- Beranda
- Stories from the Heart
Naga Sasra & Sabuk Inten
...
TS
nandeko
Naga Sasra & Sabuk Inten

NAGA SASRA & SABUK INTEN
Kisah ini merupakan karangan dari S.H Mintardja. Disini TS sudah mendapatkan ijin untuk sekedar membagikan dan mempermudahkan pembaca untuk menikmati kisah ini dalam bentuk digital
INDEX
Quote:
Spoiler for JILID 1:
Spoiler for JILID 2:
Spoiler for JILID 3:
Spoiler for JILID 4:
Spoiler for JILID 5:
Spoiler for JILID 6:
Part 114
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Part 115
Part 116
Part 117
Part 118
Part 119
Part 120
Part 121
Part 122
Part 123
Part 124
Part 125
Part 126
Part 127
Part 128
Part 129
Part 130
Part 131
Part 132
Part 133
Part 134
Part 135
Part 136
Part 137
Part 138
Part 139
Part 140
Part 141
Part 142
Part 143
Part 144
Part 145
Part 146
Part 147
Part 148
Part 149
Part 150
Spoiler for JILID 7:
Spoiler for JILID 8:
Spoiler for JILID 9:
Spoiler for JILID 10:
Pengarang dan Hakcipta©
Singgih Hadi Mintardja
Singgih Hadi Mintardja
Diubah oleh nandeko 21-10-2021 14:24
whadi05 dan 43 lainnya memberi reputasi
42
61.9K
Kutip
1.2K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nandeko
#612
Jilid 18 [Part 410]
Spoiler for :
SEJENAK Galungung memandangi keduanya. Mula-mula matanya menjadi bersinar-sinar. Sambil tertawa dalam gilanya,
Ujung pedangnya bergerak-gerak menunjuk ke wajah Rara Wilis dan Endang Widuri. Namun kedua gadis itu tidak beranjak dari tempatnya.
Wilis menarik nafas. Ia sudah beberapa kali menghadapi lawan. Bahkan ia pernah behadapan dengan orang yang sedang terganggu syarafnya. Gila. Meskipun demikian ia masih mencoba untuk menenangkan hati Galunggung,katanya,
Sekali lagi Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora menjadi keheran-heranan. Kata-kata Rara Wilis diucapkan las-lasan, kata demi kata. Sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kecemasan apalagi ketakutan.
Galunggung mengerutkan keningnya. Matanya tiba-tiba menjadi suram. Meskipun otaknya tak wajar lagi, namun lamat-lamat ia menjadi teringat bahwa ia pernah melihat gadis-gadis itu. Satu atau dua kali tetapi dimana dan kapan. Akhirnya wajahnya menjadi tegang ketika kemudian teringat olehnya, dimana ia bertemu dengan kedua gadis itu. Sehingga terlontarlah dari mulutnya,
Matanya menjadi liar kembali. Kedua gadis itu ternyata pernah menghadapi laskarnya sebagai lawan yang tangguh. Bahkan bukankah mereka pernah bertempur melawan Jaka Soka dan istri Sima Rodra? Tetapi otak Galunggung itu benar-benar telah tidak dapat berputar. Pikirannya hanyalah sesaat terpencar di kepalanya. Kemudian kembali gilanya mempengaruhinya. Karena itu maka sekali lagi ia tertawa,
Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora sekali lagi terkejut. Mereka tidak percaya apa yang dikatakan oleh Rara Wilis. Tetapi sekali lagi mereka mendengar gadis itu memerintah,
Galunggung yang hampir saja melangkah maju, terhenti juga. Dipandangnya Rara Wilis dengan tajamnya. Matanya telah memerah, semerah darah. Kemudian ia berteriak nyaring,
Nyai Ageng berdua di belakang kedua gadis itu benar-benar menjadi cemas, mereka tidak mau mengorbankan orang lain untuk keselamatan mereka. Karena itu Nyai Ageng Gajah Sora berkata,
Dalam pada itu Rara Wilis dan Widuri sudah tidak melihat kesempatan lain, kecuali mengusir orang gila itu dengan kekerasan. Karena itu tiba-tiba Widuri berbisik,
Rara Wilis meredupkan matanya. Ia menjadi ragu-ragu. Gadis kecil ini masih terlalu sukar untuk mengendalikan dirinya. Kalau kemudian Galunggung itu terbunuh oleh Widuri, masih belum diketahui apakah Ki Ageng Lembu Sora membenarkannya. Karena itu maka ia menjawab,
Widuri tidak dapat berbuat lain daripada melepaskan kalung peraknya. Kemudian ia melangkah surut berdiri disamping Nyai Ageng Gajah Sora yang menjadi bertambah cemas.
Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora tak dapat berbuat apa-apa lagi. Galunggung sudah berdiri selangkah dimuka Wilis. Pada saat itu, Rara Wilisterpaksa menyangkut ujung kain panjangnya pada sabuknya. Pada saat itulah pedang Galunggung teracung didadanya. Sambil tertawa ia berkata,
Rara Wilis mengerutkan keningnya, mata orang itu benar-benar mengerikan. Namun Rara Wilis adalah gadis yang tabah. Karena itu ia bergeser dari tempatnya. Bahkan ia telah bersiap menghadapi setiap kemungkinan. Ia tidak memegang rantai Widuri di pangkalnya dan menggunakan Cakra yang tersangkut dirantai itu untuk melawan Galunggung. Tetapi Rara Wilis memegang pada ujungnya dimana cakra itu tersangkut. Bahkan Cakra itu dilepaskannya, dan diserahkan kepada Widuri. Widuri melihat bagaimana Rara Wilis mempergunakan senjatanya. Karena itu ia segera memakluminya, bahwa Rara Wilis agaknya hanya ingin mengusir Galunggung dari banjar desa.
Ketika sekali lagi suara Galunggung menggelegar, Rara Wilis membentaknya dengan nada yang tinggi,
Galunggung memandang semakin tajam. Gadis ini memang cantik. tapi baginya lebih baik menjadi Kepala Perdikan yang kaya raya daripada menuruti perintah itu. Jarak jangkau pada kedudukan kepala daerah perdikan disangkanya terlampau pendek. Bukankah tinggal membunuh Arya Salaka, Gajah Sora dan Lembu Sora saja. Mudah sekali, mudah sekali. Karena itu ia menggeram,
Galunggung menjadi benar-benar marah. Dan tiba-tiba ia menakut-nakuti Wilis dengan pedangnya. Pedang yang telanjang itu diacung-acungkannya dengan gerakan menghentak-hentak.
Berdesirlah dada Nyai Ageng GajahSora dan Nyai Ageng Lembu Sora. Namun Rara Wilis bergeserpun tidak.
teriak Widuri yang tidak dapat menahan gelinya melihat solah Galunggung.
Mendengar kata-kata itu Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora menjadi heran. Galunggung yang marah dalam kegilaannya itu dianggap sebagai suatu pertunjukan yang mengasyikkan oleh gadis ini.
Meskipun Galunggung telah hampir gila, namun kata-kata Widuri itu telah memanaskan kupingnya. Karena itu ia berteriak,
Widuri benar-benar nakal. Ia malahan tertawa kecil. Dan karena Galunggung tak dapat menahan diri lagi. Langsung ia meloncat dengan pedang terulur, tidak menyerang Rara Wilis tetapi menyerang Endang Widuri.
Bagaimanapun Galunggung mencoba mempergunakan setiap kemampuan yang ada dalam dirinya, namun dengan lincahnya Widuri berhasil menghindarkan dirinya. Seperti seekor kijang ia melompat kesamping. Tetapi ia tidak berani menentang maksud Rara Wilis, karena itu ia tidak membalasnya. Malahan ia lari seperti seekor kelinci dan bersembunyi dibelakang Rara Wilis. Namun tawanya masih saja terdengar, meskipun gadis nakal itu berusaha untuk menahannya.
Wilis melihat sikap Widuri itu dengan menahan nafas. Ketika Widuri sudah berdiri dibelakangnya ia berbisik,
Galunggung telah benar-benar menjadi marah. Pedangnya kemudian diputar-putarnya diatas kepala. Sambil berteriak-teriak ia meloncat menyerang Rara Wilis. Namun Rara Wilis sudah bersedia. Dengan cepatnya ia meloncat kesamping, kemudian rantai ditangannyapun diurainya.
Quote:
“Hai gadis-gadis cantik, jangan berdiri di situ. Biarlah aku selesaikan urusanku. Nanti kau boleh ngunggah-unggahi. Kau akan menjadi istri kepala daerah perdikan Pamingit dan Banyubiru. Kau dan aku.”
Ujung pedangnya bergerak-gerak menunjuk ke wajah Rara Wilis dan Endang Widuri. Namun kedua gadis itu tidak beranjak dari tempatnya.
Quote:
“Nini,” panggil Nyai Ageng Lembu Sora cemas,
“Menyingkirlah.”
“Menyingkirlah.”
Wilis menarik nafas. Ia sudah beberapa kali menghadapi lawan. Bahkan ia pernah behadapan dengan orang yang sedang terganggu syarafnya. Gila. Meskipun demikian ia masih mencoba untuk menenangkan hati Galunggung,katanya,
Quote:
“Galunggung, kalau ada persoalan biarlah persoalan itu diselesaikan. Persoalan antara kau dan Arya Salaka atau antara kau dan Paman Lembu Sora. Tetapi kami perempuan-perempuan di sini, tidaklah tahu persoalan itu. Dan kalau kau bunuh kami pun persoalanmu tidak akan selesai.”
Sekali lagi Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora menjadi keheran-heranan. Kata-kata Rara Wilis diucapkan las-lasan, kata demi kata. Sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kecemasan apalagi ketakutan.
Galunggung mengerutkan keningnya. Matanya tiba-tiba menjadi suram. Meskipun otaknya tak wajar lagi, namun lamat-lamat ia menjadi teringat bahwa ia pernah melihat gadis-gadis itu. Satu atau dua kali tetapi dimana dan kapan. Akhirnya wajahnya menjadi tegang ketika kemudian teringat olehnya, dimana ia bertemu dengan kedua gadis itu. Sehingga terlontarlah dari mulutnya,
Quote:
“He bukankah kau gadis-gadis gila dari Gedangan?”
“Kau masih mengenal kami?” jawab Widuri.
“Bukankah kau pernah mengunjungi kami di Gedangan? Bersama Harimau betina dari Gunung Tidar dan kemudian Sepasang Uling dari Rawa Pening?”
“Gila!” teriak Galunggung.
“Kau masih mengenal kami?” jawab Widuri.
“Bukankah kau pernah mengunjungi kami di Gedangan? Bersama Harimau betina dari Gunung Tidar dan kemudian Sepasang Uling dari Rawa Pening?”
“Gila!” teriak Galunggung.
Matanya menjadi liar kembali. Kedua gadis itu ternyata pernah menghadapi laskarnya sebagai lawan yang tangguh. Bahkan bukankah mereka pernah bertempur melawan Jaka Soka dan istri Sima Rodra? Tetapi otak Galunggung itu benar-benar telah tidak dapat berputar. Pikirannya hanyalah sesaat terpencar di kepalanya. Kemudian kembali gilanya mempengaruhinya. Karena itu maka sekali lagi ia tertawa,
Quote:
“Bagus, bagus. Kalian akan menjadi istri yang baik. Menepilah, jangan biarkah perempuan itu melarikan diri.”
“Jangan maju lagi,” potong Rara Wilis.
“Jangan maju lagi,” potong Rara Wilis.
Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora sekali lagi terkejut. Mereka tidak percaya apa yang dikatakan oleh Rara Wilis. Tetapi sekali lagi mereka mendengar gadis itu memerintah,
Quote:
“Galunggung, tetap di tempatmu.”
Galunggung yang hampir saja melangkah maju, terhenti juga. Dipandangnya Rara Wilis dengan tajamnya. Matanya telah memerah, semerah darah. Kemudian ia berteriak nyaring,
Quote:
“Pergilah atau kau akan lebih dahulu mati?”
Nyai Ageng berdua di belakang kedua gadis itu benar-benar menjadi cemas, mereka tidak mau mengorbankan orang lain untuk keselamatan mereka. Karena itu Nyai Ageng Gajah Sora berkata,
Quote:
“Biarlah kami selesaikan urusan kami nini. Menyingkirlah.”
“Tenangkan hati Nyai Ageng berdua,” sahut Wilis, dan kedua perempuan yang ketakutan itu menjadi semakin tidak mengerti.
“Tenangkan hati Nyai Ageng berdua,” sahut Wilis, dan kedua perempuan yang ketakutan itu menjadi semakin tidak mengerti.
Dalam pada itu Rara Wilis dan Widuri sudah tidak melihat kesempatan lain, kecuali mengusir orang gila itu dengan kekerasan. Karena itu tiba-tiba Widuri berbisik,
Quote:
“Serahkanlah kepadaku,Bibi.”
Rara Wilis meredupkan matanya. Ia menjadi ragu-ragu. Gadis kecil ini masih terlalu sukar untuk mengendalikan dirinya. Kalau kemudian Galunggung itu terbunuh oleh Widuri, masih belum diketahui apakah Ki Ageng Lembu Sora membenarkannya. Karena itu maka ia menjawab,
Quote:
“Aku sajalah yang menyelesaikannya, Widuri.”
“Ia bersenjata,” jawab Widuri,
“sedangkan bibi tidak. Apalagi bibi tidak siap dengan pakaian wajar untuk bertempur.”
“Kau juga tidak Widuri,” sahut Wilis.
Ketika Galunggung kemudian tertawa kembali sambil melangkah maju.
Wilis berkata,
“Berikan kalungmu itu kepadaku. Aku pernah menggunakan segala macam senjata, selain kekhususan dalam bermain pedang. Rantaimu itu akan lebih baik daripada sulur-sulur kayu yang pernah aku pakai berlatih dengan eyang Pandan Alas.”
Widuri ragu-ragu sejenak. namun Wilis berkata tegas,
“serahkanlah. Orang gila itu sudah hampir mulai.”
“Ia bersenjata,” jawab Widuri,
“sedangkan bibi tidak. Apalagi bibi tidak siap dengan pakaian wajar untuk bertempur.”
“Kau juga tidak Widuri,” sahut Wilis.
Ketika Galunggung kemudian tertawa kembali sambil melangkah maju.
Wilis berkata,
“Berikan kalungmu itu kepadaku. Aku pernah menggunakan segala macam senjata, selain kekhususan dalam bermain pedang. Rantaimu itu akan lebih baik daripada sulur-sulur kayu yang pernah aku pakai berlatih dengan eyang Pandan Alas.”
Widuri ragu-ragu sejenak. namun Wilis berkata tegas,
“serahkanlah. Orang gila itu sudah hampir mulai.”
Widuri tidak dapat berbuat lain daripada melepaskan kalung peraknya. Kemudian ia melangkah surut berdiri disamping Nyai Ageng Gajah Sora yang menjadi bertambah cemas.
Quote:
“Pergilah, pergilah,” teriaknya.
“Biarlah nyai,” sahut Widuri,
“bibi Wilis akan dapat menjaga diri.”
“Biarlah nyai,” sahut Widuri,
“bibi Wilis akan dapat menjaga diri.”
Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora tak dapat berbuat apa-apa lagi. Galunggung sudah berdiri selangkah dimuka Wilis. Pada saat itu, Rara Wilisterpaksa menyangkut ujung kain panjangnya pada sabuknya. Pada saat itulah pedang Galunggung teracung didadanya. Sambil tertawa ia berkata,
Quote:
“sayang dada ini akan tembus oleh senjataku.”
Rara Wilis mengerutkan keningnya, mata orang itu benar-benar mengerikan. Namun Rara Wilis adalah gadis yang tabah. Karena itu ia bergeser dari tempatnya. Bahkan ia telah bersiap menghadapi setiap kemungkinan. Ia tidak memegang rantai Widuri di pangkalnya dan menggunakan Cakra yang tersangkut dirantai itu untuk melawan Galunggung. Tetapi Rara Wilis memegang pada ujungnya dimana cakra itu tersangkut. Bahkan Cakra itu dilepaskannya, dan diserahkan kepada Widuri. Widuri melihat bagaimana Rara Wilis mempergunakan senjatanya. Karena itu ia segera memakluminya, bahwa Rara Wilis agaknya hanya ingin mengusir Galunggung dari banjar desa.
Ketika sekali lagi suara Galunggung menggelegar, Rara Wilis membentaknya dengan nada yang tinggi,
Quote:
“Diam, dan tinggalkan tempat ini!.”
Tiba-tiba tawa Galunggung berhenti.
Ia memandang Rara Wilis dengan mata merah, katanya,
“Apa maumu?.”
“Tinggalkan tempat ini,” ulang Rara Wilis.
Tiba-tiba tawa Galunggung berhenti.
Ia memandang Rara Wilis dengan mata merah, katanya,
“Apa maumu?.”
“Tinggalkan tempat ini,” ulang Rara Wilis.
Galunggung memandang semakin tajam. Gadis ini memang cantik. tapi baginya lebih baik menjadi Kepala Perdikan yang kaya raya daripada menuruti perintah itu. Jarak jangkau pada kedudukan kepala daerah perdikan disangkanya terlampau pendek. Bukankah tinggal membunuh Arya Salaka, Gajah Sora dan Lembu Sora saja. Mudah sekali, mudah sekali. Karena itu ia menggeram,
Quote:
“jangan gila. Jangan menghalangi aku!”
“Kau yang gila,” bantah Rara Wilis.
“Kau yang gila,” bantah Rara Wilis.
Galunggung menjadi benar-benar marah. Dan tiba-tiba ia menakut-nakuti Wilis dengan pedangnya. Pedang yang telanjang itu diacung-acungkannya dengan gerakan menghentak-hentak.
Berdesirlah dada Nyai Ageng GajahSora dan Nyai Ageng Lembu Sora. Namun Rara Wilis bergeserpun tidak.
Quote:
“Jangan berlaku seperti Buta Terong,”
teriak Widuri yang tidak dapat menahan gelinya melihat solah Galunggung.
Mendengar kata-kata itu Nyai Ageng Gajah Sora dan Nyai Ageng Lembu Sora menjadi heran. Galunggung yang marah dalam kegilaannya itu dianggap sebagai suatu pertunjukan yang mengasyikkan oleh gadis ini.
Meskipun Galunggung telah hampir gila, namun kata-kata Widuri itu telah memanaskan kupingnya. Karena itu ia berteriak,
Quote:
”tutup mulutmu atau aku akan menyobeknya.”
Widuri benar-benar nakal. Ia malahan tertawa kecil. Dan karena Galunggung tak dapat menahan diri lagi. Langsung ia meloncat dengan pedang terulur, tidak menyerang Rara Wilis tetapi menyerang Endang Widuri.
Bagaimanapun Galunggung mencoba mempergunakan setiap kemampuan yang ada dalam dirinya, namun dengan lincahnya Widuri berhasil menghindarkan dirinya. Seperti seekor kijang ia melompat kesamping. Tetapi ia tidak berani menentang maksud Rara Wilis, karena itu ia tidak membalasnya. Malahan ia lari seperti seekor kelinci dan bersembunyi dibelakang Rara Wilis. Namun tawanya masih saja terdengar, meskipun gadis nakal itu berusaha untuk menahannya.
Wilis melihat sikap Widuri itu dengan menahan nafas. Ketika Widuri sudah berdiri dibelakangnya ia berbisik,
Quote:
”Jangan terlampau nakal Widuri.”
“Aku tidak dapat menahan geli bibi,” jawabnya.
“Aku tidak dapat menahan geli bibi,” jawabnya.
Galunggung telah benar-benar menjadi marah. Pedangnya kemudian diputar-putarnya diatas kepala. Sambil berteriak-teriak ia meloncat menyerang Rara Wilis. Namun Rara Wilis sudah bersedia. Dengan cepatnya ia meloncat kesamping, kemudian rantai ditangannyapun diurainya.
fakhrie... dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas