- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#657
Jilid 19 [Part 429]
Spoiler for :
SEBENARNYA Baginda bukan seorang raja yang hanya dapat duduk di atas Singgasana. Namun Baginda benar-benar seorang Panglima Perang. Baginda sendiri selalu berada di garis paling depan dalam peperangan-peperangan yang besar dan berbahaya. Karena itu, Baginda tidak saja dapat memberikan perintah-perintah untuk bertempur, namun Baginda sendiri selalu mengalaminya.
Demikianlah malam itu Baginda pun mampu melakukan pekerjaannya. Dengan hati-hati Baginda berhasil mendekati tempat putrinya yang sedang bercakap-cakap dengan seorang laki-laki. Ketika Baginda mendengar suara laki-laki itu meskipun perlahan-lahan, maka bergetarlah dada Baginda.
“Gila, anak itu,” desahnya didalam hati. Langsung Baginda dapat mengetahuinya, siapakah yang sedang bercakap-cakap dengan putrinya itu.
Karena itu maka segera Baginda mendekati mereka. Setapak demi setapak semakin lama semakin dekat. Tetapi telinga Karebet adalah telinga yang baik. Tiba-tiba ia mengangkat wajahnya, dan tiba-tiba pula ia berbisik,
Putri yang belum mendengar sesuatu itu menjadi heran. Dicobanya untuk mendengarkan setiap suara, namun tak ada yang dapat didengarnya.
Meskipun demikian putri itu pun menjadi gelisah. Desisnya,
Karebet mengangguk. Namun telinga Sultan itu pun tidak kalah baiknya dari telinga Karebet. Karena itu Sultan pun mendengar dengan jelas, meskipun betapa lirihnya Karebet berbisik.
Karena itu segera Sultan menyadari bahwa Karebet telah mengetahui kehadirannya. Berkatalah Sultan didalam hatinya,
“Luar biasa anak ini. Alangkah tajam pendengarannya.”
Dan sejalan dengan itu, Sultan pun menjadi semakin berhati-hati. Yang dihadapinya adalah seorang anak muda yang sejak dilihatnya untuk pertama kali, telah sangat menarik perhatiannya.
Kemudian Sultan itu mendengar Karebet berbisik,
Putri bungsu itu menjadi semakin gelisah. Kalau benar seseorang telah mengetahuinya, maka alangkah aibnya. Dan tiba-tiba Putri itu menjadi ketakutan. Dengan gemetar ia berkata,
Putri itu pun kemudian beringsut dan perlahan-lahan berdiri. Setapak ia melangkah untuk masuk ke dalam biliknya. Tetapi alangkah terkejutnya putri itu ketika tiba-tiba sesosok tubuh telah meloncat dari dalam gerumbul langsung berdiri di hadapannya, sehingga terdengarlah Putri itu menjerit kecil.
Karebet pun tidak kalah terkejutnya. Dengan serta merta ia meloncat pula berdiri. Dengan tajamnya ia mencoba mengamat-amati siapakah yang telah berani mengintip pertemuannya dengan Putri Sultan itu.
Dan dilihatnya seseorang yang bertubuh tegap, bertolak pinggang di hadapannya. Secarik kain kepala melingkar menutupi sebagian wajahnya, sehingga dalam malam yang gelap itu Karebet tidak segera dapat mengatahuinya, siapakah yang telah mengganggunya itu.
Orang itu masih berdiri bertolak pinggang ketika Karebet melangkah selangkah maju. Dengan lemahnya orang itu tertawa sambil berkata parau,
Sekali lagi Karebet mendengar orang itu tertawa lirih. Dari balik kain yang menutupi sebagian wajahnya itu Karebet mendengar jawabannya,
Karebet benar-benar menjadi marah. Ia harus menangkap orang itu. Apa yang akan dilakukan kemudian Karebet sama sekali tidak tahu. Tetapi setidak-tidaknya Karebet harus menghapuskan kesaksian orang itu. Membawanya keluar dari halaman, kemudian apabila orang itu kelak mengigau tentang dirinya, maka ia dapat mengingkarinya. Tetapi dihalaman itu apabila ada orang lain lagi yang mengetahuinya, atau melihat perselisihan itu maka sudah tentu ia tidak akan dapat mengingkari lagi.
Karena itu Karebetpun menggeram,
Kini ia menyadari bahwa orang yang datang itu benar-benar berbahaya baginya. Sudah tentu ia bukan orang kebanyakan. Bahkan tiba-tiba ia menyangka bahwa orang itu Tumenggung Prabasemi. Meskipun Karebet belum yakin benar, namun kemungkinan pertama adalah Tumenggung yang didadanya menyala segala macam nafsu. Karena itu Karebet tidak dapat berbuat lain kecuali melumpuhkannya. Apakah nanti yang dilakukan. Ia tidak sempat memikirkannya lagi. Dengan marahnya Kareber berkata,
Kini Karebet tidak dapat menahan diri lagi. Sekali lagi ia menebarkan pandangannya berkeliling. Sepi. Yang dilihatnya hanyalah batang pohon, tiang-tiang teritisan, dan bintang-bintang di langit. Karena itu maka Karebetpun sekali lagi maju melangkah sambil menggeram,
Karebet tidak menunggu lagi. Secepat kilat ia meloncat menyerang orang itu. Ia ingin melumpuhkannya dengan serangannya yang pertama supaya ia segera dapat menyingkir. namun Karebet menjadi kecewa. Dengan tangkasnya orang itu menghindari serangan Karebet, dan bahkan dengan kecepatan tak terduga orang itu menggeliat dan kaki kirinya berputar setengah lingkaran menyambar lambungnya.
Karebet sama sekali tidak menyangka, bahwa orang itu mampu bergerak secepat itu. Karenanya, maka ia samasekali tak dapat menghindari. Dengan tangannya ia menangkis serangan kaki itu. Namun alangkah terkejutnya ketika sebuah benturan terjadi, maka Karebet terdorong beberapa langkah surut. Sedang orang itu masih saja tegak ditempatnya, bahkan sesaat kemudian meluncurlah serangannya susul menyusul seperti deru ombak dilautan, menyentuh pantai.
Karebet yang juga bernama Jaka Tingkir itu terkejut bukan kepalang. Ternyata orang yang datang kepadanya itu memiliki ilmu yang tinggi. Dengan demikian, maka dugaannya bahwa orang itu adalah Tumenggung Prabasemi lenyap. Ia pernah melihat Tumenggung bertempur. Ia pernah menilai ilmu Tumenggungnya. Dan sudah pasti Tumenggungya itu tidak akan mampu berbuat demikian.
Karena itu Karebet terpaksa meloncat surut beberapa kali. Dengan cemas ia melihat serangan serangan mengalir melanda dirinya. Sehingga karena ingin secepatnya mengakhiri pertempuran, maka segera ia mengetrapkan ilemu tersembunyi didalam dirinya, ilmu yang jarang dimiliki oleh siapapun, apalagi oleh Tumenggung Prabasemi. Aji Lembu Sekilan.
Demikianlah malam itu Baginda pun mampu melakukan pekerjaannya. Dengan hati-hati Baginda berhasil mendekati tempat putrinya yang sedang bercakap-cakap dengan seorang laki-laki. Ketika Baginda mendengar suara laki-laki itu meskipun perlahan-lahan, maka bergetarlah dada Baginda.
“Gila, anak itu,” desahnya didalam hati. Langsung Baginda dapat mengetahuinya, siapakah yang sedang bercakap-cakap dengan putrinya itu.
Karena itu maka segera Baginda mendekati mereka. Setapak demi setapak semakin lama semakin dekat. Tetapi telinga Karebet adalah telinga yang baik. Tiba-tiba ia mengangkat wajahnya, dan tiba-tiba pula ia berbisik,
Quote:
“Seseorang mendekati kami.”
Putri yang belum mendengar sesuatu itu menjadi heran. Dicobanya untuk mendengarkan setiap suara, namun tak ada yang dapat didengarnya.
Meskipun demikian putri itu pun menjadi gelisah. Desisnya,
Quote:
“Kau berkata sebenarnya?”
Karebet mengangguk. Namun telinga Sultan itu pun tidak kalah baiknya dari telinga Karebet. Karena itu Sultan pun mendengar dengan jelas, meskipun betapa lirihnya Karebet berbisik.
Karena itu segera Sultan menyadari bahwa Karebet telah mengetahui kehadirannya. Berkatalah Sultan didalam hatinya,
“Luar biasa anak ini. Alangkah tajam pendengarannya.”
Dan sejalan dengan itu, Sultan pun menjadi semakin berhati-hati. Yang dihadapinya adalah seorang anak muda yang sejak dilihatnya untuk pertama kali, telah sangat menarik perhatiannya.
Kemudian Sultan itu mendengar Karebet berbisik,
Quote:
“Masuklah ke keputren, Putri. Biarlah aku pergi dari tempat ini.”
Putri bungsu itu menjadi semakin gelisah. Kalau benar seseorang telah mengetahuinya, maka alangkah aibnya. Dan tiba-tiba Putri itu menjadi ketakutan. Dengan gemetar ia berkata,
Quote:
“Karebet, apakah benar kau mendengar seseorang mendekat kami?”
Karebet mengangguk.
“Apakah kau hanya ingin menakut-nakuti aku?”
“Tidak Putri,” sahut Karebet,
“Masuklah. Aku akan pergi ke bilik Sultan.”
“Untuk apa?”
“Aku akan keluar dari arah itu.”
“Aku takut, Karebet,” desah Putri itu.
“Jangan takut,” hibur Karebet,
“Biarlah aku sendiri berusaha menyelesaikannya.”
Tetapi putri itu menjadi semakin ketakutan.
“Aku takut, Karebet.”
“Jangan takut putri,” desak Karebet,
“Sekarang masuklah. Biarlah aku melihat, siapakah yang datang itu. Apabila Tuan Putri masih di sini, maka aku tidak akan dapat berbuat sesuatu.”
Jantung Putri itu kemudian serasa berhenti berdenyut. Tetapi Karebet itu mendesaknya,
“Pergilah Putri.”
Karebet mengangguk.
“Apakah kau hanya ingin menakut-nakuti aku?”
“Tidak Putri,” sahut Karebet,
“Masuklah. Aku akan pergi ke bilik Sultan.”
“Untuk apa?”
“Aku akan keluar dari arah itu.”
“Aku takut, Karebet,” desah Putri itu.
“Jangan takut,” hibur Karebet,
“Biarlah aku sendiri berusaha menyelesaikannya.”
Tetapi putri itu menjadi semakin ketakutan.
“Aku takut, Karebet.”
“Jangan takut putri,” desak Karebet,
“Sekarang masuklah. Biarlah aku melihat, siapakah yang datang itu. Apabila Tuan Putri masih di sini, maka aku tidak akan dapat berbuat sesuatu.”
Jantung Putri itu kemudian serasa berhenti berdenyut. Tetapi Karebet itu mendesaknya,
“Pergilah Putri.”
Putri itu pun kemudian beringsut dan perlahan-lahan berdiri. Setapak ia melangkah untuk masuk ke dalam biliknya. Tetapi alangkah terkejutnya putri itu ketika tiba-tiba sesosok tubuh telah meloncat dari dalam gerumbul langsung berdiri di hadapannya, sehingga terdengarlah Putri itu menjerit kecil.
Karebet pun tidak kalah terkejutnya. Dengan serta merta ia meloncat pula berdiri. Dengan tajamnya ia mencoba mengamat-amati siapakah yang telah berani mengintip pertemuannya dengan Putri Sultan itu.
Dan dilihatnya seseorang yang bertubuh tegap, bertolak pinggang di hadapannya. Secarik kain kepala melingkar menutupi sebagian wajahnya, sehingga dalam malam yang gelap itu Karebet tidak segera dapat mengatahuinya, siapakah yang telah mengganggunya itu.
Orang itu masih berdiri bertolak pinggang ketika Karebet melangkah selangkah maju. Dengan lemahnya orang itu tertawa sambil berkata parau,
Quote:
“Apakah yang telah kalian lakukan di sini?”
Putri Sultan itu menggigil ketakutan. Namun Karebet melangkah maju sambil berdesis,
“Siapakah kau?”
Orang yang sebagian dari wajahnya tertutup itu menjawab,
“Apakah perlumu mengenal namaku?”
Alangkah marahnya Karebet mendengar jawaban itu. Setapak ia maju sambil berkata
“jangan berbuat gila. Kutanya siapa engkau dan apa maksudmu?”
Putri Sultan itu menggigil ketakutan. Namun Karebet melangkah maju sambil berdesis,
“Siapakah kau?”
Orang yang sebagian dari wajahnya tertutup itu menjawab,
“Apakah perlumu mengenal namaku?”
Alangkah marahnya Karebet mendengar jawaban itu. Setapak ia maju sambil berkata
“jangan berbuat gila. Kutanya siapa engkau dan apa maksudmu?”
Sekali lagi Karebet mendengar orang itu tertawa lirih. Dari balik kain yang menutupi sebagian wajahnya itu Karebet mendengar jawabannya,
Quote:
“Katakanlah juga kepadaku, apakah keperluanmu datang kemari.”
Karebet benar-benar menjadi marah. Ia harus menangkap orang itu. Apa yang akan dilakukan kemudian Karebet sama sekali tidak tahu. Tetapi setidak-tidaknya Karebet harus menghapuskan kesaksian orang itu. Membawanya keluar dari halaman, kemudian apabila orang itu kelak mengigau tentang dirinya, maka ia dapat mengingkarinya. Tetapi dihalaman itu apabila ada orang lain lagi yang mengetahuinya, atau melihat perselisihan itu maka sudah tentu ia tidak akan dapat mengingkari lagi.
Karena itu Karebetpun menggeram,
Quote:
“ Jangan membuat persoalan disini. Ikuti aku supaya kau selamat.”
“Aneh,” desisi orang itu,
“kalau aku selamat dengan menuruti perintahmu, alangkah senangnya. Malam ini tidur saja aku dirumah. Aku datang kemari, karena kau ada disini. Sekarang katakan kepadaku, apa yang kau lakukan disini.”
Darah Karebet telah benar-benar mendidih. Selangkah lagi ia maju. Dengan geram ia berkata,
“Ikuti aku.”
Namun jawab orang itu mengejutkan pula,
“tundukkan kepalamu dan berjongkok dihadapanku. Aku akan menangkapmu.”
“Persetan,” desis Karebet.
“Aneh,” desisi orang itu,
“kalau aku selamat dengan menuruti perintahmu, alangkah senangnya. Malam ini tidur saja aku dirumah. Aku datang kemari, karena kau ada disini. Sekarang katakan kepadaku, apa yang kau lakukan disini.”
Darah Karebet telah benar-benar mendidih. Selangkah lagi ia maju. Dengan geram ia berkata,
“Ikuti aku.”
Namun jawab orang itu mengejutkan pula,
“tundukkan kepalamu dan berjongkok dihadapanku. Aku akan menangkapmu.”
“Persetan,” desis Karebet.
Kini ia menyadari bahwa orang yang datang itu benar-benar berbahaya baginya. Sudah tentu ia bukan orang kebanyakan. Bahkan tiba-tiba ia menyangka bahwa orang itu Tumenggung Prabasemi. Meskipun Karebet belum yakin benar, namun kemungkinan pertama adalah Tumenggung yang didadanya menyala segala macam nafsu. Karena itu Karebet tidak dapat berbuat lain kecuali melumpuhkannya. Apakah nanti yang dilakukan. Ia tidak sempat memikirkannya lagi. Dengan marahnya Kareber berkata,
Quote:
“Bagus kalau kau berkeras menangkap aku, cobalah.”
Sekali lagi orang itu berkata,
“jangan melawan. Sia-sia.”
“Mulailah, “ potong Karebet.
“Aku akan mempertahankan diriku. Dan cobalah kau menyelamatkan dirimu.”
“Tidak semua anggota Wira Tamtama dapat melindungi nyawanya sendiri. Menyerahlah.”
“Hem, aku harus menangkap, menyumbat mulutmu dan melemparmu keluar dinding halaman.”
“Cobalah, pecahkan dadaku dan tumpahkan darahku. Baru kau dapat keluar dari halaman istana.”
Sekali lagi orang itu berkata,
“jangan melawan. Sia-sia.”
“Mulailah, “ potong Karebet.
“Aku akan mempertahankan diriku. Dan cobalah kau menyelamatkan dirimu.”
“Tidak semua anggota Wira Tamtama dapat melindungi nyawanya sendiri. Menyerahlah.”
“Hem, aku harus menangkap, menyumbat mulutmu dan melemparmu keluar dinding halaman.”
“Cobalah, pecahkan dadaku dan tumpahkan darahku. Baru kau dapat keluar dari halaman istana.”
Kini Karebet tidak dapat menahan diri lagi. Sekali lagi ia menebarkan pandangannya berkeliling. Sepi. Yang dilihatnya hanyalah batang pohon, tiang-tiang teritisan, dan bintang-bintang di langit. Karena itu maka Karebetpun sekali lagi maju melangkah sambil menggeram,
Quote:
“Benar-benar kau menghendaki kekerasan.”
Orang itu mengangguk, katanya,
“Ya dengan kekerasan aku ingin menangkapmu apabila kau tidak mau menyerah.”
Orang itu mengangguk, katanya,
“Ya dengan kekerasan aku ingin menangkapmu apabila kau tidak mau menyerah.”
Karebet tidak menunggu lagi. Secepat kilat ia meloncat menyerang orang itu. Ia ingin melumpuhkannya dengan serangannya yang pertama supaya ia segera dapat menyingkir. namun Karebet menjadi kecewa. Dengan tangkasnya orang itu menghindari serangan Karebet, dan bahkan dengan kecepatan tak terduga orang itu menggeliat dan kaki kirinya berputar setengah lingkaran menyambar lambungnya.
Karebet sama sekali tidak menyangka, bahwa orang itu mampu bergerak secepat itu. Karenanya, maka ia samasekali tak dapat menghindari. Dengan tangannya ia menangkis serangan kaki itu. Namun alangkah terkejutnya ketika sebuah benturan terjadi, maka Karebet terdorong beberapa langkah surut. Sedang orang itu masih saja tegak ditempatnya, bahkan sesaat kemudian meluncurlah serangannya susul menyusul seperti deru ombak dilautan, menyentuh pantai.
Karebet yang juga bernama Jaka Tingkir itu terkejut bukan kepalang. Ternyata orang yang datang kepadanya itu memiliki ilmu yang tinggi. Dengan demikian, maka dugaannya bahwa orang itu adalah Tumenggung Prabasemi lenyap. Ia pernah melihat Tumenggung bertempur. Ia pernah menilai ilmu Tumenggungnya. Dan sudah pasti Tumenggungya itu tidak akan mampu berbuat demikian.
Karena itu Karebet terpaksa meloncat surut beberapa kali. Dengan cemas ia melihat serangan serangan mengalir melanda dirinya. Sehingga karena ingin secepatnya mengakhiri pertempuran, maka segera ia mengetrapkan ilemu tersembunyi didalam dirinya, ilmu yang jarang dimiliki oleh siapapun, apalagi oleh Tumenggung Prabasemi. Aji Lembu Sekilan.
fakhrie... dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
Tutup