iyaa kamu takut kamu mengulangi hal yang sama yaa? Kalo untuk hal seperti itu hanya terapis dengan level Master Hypnotherapy atau Master Ericsonian Hypnotherapy yang bisa menyelesaikan”.
Gue menjawab “Apa disini punya terapis dengan gelar atau level Master?”. Ibu Lucy menjawab “Disini ada 4 level terapis yang pertama practitioner terapis, yang kedua Clinical Hypnotherapy atau terapi yang diberikan izin untuk membuka klinik sendiri, yang ketiga yaitu Master Of Hypnotherapy mereka adalah terapis bergelar Master yang diberikan izin dan wewenang negara untuk masuk ke dalam insiden-insiden besar. Mereka memiliki ilmu tertinggi Hypnotherapy dan disumpah sama seperti dokter untuk bertanggung jawab dengan kemampuan masing-masing kepada masyarakat”. Gue menjawab “Yang terakhir gelarnya apa?”. Ibu Lucy menjawab “Yang terakhir adalah Grandmaster Hypnotherapy. Iyaa mereka diperbolehkan membuat lembaga Hypnotherapy oleh Menteri Kesehatan. Disini hanya ada satu orang bergelar Grandmaster Hypnotherapy yaitu pendiri lembaga ini Pak Yan Nurindra”.
Gue menjawab “Iyaudah kalo gitu saya mau diterapi dengan yang level Master disini”. Ibu Lucy menjawab “Yaa itu masalahnya Mbak. Master Hypnotherapy itu gak ada yang stanby disini. Master Hypnotherapy mereka kebanyakan berkelana ke pedalaman dan bergelut dengan moralitas dan egoisme Masyarakat. Karena mereka yang bisa merubah value dan believe seseorang secara total yang Mbak butuhkan seperti sekarang”. Gue menjawab “Dengan kata lain mereka semua punya kemampuan cuci otak yaa?”. Ibu Lucy menjawab “Betul mereka punya kemampuan cuci otak dan mempengaruhi orang lain. Saya paling coba bantu komunikasikan dengan salah satu terapis yang levelnya hampir menyamai dan mungkin bisa membantu Mbak”.
Gue menjawab “Boleh Mbak kalo begitu mohon dibantu yaa”. 3 hari kemudian Gue ditelfon oleh Ibu Lucy dan beliau mengatakan ada salah satu terapis yang bisa bantu namun posisi terapis tersebut ada di Apartemen Atrium Mulia. Gue dan Putra akhirnya pergi kesana dan sampe disana Gue disambut dengan laki-laki ramah bernama Andre Anaya dan laki-laki tua sekitar umur 55-60 tahunan duduk di belakang Andre. Bapak Tua itu langsung bertanya “Siapa nama kamu? Dan apa yang membuat terapis-terapis di kantor saya gak bisa mengatasi kamu?”. Andrea menjawab “Ini loh Pak dia Olivia Hanindya pasiennya Bunda Lucy. Beliau gak bisa menyelesaikan beberapa masalah mental yang ada di pasien ini karena Brain Compairing Mechanismnya terlalu cepat dan ruwet. Banyak sugesti yang ditolak dan kekhawatiran pasien ini akan mengulangi kejahatan dan kebiasaan buruk yang sama”.
Bapak tua itu menjawab “Silahkan duduk di Sofa. Perkenalkan saya Yan Nurindra dan Andre adalah asisten saya”. Gue menjawab “Salam kenal Pak saya Olivia Hanindya”. Putra menjawab “Dia bukannya pendiri IBH yang kemarin diceritakan Ibu Lucy itu kan yaa?”. Pak Yan menjawab “Iyaa betul. Karena gak ada terapis Master yang standby di Jakarta kamu saya yang tangani”. Andrea menjawab “Ada satu tapi pasiennya sudah penuh dan gak bisa menerima lagi”. Gue menjawab “Hehehe terima kasih banyak ya Pak. Sudah meluangkan waktu untuk membantu saya”. Pak Yan menjawab “Jadi apa yang kamu inginkan disini?”.
Gue menjawab “Saya mengalami ketidakstabilan mental yang parah sehingga mudah marah, emosi, tidak bisa mengontrol keinginan, saya juga mohon maaf hyperseks, dan masih banyak lagi permasalahan yang ada didiri saya”. Pak Yan menjawab “Kamu kerja atau kuliah?”. Gue menjawab “Saya kuliah kedokteran di Kairo Pak. Saya belum bekerja”. Pak Yan menjawab “Hal buruk apa yang sudah kamu perbuat? Silahkan katakan semuanya”. Badan Gue gemetar dan menjawab “Harus diceritakan semuanya Pak? Mohon maaf saya agak kesulitan”. Pak Yan menjawab “Kamu mau ini cepat selesai atau tidak? Kamu tau syarat pertama untuk sembuh dan berhenti dari hal-hal buruk?”.
Gue menjawab “Saya belum tau Pak. Mohon bantu saya”. Pak Yan menjawab “Kamu harus menerima dan jujur kepada dirimu sendiri. Critical Factor kamu menolak menceritakan semua permasalahan kamu ketika kamu masuk ke dalam kondisi deepening trance. Sehingga kamu yang harus mengatakannya semua secara sadar”. Putra menjawab “Memang yang paling berat adalah menerima masa lalu dan jujur dengan diri kita sendiri”. Gue mulai menangis menjawab “Saya pernah membuat 10 orang di DO dari sekolahnya karena mereka menyakiti pacar saya. Saya adu domba dan membuat pemimpin mereka berhubungan seks dan salah satu dari mereka hamil”. Pak Yan menjawab “Iyaa lanjutkan Nak. Gak apa-apa katakan semuanya”.
Gue semakin menangis kenceng dan menjawab “Saya pernah berhubungan petting dengan pacar saya yang dulu dan HB dengan sahabatnya. Lalu mengadu domba mereka berdua hingga saling membunuh”. Pak Yan menjawab “Teruskan Nak. Katakan lagi”. Gue mulai nangis histeris dan menjawab “Saya pernah meracuni orang yang paling saya benci dengan jenis narkoba Psychedelic Substance atau Magic Mushroom sampai teler gak berdaya”. Pak Yan menjawab “Iyaa lalu?”. Gue menjawab “Saya pernah menyiksa 20 orang dengan gas air mata buatan di dalam rumah yang kunci kedua sisi pintunya dan mematikan MCB listriknya hingga mereka semua lemas dan sebagian pingsan”.
Pak Yan menjawab “Ada lagi?”. Gue histeris nangis kenceng dan menjawab “Saya pernah selingkuhin pacar saya hingga hamil 3 kali dan menggugurkan semua bayinya dengan alasan pemerkosaan”. Pak Yan menjawab “Ada lagi?”. Gue menjawab “Sudah Pak itu seingat saya. Saya benar-benar orang yang penuh dosa dan sangat kotor”. Pak Yan menjawab “Kamu sudah minta maaf dengan mereka semua?”. Gue menjawab “Belum semua tapi sebagian besar sudah Pak”. Pak Yan menjawab “Sudahkah kamu meminta maaf kepada orang tuamu dan Tuhan?”. Gue menjawab “Sudah Pak dan saya benar-benar gak ingin mengulanginya lagi”.
Pak Yan menjawab “Pertanyaan terakhir saya. Sudahkah kamu minta maaf dengan dirimu sendiri?”. Badan Gue mendadak kaku dan seperti mendapat sebuah jawaban yang selama ini gak pernah Gue sadari “Saya gak pernah minta maaf dengan diri saya sendiri seumur hidup saya”. Pak Yan menjawab “Sudah jam berapa ini Andre?”. Andre menjawab “Sudah jam 5 sore. Sudah 2 jam bapak terapi”. Pak Yan menjawab “Kamu pulanglah lalu berangkat kuliah lagi ke Kairo. Setiap sebulan sekali datanglah kesini dan akan saya terapi”. Gue menjawab “Tapi saya bahkan belum di hypnosis ataupun di terapi dengan metode apapun Pak?”. Pak Yan menjawab “Kamu sudah setengah sembuh. Sekarang beraktivitas lah dengan normal. Bulan depan tanggal 22 Oktober silahkan kamu pulang dan temuin saya lagi disini. Untuk terapi sesi ini sudah cukup”.
Gue menjawab “Bagaimana caranya saya minta maaf dengan diri saya sendiri Pak Yan?”. Pak Yan menjawab “Bulan depan saya mulai sesi terapinya perlahan yaa. Untuk saat ini percuma saya menjelaskan ke kamu karena kamu gak akan paham. Logikamu sangat kuat dan gak akan masuk jika dijelaskan sekarang”. Gue menjawab “Saya harus bayar berapa untuk sesi terapi ini?”. Pak Yan menjawab “Gak mahal bayar 50rb saja. Berikan uang itu ke fakir miskin dengan atas nama kedua orang tua kamu. Sampai berjumpa lagi bulan depan”. Pak Yan keluar dari apartemen dan gak lama Gue dan Putra juga ikut keluar dari apartemen.
Putra berkata “Terapi ini gratis? Kita gak perlu bayar sama sekali?”. Gue menjawab “Aku gak tau sayaang. Tapi meskipun belum diterapi pertemuan tadi berefek banyak ke aku”. Putra menjawab “Padahal dia hanya memberikan dua pertanyaan. Yang pertama apa saja dosa dan kesalahanmu dan yang kedua apa kamu sudah minta maaf ke dirimu sendiri. Ini pertama kalinya aku ketemu orang seperti beliau”. Gue menjawab “Dia sudah berada di level terapis yang berbeda dengan yang lainnya. Tapi aku merasa lega bisa bertemu dengan orang seperti Pak Yan. Karena dua minggu aku diterapi Ibu Lucy gak berefek banyak”.(Bersambung…)
Setelah itu Gue udah mulai gak inget begitu jelas apa yang terjadi. Dua minggu berlalu hampir setiap hari Gue ditherapy selama 1-2 jam. Ibu Lucy berkata “Gimana kondisi kamu sekarang? Ada beberapa Phobia dan Mental Ilness yang sudah mulai selesai yaa?”. Gue menjawab “Iyaa Bu saya merasa jauh lebih stabil dan tenang. Tapi masih ada sesuatu yang sepertinya belum selesai semua”. Ibu Lucy menjawab “Iyaa kamu takut kamu mengulangi hal yang sama yaa? Kalo untuk hal seperti itu hanya terapis dengan level Master Hypnotherapy atau Master Ericsonian Hypnotherapy yang bisa menyelesaikan”.
Gue menjawab “Apa disini punya terapis dengan gelar atau level Master?”. Ibu Lucy menjawab “Disini ada 4 level terapis yang pertama practitioner terapis, yang kedua Clinical Hypnotherapy atau terapi yang diberikan izin untuk membuka klinik sendiri, yang ketiga yaitu Master Of Hypnotherapy mereka adalah terapis bergelar Master yang diberikan izin dan wewenang negara untuk masuk ke dalam insiden-insiden besar. Mereka memiliki ilmu tertinggi Hypnotherapy dan disumpah sama seperti dokter untuk bertanggung jawab dengan kemampuan masing-masing kepada masyarakat”. Gue menjawab “Yang terakhir gelarnya apa?”. Ibu Lucy menjawab “Yang terakhir adalah Grandmaster Hypnotherapy. Iyaa mereka diperbolehkan membuat lembaga Hypnotherapy oleh Menteri Kesehatan. Disini hanya ada satu orang bergelar Grandmaster Hypnotherapy yaitu pendiri lembaga ini Pak Yan Nurindra”.
Gue menjawab “Iyaudah kalo gitu saya mau diterapi dengan yang level Master disini”. Ibu Lucy menjawab “Yaa itu masalahnya Mbak. Master Hypnotherapy itu gak ada yang stanby disini. Master Hypnotherapy mereka kebanyakan berkelana ke pedalaman dan bergelut dengan moralitas dan egoisme Masyarakat. Karena mereka yang bisa merubah value dan believe seseorang secara total yang Mbak butuhkan seperti sekarang”. Gue menjawab “Dengan kata lain mereka semua punya kemampuan cuci otak yaa?”. Ibu Lucy menjawab “Betul mereka punya kemampuan cuci otak dan mempengaruhi orang lain. Saya paling coba bantu komunikasikan dengan salah satu terapis yang levelnya hampir menyamai dan mungkin bisa membantu Mbak”.
Gue menjawab “Boleh Mbak kalo begitu mohon dibantu yaa”. 3 hari kemudian Gue ditelfon oleh Ibu Lucy dan beliau mengatakan ada salah satu terapis yang bisa bantu namun posisi terapis tersebut ada di Apartemen Atrium Mulia. Gue dan Putra akhirnya pergi kesana dan sampe disana Gue disambut dengan laki-laki ramah bernama Andre Anaya dan laki-laki tua sekitar umur 55-60 tahunan duduk di belakang Andre. Bapak Tua itu langsung bertanya “Siapa nama kamu? Dan apa yang membuat terapis-terapis di kantor saya gak bisa mengatasi kamu?”. Andrea menjawab “Ini loh Pak dia Olivia Hanindya pasiennya Bunda Lucy. Beliau gak bisa menyelesaikan beberapa masalah mental yang ada di pasien ini karena Brain Compairing Mechanismnya terlalu cepat dan ruwet. Banyak sugesti yang ditolak dan kekhawatiran pasien ini akan mengulangi kejahatan dan kebiasaan buruk yang sama”.
Bapak tua itu menjawab “Silahkan duduk di Sofa. Perkenalkan saya Yan Nurindra dan Andre adalah asisten saya”. Gue menjawab “Salam kenal Pak saya Olivia Hanindya”. Putra menjawab “Dia bukannya pendiri IBH yang kemarin diceritakan Ibu Lucy itu kan yaa?”. Pak Yan menjawab “Iyaa betul. Karena gak ada terapis Master yang standby di Jakarta kamu saya yang tangani”. Andrea menjawab “Ada satu tapi pasiennya sudah penuh dan gak bisa menerima lagi”. Gue menjawab “Hehehe terima kasih banyak ya Pak. Sudah meluangkan waktu untuk membantu saya”. Pak Yan menjawab “Jadi apa yang kamu inginkan disini?”.
Gue menjawab “Saya mengalami ketidakstabilan mental yang parah sehingga mudah marah, emosi, tidak bisa mengontrol keinginan, saya juga mohon maaf hyperseks, dan masih banyak lagi permasalahan yang ada didiri saya”. Pak Yan menjawab “Kamu kerja atau kuliah?”. Gue menjawab “Saya kuliah kedokteran di Kairo Pak. Saya belum bekerja”. Pak Yan menjawab “Hal buruk apa yang sudah kamu perbuat? Silahkan katakan semuanya”. Badan Gue gemetar dan menjawab “Harus diceritakan semuanya Pak? Mohon maaf saya agak kesulitan”. Pak Yan menjawab “Kamu mau ini cepat selesai atau tidak? Kamu tau syarat pertama untuk sembuh dan berhenti dari hal-hal buruk?”.
Gue menjawab “Saya belum tau Pak. Mohon bantu saya”. Pak Yan menjawab “Kamu harus menerima dan jujur kepada dirimu sendiri. Critical Factor kamu menolak menceritakan semua permasalahan kamu ketika kamu masuk ke dalam kondisi deepening trance. Sehingga kamu yang harus mengatakannya semua secara sadar”. Putra menjawab “Memang yang paling berat adalah menerima masa lalu dan jujur dengan diri kita sendiri”. Gue mulai menangis menjawab “Saya pernah membuat 10 orang di DO dari sekolahnya karena mereka menyakiti pacar saya. Saya adu domba dan membuat pemimpin mereka berhubungan seks dan salah satu dari mereka hamil”. Pak Yan menjawab “Iyaa lanjutkan Nak. Gak apa-apa katakan semuanya”.
Gue semakin menangis kenceng dan menjawab “Saya pernah berhubungan petting dengan pacar saya yang dulu dan HB dengan sahabatnya. Lalu mengadu domba mereka berdua hingga saling membunuh”. Pak Yan menjawab “Teruskan Nak. Katakan lagi”. Gue mulai nangis histeris dan menjawab “Saya pernah meracuni orang yang paling saya benci dengan jenis narkoba Psychedelic Substance atau Magic Mushroom sampai teler gak berdaya”. Pak Yan menjawab “Iyaa lalu?”. Gue menjawab “Saya pernah menyiksa 20 orang dengan gas air mata buatan di dalam rumah yang kunci kedua sisi pintunya dan mematikan MCB listriknya hingga mereka semua lemas dan sebagian pingsan”.
Pak Yan menjawab “Ada lagi?”. Gue histeris nangis kenceng dan menjawab “Saya pernah selingkuhin pacar saya hingga hamil 3 kali dan menggugurkan semua bayinya dengan alasan pemerkosaan”. Pak Yan menjawab “Ada lagi?”. Gue menjawab “Sudah Pak itu seingat saya. Saya benar-benar orang yang penuh dosa dan sangat kotor”. Pak Yan menjawab “Kamu sudah minta maaf dengan mereka semua?”. Gue menjawab “Belum semua tapi sebagian besar sudah Pak”. Pak Yan menjawab “Sudahkah kamu meminta maaf kepada orang tuamu dan Tuhan?”. Gue menjawab “Sudah Pak dan saya benar-benar gak ingin mengulanginya lagi”.
Pak Yan menjawab “Pertanyaan terakhir saya. Sudahkah kamu minta maaf dengan dirimu sendiri?”. Badan Gue mendadak kaku dan seperti mendapat sebuah jawaban yang selama ini gak pernah Gue sadari “Saya gak pernah minta maaf dengan diri saya sendiri seumur hidup saya”. Pak Yan menjawab “Sudah jam berapa ini Andre?”. Andre menjawab “Sudah jam 5 sore. Sudah 2 jam bapak terapi”. Pak Yan menjawab “Kamu pulanglah lalu berangkat kuliah lagi ke Kairo. Setiap sebulan sekali datanglah kesini dan akan saya terapi”. Gue menjawab “Tapi saya bahkan belum di hypnosis ataupun di terapi dengan metode apapun Pak?”. Pak Yan menjawab “Kamu sudah setengah sembuh. Sekarang beraktivitas lah dengan normal. Bulan depan tanggal 22 Oktober silahkan kamu pulang dan temuin saya lagi disini. Untuk terapi sesi ini sudah cukup”.
Gue menjawab “Bagaimana caranya saya minta maaf dengan diri saya sendiri Pak Yan?”. Pak Yan menjawab “Bulan depan saya mulai sesi terapinya perlahan yaa. Untuk saat ini percuma saya menjelaskan ke kamu karena kamu gak akan paham. Logikamu sangat kuat dan gak akan masuk jika dijelaskan sekarang”. Gue menjawab “Saya harus bayar berapa untuk sesi terapi ini?”. Pak Yan menjawab “Gak mahal bayar 50rb saja. Berikan uang itu ke fakir miskin dengan atas nama kedua orang tua kamu. Sampai berjumpa lagi bulan depan”. Pak Yan keluar dari apartemen dan gak lama Gue dan Putra juga ikut keluar dari apartemen.
Putra berkata “Terapi ini gratis? Kita gak perlu bayar sama sekali?”. Gue menjawab “Aku gak tau sayaang. Tapi meskipun belum diterapi pertemuan tadi berefek banyak ke aku”. Putra menjawab “Padahal dia hanya memberikan dua pertanyaan. Yang pertama apa saja dosa dan kesalahanmu dan yang kedua apa kamu sudah minta maaf ke dirimu sendiri. Ini pertama kalinya aku ketemu orang seperti beliau”. Gue menjawab “Dia sudah berada di level terapis yang berbeda dengan yang lainnya. Tapi aku merasa lega bisa bertemu dengan orang seperti Pak Yan. Karena dua minggu aku diterapi Ibu Lucy gak berefek banyak”.(Bersambung…)
Cooldrips dan 24 lainnya memberi reputasi
25
Kutip
Balas
Tutup